Share

Manthis si Anak Sederhana

“Silahkan loe duduk Manthis!” sapa Ben dan John hampir bersamaan, karena mereka melihat sang leader dari tadi masih menatap wajah dan pakaian Manthis.

“Jangkung dan ganteng juga nih anak, tapi sayang badannya kurus dan rambut berantakan begitu,” kata Raymand dalam hati.

“Siapp bang…terima kasih!” Manthis pun duduk dia lalu ditawari minum oleh John.

“Manthis, kamu sudah lama jadi vocalis band itu, oh ya kenalkan saya Raymand panggil Ray, dan itu Ben serta John?” Raymand menyodorkan tangannya yang disambut Manthis.

“Baru 5 bulanan bang Ray, saya dulunya hanya bantu bersih-bersih di kafe ini, lalu di tawarin jadi backing vocal!” sahut Manthis sambil menganggukan kepala pada Ben dan John.

“Loe ga sekolah Manthis!” sela Ben.

“Sekolah Bang, tapi sekolah yang ga di bangku sekolah, ikut sekolah di bawah jembatan, dengan anak-anak jalanan, tahun ini kelas III bentar lagi kelulusan SMU!”

Kaget juga Raymand, tapi dia memuji tekad Manthis yang tetap sekolah walaupun harus di bawah jembatan.

“Sejak kapan loe belajar nyanyi?” Ray pun kembali bertanya.

“Saya sejak SD sering juara lomba nyanyi Bang!” sahut Manthis lagi.

“Bisa pegang alat music ga?” kali ini John ikutan nimbrung.

“Bisa bang, piano dan gitar juga, tapi kalau main drum bisa dikit-dikir aja!” ucap Manthis langsung menjawab.

“Hmmm...boleh juga, loe besok mau ga datang ke studio kami…catat alamatnya!” Manthis cepat-cepat mengeluarkan hape jadulnya dan mencatat alamat yang diberikan Raymand.

“Maaf bang…buat apa yaa saya ke sana!”

“Pokoknya loe besok datang saja, jam 10.00 yaa, gue tunggu, loe ga sibuk bukan besok!”

“Ba-baik bang, saya usahakan besok datang…maaf bang…saya balik lagi, sebentar lagi kami mau nyanyi lagi!” Manthis pun menunduk dengan hormat dan dia lalu undur diri kembali ke panggung dan bersiap tampil kembali.

Raymand pun tersenyum senang sambil mengangkat jempol pada Ben dan John, saat mendengar kini Manthis malah menyanyikan lagu-lagu latin yang ngebeat, hingga para pengunjung pun rame melantai.

“Gimana menurut kalian?” tanya Ray pada Ben dan John.

“Cocok brother…kayaknya ini yang loe di cari-cari…tapi mau ga dia besok datang dan bergabung dengan kita?” kata Ben.

“Tenang bro, serahkan pada leader kita!” sahut John tertawa sambil mengangkat gelas tos dengan Ben dan Ray, mereka kini terus menikmati music live dengan vocalis Manthis De Jong, remaja kurus bersuara emas dan mempunyai paras sangat ganteng ini, seperti wajah blasteran. 

Setelah mendekati pukul 01.00 dinihari, Raymand pun mengajak dua sahabatnya ini pulang, tapi keduanya terlihat malah sibuk dengan Maya dan Sita, dua waitress tadi. Raymand pun angkat bahu dan dia bilang duluan pulang.

“Awass kalo besok telat!” Ray pun meninggalkan Ben dan John, lalu dia pergi meninggalkan pub itu, saat sampai di kasir dia tersenyum melihat cantiknya sang kasir.

Raymand malah ga jadi pulang dan akhirnya ngobrol sampai jam 3 pagi dengan Dewi, sang kasir itu….!

*****

Pagi jam 9.15, dua satpam yang berjaga di pos depan rumah merangkap studio The Stollen’s menegur kala melihat seorang remaja tampan tapi berbadan kurus celingak celinguk, setelah tadi turun dari ojek online.

