Share

Penyanyi yang Lugu

Penampilan The Tollen’s dengan lagu-lagu rock alternativenya seakan mengobati kerinduan penikmat music di mana-mana, yang bosan dengan penampilan boyband yang banyak kemayu dengan goyang-goyang bak banci.  

Sejak trending di youtube, undangan tampilpun mulai berdatangan, bahkan sehari The Tollen’s bisa tampil di tiga station TV berbeda. Kesempatan itu lalu dimanfaatkan Ray dan kawan-kawan memasarkan lagu-lagu mereka yang di rekam melalui CD dan ternyata laku keras.

Puluhan produser besar kini sampai berebut ingin mempatenkan lagu-lagu mereka, sekaligus ikat kontrak dengan album pertama mereka ini.

Ogong Lee, Produser music yang sudah berpengalaman berhasil memenangkan kontrak buat The Tollen’s, tak tanggung-tanggung dia mengontak The Tollen’s hingga album ke 5.  

“Lo olang benal-benal anak muda belbakat, lagu lo olang langsung bomming!” kata Ogong Lee dengan logat cadelnya sumringah, melihat album pertama The Tollen’s yang secara tak terduga begitu hits.

Manthis sampai melongo, saat melihat kontrak yang bagi dia nilainya sangat fantastis, yakni 12 milyar rupiah dan nanti di album kedua mereka akan menerima bayaran hingga 17 Milyar lagi, belum terhitung bonus-bonus yang bakal mereka terima kalau album itu terus mencetak hits.

Tapi bagi Raymand yang memang sudah tajir melintir, angka segitu kecil saja baginya.

“Nihh terima bayaran loe, loe ga usah lagi tinggal di kos sempit, beli apartemen dan juga mobil, masa loe kemana-mana naik ojek. Jangan lupa loe beli juga baju-baju yang keren buat tampil di panggung, malu-maluin tampil seadanya gitu…!” Ray melemparkan satu tas duit cash buat Manthis.

Nilainya tak tanggung-tanggung, yakni dua setengah milyar rupiah, sama dengan bayaran yang diterima Ben dan John, sisanya tentu saja di ambil Ray.

“Gilee loe Ray, masa duit segini pake cash sihh, nekt pake rekening kek!” sungut Ben, Ray langsung tertawa dan bilang untuk honor pertama mereka, dia sengaja pake cash, tapi yang akan datang semuanya masuk ke rekening masing-masing dan akan di atur tim manajemen mereka.

“Ehh Ray, gimana soal kustom saat manggung atau tampil di public kita pakai penata kustom saja ya, agar penampilan kita lebih berkelas?” usul John.

“Masuk akal juga John, bagaimana elooe…Ben dan Manthis?”

“Ga masalah, gue setuju pendapat loe John!” sahut Ben dan diamini Manthis.

Ray kembali memanggil Andi dan akhirnya mereka sepakat akan membentuk Tim Manajemen yang handal dan diisi dengan berbagai tenaga profesional, agar penampilan The Tollen’s makin berkibar, Andi pun kini di daulat jadi Kepala Manajemen, kini The Tollen’s bersiap menuju go public yang lebih luas. Atas saran Ray, Andi juga merekrut 5 pegawai baru yang akan membantu group music yang mulai naik daun ini.

*****

Remaja kurus jangkung ini jalan dengan santai, bajunya sederhana, yakni kaos di padu him lengan panjang, sepatunya pun masih sepatu kets yang agak lusuh. Celananya jeans yang sobek di lutut, dia juga memakai topi menutupi rambutnya yang gondrong, di punggungnya tergantung sebuah tas, dia persis anak traveling yang kesasar.

Remaja ini naik mobil online menuju sebuah dealer mobil yang sangat terkenal dengan mobil-mobil sejuta umatnya.

Kedatangannya agak di cueki, karena semua pegawainya sedang sibuk melayani customer yang lain.

Tapi remaja hanya angkat bahu cuek, dia lalu melihat-lihat beberapa mobil yang di pajang di dealer yang luas itu, perhatiannya tertuju pada sebuah mobil SUV bongsor yang baru saja launching.

Remaja ini sangat mengagumi interior dan juga eksterior mobil SUV warna hitam ini, ketika akan membuka pintu, maksudnya ia ingin merasakan duduk di jok mobil itu, namun itu gagal dilakukan, karena mobil tersebut terkunci.

