Ibunya hanya membekali Manthis uang sebesar 500 ribu, itupun gaji ibunya sebagai seorang tenaga laundry atau tukang cuci baju. Untungnya Manthis punya otak yang cerdas, walaupun dia droup out saat kelas II SMU. Sambil sibuk bekerja, Manthis juga menyempatkan diri ikut jadi murid di kolong jembatan meneruskan sekolahnya, yang di kelola sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Pendidikan.
Selain nguli dan kerja serabutan lainnya, Manthis juga tak malu ikutan ngamen, nasib Manthis mulai berubah, saat dia ikutan ngamen bersama anak-anak kolong jembatan, suara Manthis yang melengking tinggi menarik perhatian wanita parobaya yang berpenampilan nyentrik.
Wanita parobaya yang bernama Mba Irma ini saat itu lagi makan di sebuah rumah makan pinggir jalan, Mba Irma adalah seorang manejer sebuah band di klub malam kelas atas.
Mba Irma memang suka sekali makan di warung-warung makan kelas bawah, dengan alasan bosan makan di restoran terus, gara-gara inilah nasib Manthis akhirnya berubah.
Mba Irma terkesan dengan suara khas Manthis, dia sampai request 3 lagu dan memberi 100 ribu rupiah buat Malaki dan dua temannya.
Setelah berkenalan, Manthis pun di undang datang keesokan harinya di tempat latihan band yang di kelola Mba Irma ini.
Ketika ikut berlatih, Mba Irma dan pemain band lainnya cukup makin suka dengan suara remaja ini. Manthis pun kemudian diterima sebagai backing vocal, karena suaranya yang bagus itu.
Manthis yang semula tidur sembarangan tempat, kini bisa menyewa kost kecil yang ongkos sewanya 350 ribu sebulan, sangat kecil kamar kos nya, yakni ukuran 2,5 X 2 meter, hanya buat tidur doank.
Tapi Manthis pun bersyukur, daripada dia tidur di emperan toko atau di tempat proyek, di mana dia nyambi ikut sebagai kuli bangunan, dia juga mengajak dua sohibnya, Nadu dan Amang yang sejak awal dia tinggal di Jakarta selalu baik dan membantu tinggal bersama di kos tersebut, dengan Nadu dan Amang lah Manthis selama ini mereka sering ngamen.
Sejak diterima sebagai backing vocal, Manthis berhenti jadi kuli bangunan dan ngamen dengan dua sohibnya ini. Dia fokus sebagai backing vocal, sekaligus ikut jadi tenaga kebersihan di pub mewah itu, Manthis melakukan itu sebagai tambahan uang sakunya.
Kalau uang tip yang dia peroleh lumayan, Manthis akan mengirimkan sebagian uangnya pada Ibu nya di Banjarmasin.
Itulah yang akhirnya mempertemukan dia dengan Raymand, Ben dan Jhon yang kini telah merubah nasib Manthis, yakni jadi vocalis utama Band The Stollen’s.
Sampai di studio Ray bertanya darimana saja Manthis, dan saat melihat sang vocalisnya ini kini memiliki mobil, ketiga sohibnya ini pun bertanya beli apa saja selain mobil jenis SUV, Manthis pun bercerita apa adanya, ketiganya terbahak-bahak menertawakan kepolosan Manthis.
“Manthis-manthisss…untung loe kagak kena begal, bawa duit milyaran dalam tas punggung, hadeeuhhh polos dan lugu amirrr loeee!” ledek Ray terbahak-bahak. Manthis hanya tersenyum mesem.
“Eh yang namanya Anita itu cantik gaa…emank loe suka wanita yang lebih tua yaa?” tanya Ben.
“Ngga Bang, kami hanya berteman doank, saya mahhh mana berani jatuh cinta ama cewek, saya kan miskin dan bukan siapa-siapa!” sahut Manthis tersipu malu.“Tenang broe, pintu kesuksesan kita sudah di depan mata, bentar lagi loe akan di kejar-kejar cewek, duit loe juga bakalan tak berseri lagi kelak, wajah loe aslinya tampan, hanya badan loe ceking gitu. Mulai sekarang latihan gym lahh, nih di rumah leader kita ada fasilitas gym, atau masuk ke sasana gym sono, lebih enak karena ada pelatihnya!” sela John.
“Iya Manthis, badan loe itu kayak pecandu narkoba saja, ingat yaa…narkoba haram di sini, kalau miras boleh tapi awas jangan sampai mabuk. Tapi sebaiknya hindari juga, ingat Durga, mantan vocalis band kita yang bernasib tragis gara-gara miras. Pokoknya kalau sampai melanggar pantanganku, tak ada ampun, kupecat sebagai anggota band!” Raymand menatap ketiga kawan satu persatu dan semuanya mengangguk.
*****
Setelah Latihan, Manthis kembali ke tempat kosnya, pintu kosnya masih terkunci, tanda Nadu dan Amang belum pulang dari ngamennya.
Kos Manthis sendiri letaknya di daerah Sawah Besar, Jakarta pusat, kedatangan Manthis dengan membawa mobil SUV terbaru membuat pangling beberapa tetangga kosnya.
Bahkan banyak anak-anak kolong jembatan yang mendekati mobil warna hitam itu dan mengelus-elus body mobil tersebut, Manthis langsung trenyuh.
“Amirr, ajak teman-temanmu ke sini!” panggil Manthis, pada seorang anak yang badannya gendut dan berusia 10 tahunan dan saat itu terus mengelus mobil ini.