“Kamu cari siapa dek!” tanya Rojak, salah satu satpam itu, sambil memperhatikan pakaian Manthis yang sederhana, hanya jeans lusuh, di padu kaos dan him lengan panjang, serta sepatu kets yang agaknya sudah usang.

“Maaf om, apakah ini rumah dari Bang Raymand?”

“Benar…kamu siapa yaa?” sahut Rojak.

“Saya Manthis De Jong Om, saya diminta Bang Ray datang jam 10.00, tapi maaf kayaknya saya kepagian yaa datang, gapapa saya tunggu di sini aja dulu Om!” Manthis malah kini pingin duduk di sisi pagar yang ada tembok kecil.

“Ohh sudah janjian, masuk saja…ayoo jangan duduk di sana!” Manthis pun mengangguk hormat, dia mengikuti Rojak yang ternyata membawanya terus ke dalam dan di sebuah ruangan tungggu yang sejuk, karena dekat dengan taman, Rojak mempersilahkan Manthis duduk menunggu.

Rojak tahu, sejak dua bulanan yang lalu, bos mudanya ini lagi menyeleksi calon-calon vocalis, dia yakin Manthis salah satu calon yang juga akan menjalani fit and proper test.  

Manthis pun dengan sabar menunggu sambil membuka-buka majalah music di ruangan itu. Tak lama kemudian datang seorang ART yang membawakannya segelas kopi panas.

Saat dia menoleh ke dinding, barulah dia paham, kalau ruangan di depannya merupakan sebuah studio music dan tertulis The Stollen’s.

Saking aseeknya membaca majalah music dari luar negeri, Manthis tak sadar kalau jam sudah menunjukan pukul 10.30. Dia terus membolak-balik majalah itu dan terus membaca dengan tekun, tak lama terdengar suara orang berbicara, ternyata Ben dan John yang datang.

“Haloo…Manthis, sudah lama datang!” sapa Ben, Manthis langsung berdiri dan mengganguk hormat pada kedua sahabat ini.

“Ga lama bang, jam 9 lewat tadi,” sahut Manthis.

“Ehh mana si leader kita, kok ga muncul, jangan-jangan masih aseek dengan Dewi, si kasir di pub tadi malam!” kata John sambil tertawa.

“Lukman, Andi mana si bos? Sudah datang belum?” Ben memanggil dua pegawai di studio itu.

 “Belum Mas…dari tadi ga keliatan,” sahut Lukman yang terlihat juga baru datang.

“Ya udah gapapa, Andi kamu siapkan alat-alat music, kita nyetel-nyetel dulu alat sambil menunggu kedatangan Ray…eh Manthis ayoo kita langsung ke dalam studio!” ajak John.

Manthis yang masih belum begitu paham tujuan dia datang ke sini mengikuti langkah Ben dan John dan dia terkagum-kagum melihat mewahnya studio musik ini.

Setelah berada di ruangan dan melihat alat-alat music yang mulai di bongkar Ben dan John, Manthis hanya melihat sambil berdiri.

Tak lama kemudian datang lah orang yang di tunggu-tunggu, yakni Raymand.

“Haii Manthis, akhirnya kamu datang juga, silahkan duduk di kursi itu!” Manthis pun mematuhi ucapan Ray, dan kini dia duduk berhadapan dengan remaja ini.

“Oke aku langsung saja, tujuan loe saya undang kemari adalah kami lagi adakan audisi untuk mengisi posisi vocalis di group band kami, yakni The Tollen’s, jujur loe bukan yang pertama, malah sudah yang ke 103 orang..!” Manthis manggut-manggut mendengarkan penjelasan Raymand tentang group band mereka.

“Andai kelak loe terpilih, maka kita akan susun jadwal rekaman sekaligus jadwal-jadwal padat lainnya, tapi sebelumnya loe harus kami tes dulu. Oke kamu siap sekarang, itu daftar lagu-lagu yang harus loe nyanyikan!” Manthis pun tak banyak tanya, dia kemudian bersiap menyanyikan lagu yang tadi di sodorkan Raymand.

