Share

Affair Cinta Sang Vokalis
Affair Cinta Sang Vokalis
Penulis: mrd_bb

Pencarian Vocalis Baru

“Jancukkkkkkk….anjrittttttt…sudah 100 orang lebih yang lakukan audisi semuanya ga ada yang benarrr!” teriak remaja berambut sebahu ini. Dua stik drum patah dia pukulkan ke dinding saking frustasinya.

Belum cukup hanya mematahkan bilah stik drum, remaja ini juga menendang sebuah meja, dia lupa meja itu dari kayu jati yang keras, akibatnya dia melolong kesakitan sendiri dan lagi-lagi sumpah serapah keluar dari mulutnya, sambil mengelus-elus tulang kering kakinya yang tadi dia tendangkan ke meja tersebut.

Dua rekannya yang pegang guitar hanya diam sambil geleng-geleng kepala melihat rekannya tadi yang terus ngamuk-ngamuk.

“Ben kenapa dia ngamuk mulu, emank berapa botol minuman dia sikat tadi malam!” bisik remaja yang pegang gitar bass pada rekannya yang bernama Ben dan pegang lead guitar.    

Remaja ini hanya angkat bahu seakan tak paham dengan rekannya yang pegang drummer tersebut ngamuk-ngamuk tak karuan.

“Ga tahu juga John, sejak kita adakan audisi nyari vocalis dan sampai sekarang belum nemu yang dia pingini, bawaannya ngamuk mulu,” kata Ben, dia lalu meletakan guitarnya dan mengambil sebatang rokok mildnya, lalu mengisapnya dengan nikmat sambil menikmati minuman seger yang terletak di studio itu dan duduk lesehan di lantai bersandar pada dinding. 

Ben dan John membiarkan saja rekannya yang tadi ngamuk dan kini balik lagi ke ruangan serta menatap keduanya dengan pandangan jengkel.

“Dasar loe berdua, enak-enakan santaiii, gue stresss tau gaaa!” sentaknya sambil melempar kotak rokok ke John. John hanya tertawa dan tidak pernah mengambil hati kelakuan sahabatnya ini, persahabatan mereka yang sudah lama dan panjang, sehingga tau kelakuan masing-masing.

“Habis mau gimana lagi, elooo nolak semua calon-calon vocalis, 3 calon vocalis wanita yang suaranya melengking juga loe tolak, alasan mau cari vocalis cowok, pusinggg pala birbie dahhh!” sahut Ben.

“Raymand, emank vocalis yang kayak gimana sih yang loe cari, sampai segitunya loe tolak 100 an lebih peserta audisi kita!” sambung John.

“Gue pingin nyari vocalis laki-laki, punya ciri khas suara tertentu, pintar main piano dan juga punya gaya panggung yang nyentrik, jangan ikut-ikutan gaya vocalis yang sudah ada, ini yang belum ketemu-ketemu juga!” keluh remaja yang ngamuk tadi dan bernama Raymand, dia mengambil rokok yang tadi dia lempar ke John dan mengisapnya perlahan, lalu menghembuskannya dengan kuat.  

Ketiga remaja yang baru berusia 18 tahunan ini akhirnya tenggelam dalam pikiran masing-masing, mereka berpikir keras bagaimana mencari calon vocalis seperti yang diinginkan Raymand sang drummer tadi.

Ketiga remaja yang baru lulus SMU ini memang sejak kelas I SMU sudah membentuk sebuah group band dengan genre pop-rock alternatif. Sang pendirinya tentu saja Raymand, sedangkan Ben dan John ia ajak masuk belakangan.

John malah bergabung baru 2 tahun, sedangkan Ben 6 bulan sejak Raymand membentuk band ini. Dua personel awal sebelum Ben dan John gabung mundur, karena menganggap musik hanya sekedar rame-rame saja, beda dengan Raymand yang ingin serius bermusik dan bercita-cita jadi musisi handal tanah air suatu saat kelak, dia sangat mengidolakan musisi luar seperti Bon Jovi dan Axil ‘Gun’n Roses. 