“Permisi dek…!” sapa seorang wanita cantik. Remaja ini langsung menoleh dan tersenyum saat yang menegurnya adalah sales dari dealer ini, apalagi ketika ia melihat pakaian wanita ini, yang terlihat sangat bagus, karena mencetak tubuhnya yang padat berisi, di tambah roknya yang pas sebatas lutut, walaupun dia pake heel hingga 10 centi, tapi tingginya masih kalah dengan remaja ini.

“Bu…boleh saya mencoba duduk di jok mobil ini?” wanita cantik ini menatap penampilan remaja ini dari ujung kaki hingga rambutnya yang tertutup topi.

“Tampan sihh, tapi kurus dan pakaiannya cuek gitu, kayak anak band ajah?” pikir wanita ini, tapi dia mengangguk lalu bilang ke remaja ini agar menunggu sebentar, karena dia akan mengambilkan kuncinya.

“Tittt tottt…!” mobil itupun terbuka, remaja ini langsung masuk dan mencoba duduk di joknya sambil melihat-lihat kondisi dalam mobil baru yang masih berbau pabrik.

“Harganya berapa bu?”

“Ehhhmmm…mau beli cash apa kredit dek?” wanita cantik ini tetap bersikap ramah, walaupun dia agak sanksi juga, sanksi apakah remaja ini ada duit membeli mobil semewah ini.

“Saya beli cash bu!” wanita langsung kaget, tapi dia yang sudah berpengalaman dengan berbagai tipe customernn ini tersenyum saja, dia memang termasuk salah satu sales senior di dealer ini.

“Ohhh…harganya 655 juta, potong diskon 10 juta, jadi 645 juta dek, ini type tertinggi yang TRD!” sahut wanita ini kalem, remaja ini langsung mengangguk-angguk kepala.

“Ya udah saya ambil yang ini…di mana saya mesti bayar!” wanita cantik ini melongo, hampir tak percaya dengan pendengarannya.

“Bu…di mana saya mesti bayar?” remaja ini mengulangi ucapannya, karena wanita ini masih terlihat kaget.

“Eeee…anu..ehh, ayoo dek ikutin ke mejaku, kalau kamu benaran beli, harus isi administrasi dulu, baru dilakukan pembayaran di kasir!” sikap wanita cantik ini langsung berubah 180 derajat, dia jalan tergesa-gesa sambil menuju mejanya.

“Boleh aku liat KTP nya?” remaja ini mengeluarkan KTP dan menyerahkan langsung pada wanita ini.

“Manthis De Jong…umur 17 tahun 6 bulan…pekerjaan pelajar!” wanita ini bergumam sendiri sambil menatap wajah remaja tampan ini, yang ternyata Manthis. Wanita cantik ini lalu tersenyum, dia kemudian sibuk mengisi biodata Manthis, tak lama kemudian datang secangkir kopi, teh bahkan sebuah minuman mineral yang diantar seorang pelayan.

“Dek Manthis, silahkan di minum, aku ga tahu kamu suka yang mana, pilih aja yaa, aku masih selesaikan adminnya dulu. Oh ya namaku Anita, jangan panggil ibu donk, aku masih single, panggil mba atau kaka, karena aku lebih tua 5 tahun dari kamu!” kata wanita ini kini tertawa kecil, yang mengenalkan diri bernama Anita. 

Setelah selesai adminnya, Anita kini mengajak Manthis ke kasir dan lagi-lagi wanita ini melongo, saat Manthis membuka tas di punggungnya, yang semuanya berisi duit pecahan 100 ribuan dan 50 ribuan.

Hampir 30 menitan menghitug duit itu, sesuai harga yang disebutkan Anita tadi, sebelumnya semua sales saling ogah-ogahan saat melihat Manthis. Mereka pikir remaja seperti Manthis paling hanya lihat-lihat doank ga bakal membeli.

Kebetulan Anita yang saat itu tak sibuk langsung mendekati Manthis ini, karena beberapa customer memilih sales yang lain, karena rata-rata sales berebutan kalau ada customer yang terlihat tajir, kini semuanya memandang iri dengan Anita, sebab bonus lumayan sudah menunggu wanita cantik tersebut. 

Manthis di suruh menunggu, karena mobilnya akan di cek dulu semuanya. Anita pun menemani Manthis ngobrol di ruang tunggu yang asri dan mewah di dealer itu. Anita juga mengatakan, selama 2 bulanan ini plat mobil dan STNK nya berikut BPKB nya baru kelar, sehingga sementara Manthis dipinjami plat dealer dan surat jalan.