Ben dan John kini duduk dekat Raymand menonton Manthis mulai bernyanyi, Andi pun sudah siap memainkan music, setelah Raymand memberi aba-aba mulailah music di putar.  

Beberapa lagu dari band-band top luar negeri pun di nyanyikan dengan sangat fasih dan baik oleh Manthis.

Setelah 5 lagu, Raymand ternyata belum puas diapun meminta Manthis menyanyikan lagu-lagu dari band dalam negeri yang beat-beatnya agak berat, seperti milik group lawas God Bless hingga Band Dewa serta miliki Band Noah.

Terakhir karena masih belum puas, Raymand malah meminta Manthis menyanyikan lagu dangdut milik Sonetanya Rhoma Irama, Ben dan John sampai terbahak.

“Bro kita ini bukan group music dangdut kaleee!” olok Ben, tapi Ray cuek saja.

Tapi hebatnya Manthis santai saja menyanyikannnya, malah sedikit pakai improvisasi, total dia menyanyikan 15 lagu.

Begitu lagu “Begadang” Bang Haji Rhoma kelar dibawakan Manthis, Raymand langsung bertepuk tangan puas dan mengucapkan selamat pada Manthis dan dia resmi sebagai vocalis utama band The Tollen’s.  

Ray kemudian mengajak Ben, John dan Manthis makan siang di sebuah restoran makanan nusantara, yang letaknya tak jauh dari studio The Tollen’s.

“Suara loe unik dan melengking Manthis, power kamu juga terjaga banget, 15 lagu tanpa jeda dari berbagai genre mampu kamu bawakan dengan baik!” puji John.

Raymand malah bertanya tentang latar belakang Manthis. Remaja ini mengatakan dia di Jakarta merantau dari kampungnya nun jauh di Kalimantan.

“Ortu saya sudah tak ada, saya malah tak tahu seperti apa wajah ayah saya, katanya sih ada turunan Belanda, makanya mendiang ibu saya kasih nama De Jong,” kata Manthis sambil makan dengan lahapnya.

“Mulai sekarang, loe mundur dari vocalis di pub itu yaa, agar bisa konsentrasi dengan band kita, soalnya mulai hari ini juga, kita akan mulai latihan lagu-lagu baru yang sudah gue ciptakan dan tinggal kita aransemen lagi agar hasilnya makin sempurna!” kata Raymand.

Manthis langsung terdiam…!

“Kenapa loe diam begitu…ada yang dipikirkan?” kali ini Ben yang bertanya.

“Anu bang…maaf…bagaimana dengan bayar kos dan makan sehari-hari, sekali lagi maaf…!”  kata Manthis cepat, saat di lihatnya Raymand, Ben dan John saling pandang.

“Loe boleh kasbun nanti dengan manajer kita, nah kalau sudah ada honor kita kelak, maka honor loe akan di potong manajemen!” tegas Ray.

Manthis langsung setuju, dia kemudian menelpon rekannya di band itu dan bilang mulai hari ini sudah tak bisa bernyanyi lagi, karena akan konsentrasi dengan group band barunya.

Sesuai janji Ray, group band mereka kini benar-benar latihan siang malam di studio itu, 12 lagu yang sudah Ray ciptakan di nyanyikan dengan sangat baik oleh Manthis.

Namun bukan Raymand namanya kalau langsung puas, tiga dari 12 lagu andalan mereka harus melalui rekaman ber ulang-ulang, sebelum dinyatakan Ray sempurna.

Ray benar-benar seorang leader, dia tipikal pemimpin di band yang cukup keras kepala, walaupun kadang dia juga mau mendengarkan masukan Ben, John serta Manthis.

Saking seriusnya, Manthis tidak sekali dua kali tertidur di studio itu, dia bilang lebih betah di studio daripada ke kosnya yang kecil dan panas.

Diam-diam dia malah menciptakan beberapa lagu baru, dan kadang Raymand kaget juga mendengarkan Manthis menyanyikan lagu baru ciptaannya dengan hanya iringan piano. 