Mereka menamakan group bandnya dengan nama The Stollen’s, Raymand sendiri tak punya alasan spesifik di balik nama band itu dia hanya bilang suka saja dengan nama itu. Awal eksis, vocalis mereka bernama Dugar. Dugar mempunyai ciri khas suara melengking serta aksi panggung yang selalu heboh.

Mereka sering ikut lomba-lomba music sekolah dan kampus dan sering juara, malah sempat masuk dapur rekaman dan lumayan mendapatkan sambutan hangat dari para penggemarnya.

Sayangnya, sekolah mereka mulai berantakan akibat ke aseekan bermain music, itulah yang menyebabkan dua personel awal mundur dan digantikan Ben serta John.

Yang lebih parah, Dugar ternyata tak mampu melepaskan diri dari kecanduan alcohol, selain drop out dari sekolah, Dugar juga memutuskan keluar dari The Stollen’s dengan alasan ingin bersolo karir, mumpung masih muda katanya.

Raymand sangat kecewa dengan kepergian Dugar, padahal di saat bersamaan mereka sedang proses menciptakan lagu-lagu baru untuk masuk dapur rekaman lagi.

Nasib Dugar ternyata sangat tragis, dia meninggal dalam usia muda.

Awalnya mantan vokalis The Stollen’s ini seperti biasa mabuk-mabukan usai show atau usai manggung di sebuah Pub di Kota Bogor.

Dugar lalu pulang dengan mengendarai mobilnya bersama pacarnya yang juga sama-sama setengah mabuk. Padahal kawan-kawannya dan juga manajernya sempat melarang remaja ini nyiter sendiri. 

Tapi Dugar tetap ngotot, Dugar yang masih dalam pengaruh alcohol ini tak mampu mengendalikan mobilnya di jalan tol Cipali yang saat itu basah setelah di guyur hujan deras. Mobil sportnya yang saat itu dalam kecepatan tinggi menabrak pembatas jalan, lalu terbang ke sebelah jalan dan pada saat bersamaan lewat sebuah SUV dengan kecepatan tinggi, terjadilah tabrakan mengerikan.

Mobil sport Dugar ringsek berat, dia dan pacarnya tewas di tempat, gara-gara inilah Raymand sangat anti alcohol, ia juga melarang kawan-kawannya di band minum sampai mabuk, apalagi kalau lagi berlatih, pasti dia langsung menghentikan latihan music kalau ada yang tercium berbau alcohol. 

Sebagai pendiri sekaligus leader di group ini, Raymand tak patah semangat, dia tetap melanjutkan bandnya dengan berusaha mencari vocalis baru.

Sudah 3 vocalis yang sempat bergabung, dua di antaranya malah wanita, tapi Raymand tak puas dan akhirnya dia pecat ketiga vocalis itu, lalu memutuskan adakan audisi mencari vocalis baru, namun hasilnya sampai kini belum juga ketemu calon yang ia inginkan, khususnya kriteria yang Raymand cari.

Kini mereka baru lulus SMU dengan nilai pas-pasan, sehingga ketiganya memutuskan akan benar-benar menekuni dunia music secara serius.

Ben yang pegang lead gitar dan John bass gitar juga memiliki ortu yang cukup berada, tapi tentu saja jauh kalau dibandingkan keluarga Raymand. Ayah Ben sendiri seorang pegawai sebuah Kementerian BUMN, sedangkan ayah John pemilik 2 dealer mobil bekas di Jakarta.

Beda dengan Raymand, ayahnya merupakan pemilik lebih dari 35 rumah sakit swasta besar di Indonesia, sehingga Raymand bukan hanya mampu membeli alat-alat music mahal, dia juga punya studio music sendiri yang waahh dan kini jadi tempat latihan mereka.