“Kok bawa uang banyak gitu, ga takut di rampok atau di begal yaa, kenapa ga di simpan di bank sihh…?” tanya Anita lagi-lagi tertawa, karena duit di tas Manthis masih sangat banyak.

“Tadinya mau ke bank, tapi kupikir langsung aja ke dealer beli mobil dulu, abis dari sini mau cari-cari apartemen yang harganya 1 milyaran…!” sahut Manthis apa adanya, Anita lagi-lagi melongo.

“Manthis kamu kerjanya apa sihh, kan kamu masih pelajar?” Anita keheranan.

“Aku penyanyi Ka…?”

“Penyanyi…pemain band?” Manthis langsung mengangguk mendengar ucapan Anita.

“Baru dapat bonus yaaa, karena lagunya bomming?” lagi-lagi Manthis mengangguk.

“Woww…berarti kamu artis donkkk, tapiiii…!”

“Tapi kenapa pakaian ku begini sederhana ya Ka?” potong Manthis cepat, Anita langsung mengangguk sambil berkata maaf.

‘Namanya juga penyanyi pendatang baru Ka…yahh ginilah…!” Manthis langsung merendah.

“Oh ya…tadi kamu pingin beli apartemen kan, serius beli apartemen?” Manthis lagi-lagi mengangguk.

“Kaka punya teman yang kerjanya sebagai sales apartemen, apartemen yang dia tawarkan harganya 1 milyaran. Enak kok tempatnya, nanti kaka antar deh, kebetulan ini pas jam istirahat, dekat aja kok dari sini, moga jalanan ga macet,” kata Anita sumringah, tentu saja dia semangat, kalau sampai Manthis deal membeli, dia kembali akan dapat bonus lumayan.

Dua jam kemudian mobil pun sudah siap, Anita minta izin dengan manajernya akan menemani Manthis, dia pake alasan sang customer masih kagok dengan mobil baru, sehingga dia menemaninya tes drive sekalian.

Sang manejer tentu saja tak keberatan, karena Anita telah sukses menjual satu unit mobil SUV kelas premium ini, di beli cash lagi.

Kini keduanya sudah dalam mobil baru, Manthis yang menyopiri dan Anita sebagai penunjuk jalan, untung jalanan agak lancar, setelah 45 menitan, mereka sampai ke apartemen yang agaknya baru selesai di bangun, ada 5 tower apartemen yang berdiri kokoh dengan tinggi menjulang.

Anita terlihat sedang menelpon kawannya, Manthis sabar saja menunggu.

“Iya Des, aku dan customer udah di parkiran nihh…ohh oke-oke…kami akan langsung masuk yaa… di lobby yaa, di sebelah kanan kantornya…oke..oke kami ke sana!” lalu Anita menutup telpon genggamnya.

“Ayo Manthis, kita udah di tunggu di kantornya, ehh jangan lupa tas berisi dokat di bawa!” Anita kembali tertawa, sehingga Manthis ikutan tertawa dan makin menyukai gaya Anita yang ceria ini. 

Dessy, sang sales senior ini sumringah menyambut sahabatnya ini, ketika Anita mengenalkan Manthis, Dessy langsung kaget melihat penampilan Manthis yang masih remaja dan berpakaian begitu.

“Ehh Nit, selera eloee sekarang berondong yaaa?” kata Dessy blak-blakan sambil tertawa. Anita ikutan tertawa.

“Sembarangan, aku juga baru kenal sama dia, eh dia artis baru lohhh, jangan kaget entar dia bakalan jadi seleb papan atas, kita liat aja kelak!” Anita tertawa dan mengenalkan Manthis pada Dessy.

Setelah bercanda singkat, Dessy langsung memberikan brosur-brosur kamar apartemen pada Manthis.

“Manthis, kalo yang itu harganya 900 jutaan, yang itu 1,2 milyar, nahh yang kamu liat itu harganya 1,6 milyar…kalao deal, ada dehh diskon khusus buat kamu!” kata Dessy, Anita hanya senyum-senyum saja melihat sahabatnya ini menerangkan ini itu pada Manthis.

“Mba Dessy, saya ambil yang ini, yang 1,6 milyar, discont nya berapa!” kata Manthis.

“Wowww…yang benar nihhh?” Dessy hampir tak percaya, Manthis malah memilih apartemen yang paling mewah. Manthis langsung menganggukan kepala.

“Dessy, Manthis bayar cash lohh, ngga pake kredit atau transferan!” timpa Anita, dan Dessy langsung melongo tapi akhirnya dia tertawa berderai dan bilang ga masalah.