“Manthis, itu lagu yang kamu nyanyikan tadi bagus, kita masukan dalam album baru ya, intro piano Loe sangat klasik…jadi mirip-mirip lagu Bohemian Rhafsodi nya Queen,” puji Raymand.

“Oke Bang Ray…silahkan di masukan!” jawab Manthis, keduanya kemudian ngobrol akrab sampai jelang subuh. Di sinilah awal kolaborasi Manthis dan Ray, yang kelak menjadikan keduanya sebagai sosok yang tak tergantikan di band ini.

Setelah hampir 3,5 bulan, 12 lagu itupun kelar dimainkan The Stollen’s, tugas berikutnya tentu saja mereka akan melobi perusahaan-perusahaan rekaman besar untuk mau membantu memasarkan album mereka.

Raymand sengaja tidak melibatkan orang tuanya, dia ingin group band mereka ini maju tanpa campur tangan orangtuanya yang super tajir dan memiliki link dengan banyak pengusaha rekaman di Jakarta.

Sudah pasti semua perusahaan rekaman yang mereka datangi menolak demo lagu mereka, macam-macam alasan yang dikemukakan perusahaan rekaman itu.

Yang menyakitkan bagi Raymand, Ben, John dan Manthis, mereka hanya dianggap anak muda yang nyari identitas dan group serta lagu mereka tak layak jual.

“Namanya ga usah ke barat-baratan, pake nama berbau Indonesia saja, Pisang Band kek Nenas kek, atau nama binatang, bisa pake Komodo atau Tokek Band!” olok seorang produser bermata sipit dan dia tentu saja tak kenal dengan Raymand cs.   

Saat ini memang lagi jamannya boyband, sehingga group-group music seakan tiarap dan para produser yang hanya mikir untung, tentu tak lagi melirik band-band, apalagi band baru yang belum punya nama seperti The Tollen’s ini.

“Daripada kita capek sendiri nawarin ke produser, mending kita bikin klips sendiri lalu tampilin di medsos, atau aplikasi video music!” saran Manthis.

“Setuju…!” sahut Ben dan John barengan.

“Hmmm…boleh juga…oke deh Ben panggil si Andi agar cari cameramen professional dan juga sutradara handal, kita bikin tiga video klips sekaligus, soal biaya ga usah dipikiran, semua aku yang bayar!”

Tak perlu waktu lama, 2 hari kemudian 5 kru dan satu sutradara sudah datang ke studio The Tollen’s, mereka semua setuju dengan bayaran yang di sepakati, yakni akan membuat 3 video klips music, Bimo, sang sutradara yang lumayan berpengalaman ini juga menyarankan agar Ray membuat vlog, Ray pun setuju dan dia menunjuk dua anak buahnya di studio ini agar menbuat vlog dan nanti akan secara kontinyu menyiarkan video-video music serta keseharian mereka kelak.

Selama seminggu full, merekapun membuat video music, tiga lagu andalan merekapun di pilih. Sebuah lagu yang diyakni Ray, Ben, John dan Manthis akan hits, yakni Bawalah Cinta dengan irama rock yang kental dan beat yang lumayan menghentak di jadikan klips pertama dan akan jadi andalan menarik peminat music, khususnya anak muda.   

Ben pun beraksi dengan gitarnya, raungan lead gitarnya benar-benar sangat sempurna, di tambah bass John yang juga menonjol, lalu pukulan drum bertenaga dari Raymand juga makin menambah hentakan pada lagu mereka ini.

Dan tampilah Manthis dengan gayanya, rambutnya yang mulai panjang makin menampilkan karakter rocker sejati pada pemuda kurus tampan ini. Pembuatan klips pun benar-benar dilakukan sangat professional.

Tak mereka duga, baru 3 hari di tayangkan di youtube, lagu mereka sudah di tonton hingga 500 ribu orang. Tak lama kemudian dua klips mereka susul menyusul dan lagu-lagu The Tollen’s pun langsung jadi trending di mana-mana.

*****

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status