Tak tanggung-tanggung, Raymand juga mendirikan sebuah PH yang memproduseri sendiri lagu-lagu mereka. Ayah Raymand adalah Alan Suhilin, dulunya Alan Suhilin hanya seorang dokter umum, lalu dia membuka klinik, lama-lama kliniknya makin besar dan berubah jadi sebuah rumah sakit.

Alan kemudian memutuskan membangun cabang rumah sakitnya, ternyata makin hari makin berkembang dan akhirnya beberapa tahun kemudian Alan membangun cabang-cabang rumah sakit swasta lainnya di beberapa kota di Indonesia, sehingga total kini memiliki 35 rumah sakit swasta. Bahkan kini 10 rumah sakit lagi akan segera di bangun dan masih dalam tahap lelang dengan kontraktor.

Raymand sendiri memiliki dua adik, adiknya yang pertama laki-laki, selisih 2,5 tahun dengannya dan adik bungsunya wanita selisih 3,5 tahun usianya dari dia. Rani, Ibu Raymand ternyata seorang bisnis women yang juga sukses, dia memiliki puluhan butik besar, sehingga bisa dibayangkan betapa kaya rayanya keluarga Raymand ini.  

Namun sebagaimana layaknya keluarga pengusaha, Alan dan Rani awalnya keberatan dengan niat Raymand ingin menekuni musik, mereka ingin Raymand seperti mereka, yakni jadi pengusaha saja. Tapi keduanya akhirnya luluh juga melihat Raymand tetap ngotot, dan membiarkan anak sulungnya ini terjun ke dunia musik.

Raymand memiliki wajah yang tampan, tubuhnya pun jangkung dan kulitnya putih kekuning-kuningan, mirip kulit ibunya, hanya saja badannya agak kurus. Sedangkan ayahnya memiliki kulit agak sawo matang. Namun Raymand dan kedua adiknya memilki kulit sama dengan ibu mereka, yang ternyata pernah jadi model saat masih muda.

“Bro…daripada suntuk, kita ke pub yuks, cari hiburan dululah, biar ga stresss, lagian mumpung belum malam ini!” tawar Ben.

“Setuju bro…ayooo Ray…!” ajak John.

Tentu saja kalau sudah kemana-mana, Ben dan John berharap sang bos ini ikut, sebab kalau Raymand ikut, semuanya sudah terjamin sampai mereka puas, karena uang Raymand memang tak berseri.

Ben dan John akhirnya lega, Raymand mengiyakan ajakan dua sohibnya ini, dia kemudian memanggil 3 pegawainya di studio mewahnya itu dan bilang mau jalan dulu. Studio mewah ini merangkap rumah bagi Raymand, ayahnya sengaja membelikan rumah ini dua tahun lalu dan Raymand menyulapnya jadi studio di bagian dasar atau di lantai 1.

Ryan dan Rani sudah tahu soal ini, malah Rani lah yang ikut sibuk menyulap rumah tua itu lalu di rehab total jadi rumah mewah dan diperuntukan bagi Raymand plus studionya. Rumah itu cukup luas dengan halaman depan belakang yang juga luas dan berada di sebuah kompleks perumahan elit, bahkan di belakang rumah selain ada taman, juga ada kolam renangnya.

Ben dan John jarang pulang ke rumah masing-masing, mereka lebih suka tidur di rumah Raymand dan sudah tentu makan tidur terjamin, karena di rumah itu ada tiga ART yang dipekerjakan Raymand, plus ada 4 satpam yang aplusan berjaga siang malam di pos depan rumah.

Ben menyopiri mobil SUV mewah keluaran terbaru produk Eropa, John duduk di sampingnya dan Raymand santai duduk di tengah. Tujuan mereka sebuah pub mewah yang ada di bilangan Jakarta Pusat.

Ketiga remaja ini berpakaian santai saja, Ben dan John malah masih pake celana pendek dan baju kaos, dengan sepatu kets, sedangkan Raymand pakai celana jeans sobek di lutut, di tambah baju kaosnya.