“Baiklah…sebentar ya aku tanya bos dulu, karena kamu belinya cash berapa diskon khususnya!” Dessy lalu permisi dan menelpon ke samping.

Anita dan Manthis malah sibuk melihat-lihat fasilitas kamar apartemen yang tadi di pilih Manthis.

“Bagus banget, panoramanya langsung menghadap ke jalan tol kalo kamu ambil kamar nomor 1427 ini,” kata Anita.

“Gitu ya Ka, oh ya Ka nanti apartemennya ada ranjang dan lemari pakaiannya ga?” tanya Manthis lugu. Anita langsung tertawa dan bilang soal itu mending di tanyakan pada Dessy. “Polos banget ni anak,” pikir Anita.

Dessy kemudian balik lagi. “Okee, jadi gini karena Manthis belinya cash, maka bonusnya ada dua pilihan, pertama ada bonus kasur, kursi tamu dan TV Led ukuran jumbo, plus lemari pakaian. Artinya gini, Manthis tinggal masuk semua perangkat sudah tersedia. Atau Diskon 175 juta, tapi apartemennya kosong, nah pilih mana?” Dessy menatap Manthis, Manthis malah balik menatap Anita seakan minta pendapat.

“Manthis, kalau kamu ogah repot, ambil opsi pertama, tapi kalau pingin repot dikit, ya ambil yang kedua!” kata Anita memberi sulosi, dia kasian juga melihat Manthis yang kayak kebingungan.

“Aku kayaknya bakalan sibuk mulai minggu depan, mending ambil opsi pertama yahh, ga pake diskon tapi apartemennya tinggal masuk!” sahut Manthis mantap dengan pilihannya kini.

“Ahaa…pilihan bijak, oke dehh, bentar saya panggil bagian admin…Maya ke sini bawa laptop, kita langsung bikin berkas serta dokumen-dokumen lainnya!” orang yang di panggil Maya tadi langsung datang, dia minta KTP Manthis dan kini langsung sibuk di depan laptopnya di meja tersebut.

“Nahh sambil nunggu dokumen kelar, yang agaknya bakal makan waktu hingga 2 jam lebih, kita cek dulu yuks apartemen pilihan kamu, tadi Anita bilang Nomor 1427 yaa!” Manthis langsung mengangguk, kini Dessy langsung mengajak Manthis dan Anita ke apartemen tersebut.

Sampai di lobby sudah menunggu sopir khusus yang mengantar ketiganya, begitu sampai di apartemen itu, Manthis tentu saja langsung jatuh cinta melihat ruangan apartemen yang masih kosong ini.

“Jangan khawatir, dalam jangka waktu semingguan, semua akan seperti di gambar tadi!” kata Dessy sambil tersenyum, saat melihat Manthis seperti bingung melihat apartemen yang kosong melompong, yakni hanya ada satu kamar tidur, satu ruang tamu dan dapur kecil, plus balkon kecil tempat bersantai.

Setelah puas melihat-lihat, Dessy mengajak Manthis dan Anita balik lagi ke kantor pemasaran, dan Dessy sampai geleng-geleng sambil tertawa, saat Manthis mengeluarkan uangnya dari tas punggung dan membayar cash apartemen tersebut.

Manthis kini jalan-jalan dengan mobil SUV yang baru dia beli, setelah mengantar Anita balik ke dealer mobil dan mereka sempat bertukar nomor hape. Ia pun jalan-jalan santai, sambil menuju studio The Stollen’s.

Manthis kemudian mengenang masa lalunya, Manthis datang ke Jakarta setelah lulus kelas dua SMU.

Remaja ini nekad merantau ke Ibukota, dia bercita-cita ingin jadi penyanyi terkenal. Bukan perkara mudah bagi Manthis yang tak pernah ke Ibukota ini, dia naik kapal laut dari Banjarmasin, tujuan Surabaya, lalu dia nekat menumpang truk yang mengangkut barang dari Surabaya menuju Jakarta.

Sampai di Jakarta, Manthis pun bingung mau tidur di mana, masjid atau mushalla akhirnya jadi pilihannya, karena dia tak punya keluarga ataupun kenalan. Dia nekat kerja apa saja agar bisa makan, bahkan jadi kuli bangunan pun di lakoninya, karena uang sangunya sudah habis, tidurpun di proyek di mana dia ikut bekerja sebagai kuli tadi.

*****

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status