Ketiga remaja inipun masuk dan mencari tempat yang agak terpojok, karena mereka memang suka sekali menggoda pelayan-pelayannya yang seksi, terutama Ben dan John yang terkenal sangat fuckboy sejak di bangku sekolah.

Raymand sendiri tak mempermasalahkan kelakuan dua sahabatnya ini, yang penting saat latihan harus serius dan jangan coba-coba sering telat datang, dia bisa senewen dan marah-marah. Ben dan John sudah hapal karakter sang leader ini, sehingga mereka maklum apapun kelakuan Raymand, sama maklumnya Raymand pada kelakuan Ben dan John. 

Seperti sudah di duga, Ben dan John langsung menggoda beberapa pelayan cantik di pub yang sangat eksklusif ini, ternyata Ben dan John pelanggan setia di pub ini, terbukti para pelayan yang berpenampilan seksi ini tak aneh lagi dengan keduanya, mereka malah memeluk-meluk dua remaja yang cukup ganteng ini.

Tapi uniknya mereka tak ada yang berani mendekati Raymand, kecuali Raymand sendiri yang meminta. Raymand memang memiliki wibawa yang cukup kuat.

Rayman sendiri saat itu sedang terpaku pada seorang vocalis remaja yang sedang menyanyikan sebuah lagu milik group band lawas yang sangat terkenal, Scorpion asal Jerman. Suaranya melengking jernih dan terjaga intonasenya diiringi 4 pemain band.

“Maya, siapa vocalis itu, kayanya baru ku liat!” kata Ben sambil memeluk tubuh pelayan padat berisi dan berbau parfum mahal ini.

“Ohh itu namanya Manthis De Jong, masih remaja tu anak, umurnya baru 17 tahunan!” sahut Maya.

“Vocalis yang lama kemana?” sambung Ben lagi.

“Dia sakit, makanya si Manthis yang biasanya jadi backing vocal, kali ini di daulat jadi vocalis utama, lagian selama ini dia juga selalu jadi cadangan kok, tapi suaranya oke juga kan!” sahut Maya lagi.

“Lumayan…!” ucap Ben lagi, lalu mengecup pipi Maya.

Maya lalu permisi setelah mengecup balik pipi Ben dan ia menarik rekannya yang lain, yang juga sedang berpelukan dengan John.

Setelah dua gadis pelayan ini pergi, Ben menggamit lengan John dan keduanya memperhatikan Raymand yang sedang menatap ke depan panggung dan menikmati alunan lagu itu, tanpa memperdulikan ulah Ben dan John tadi.

“Agaknya band kita sebentar akan akan memiliki vocalis baru, liat dehhh pandangan si bos ke panggung depan terus dari tadi!” bisik Ben. 

“Betul bro, moga aja kali ini si vocalis ini mau bergabung dengan kita!” bisik John sambil tertawa kecil.

Manthis sang vocalis remaja ini kemudian membawakan 3 lagu lagi, suaranya ternyata sangat bagus dan selalu mengundang aplus pengunjung plus tentu saja uang tip dari mereka.

Setelah itu dia pun istirahat bersama bandnya, saat itulah Raymand meminta Maya yang kembali bergelayut di paha Ben, untuk memanggil Manthis ke bangku mereka.

Manthis pun datang dan menyalami dengan hormat Raymand termasuk Ben dan John. Ray memperhatikan pakaian Manthis yang cukup sederhana, dia tahu baju hingga celana remaja ini harganya semua kaki lima, tapi cukup bersih.

Beda jauh dengan pakaian mereka bertiga, walaupun celana sobek dan juga baju kaos, tapi harganya bisa beli motor baru, sepatu kets yang mereka kenakan saja harganya lebih dari 30 jutaan, merek sebuah brand yang memiliki garis ke atas dan sering wara-wiri mensponsori klub-klub sepakbola top Eropa hingga timnas berbagai negara, seperti Brasil, Inggris serta Argentina. 

*****

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status