“Iyee bang, kenapa bang…heii ayoo jejer semua?” Amir langsung mendekat diiringi 5 orang anak lainnya dan bak komandan hansip dia memerintahkan 5 sahabatnya berdiri sejajar. Manthis tersenyum, dia kemudian mengambil dompet dan memberi masing-masing satu lembar 50 ribuan, Amir dan kawan-kawan melonjak kegirangan saat menerima rejeki nomplok itu dan mereka langsung menciumi tangan Manthis dan kini berbelanja jajanan di sana, sehingga si penjual jajanan kesenangan bukan main, karena dagangannya laku.
“Waaah sudah tajirr enteee Manthis!” sapa Wan Abud, seorang warga yang tinggal di kolong jembatan dan cukup akrab dengan remaja ini.
“Alhamdulillah wan, dapat rejeki bagi-bagi sama anak di sini!” sahut Manthis sambil mencium tangan Wan Abud, yang bernama asli Abu Hasan.
“Bagusss…aku senang kamu tak lupa dengan orang tak mampu, sering-sering ajah sedekah, biar rejeki kamu naik terus, sudah dulu yaa, aku mau jalan!” Wan Abud lalu permisi dan pergi dari hadapan Manthis.
Tak lama kemudian, datang Nadu dan Amang, dua remaja yang sebaya dengan Manthis, hanya Nadu yang 2 tahun lebih muda dari Manthis dan Amang, kedua sahabatnya ini terlihat berjalan lesu.
Ketika melihat Manthis kini berdiri dekat sebuah mobil SUV hitam dan pakaianya terlihat baru, Nadu dan Amang langsung kaget.
“Waah eloee makin kaya sekarang This, udah punya mobil lagi…ckckckckckc!” Nadu langsung mendekat dan memegang mobil baru itu.
“Dapat bonus yaa dari band loe yang baru This!” sela Amang. Manthis hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Kenapa wajah kalian suntuk begitu?” tanya Manthis.
“Hari ini sepi This, malah kita kena usir terus saat ngamen, cuman dapat segini!” Nadu lalu mengeluarkan uang 3 lembar dua ribuan, sambil meletakan gitar kecilnya dan duduk di depan kos mereka.
“Udah makan belum?” tanya Manthis lagi.
“Buru-buru makan, uang mana cukup!” sahut Amang, sambil ikutan duduk dekat Nadu. Manthis langsung tersenyum.
“Ayoo kita makan nasi padang di sana!” ajak Manthis, Nadu dan Amang langsung berbinar, tanpa di suruh dua kali mereka langsung bangkit berdiri dan mengikuti Manthis berjalan kaki ke rumah kanan milik Uda Minah.
“Kalian makan saja sepuasnya, pilih semua lauk yang kalian suka!”
“Wowww…benar-benar loe This sudah berubah sekarang, aku senang banget, kita kini punya sahabat tajir!” Nadu tertawa kesenangan, dibandingkan Amang, Nadu lebih ceria dan ceplas ceplos, sedangkan Amang cenderung pendiam dan tak banyak bicara.
Setelah melihat dua sahabatnya kekenyangan, Manthis yang hanya memesan kopi hangat karena dia sudah makan di studio The Stollen’s, lalu menawarkan kedua sahabatnya ini tinggal bareng dia di apartemen.
Makin kagetlah Nadu dan Amang, tak pernah mereka bermimpi kalau sahabatnya kini telah memiliki apartemen, setelah tadi sebuah mobil mewah. Keduanya saling berpandangan mendengar tawaran Manthis.
“Kalau kami tinggal di apartemen…masih bisa ga kami ngamen…?” tanya Nadu polos.
“Bisalah…tak masalah!” sahut Manthis. Lagi-lagi Nadu dan Amang senang bukan main dan mereka tak pernah membayangkan akan tinggal di sebuah apartemen.
Saat Manthis menyebutkan Apartemen Mansion Anggrek di daerah Jakarta Selatan, kedua sahabatnya ini kembali melongo, tentu saja keduanya tahu kalau apartemen itu sangat mewah, karena mereka sering lewat saat ngamen dan melihat apartemen itu dari kejauhan.
“Kapan kita pindah ke apartemen!” Nadu jadi tak sabaran.
“Minggu depan…!”
“Yahhh kupikir sekarang!” Nadu langsung cengengesan.
“Sabar Ndu, yang penting nikmatin sekarang makanan enak yang ada di depan kita,” sela Amang sambil terus makan dengan tenang.
Manthis cukup segan dengan Amang, pembawaan Amang selalu tenang dan setiap memutuskan sesuatu, remaja ini tak pernah grasa grusu.
Amang sama dengan Manthis, yakni sama-sama anak perantauan, tapi Amang berasal dari sebuah desa di Jawa Tengah. Sedangkan Nadu asli Jakarta, tapi sejak kecil sudah mandiri karena dia ditelantarkan kedua orangnya, Nadu sampai kini tak tahu siapa orang tua kandungnya tersebut.
Malamnya, Manthis kembali membawa dua sahabatnya ini jalan-jalan ke mall, dia mempersilahkan dua sahabatnya ini berbelanja hingga masing-masing 5 stel pakaian dan sepatu.
“This…tak usah di hambur-hamburkan uang yang kami peroleh, tabunglah, ingat dunia music itu tak selamanya enak, ada saatnya kelak turun ke bawah!” kata Amang menasehati sahabatnya ini, remaja yang belum genap 18 tahunan ini tentu sayang dengan uang yang dimiliki Manthis, yang kini seakan di hamburkan, bak monyet baru saja terjun ke kebun kacang.
Manthis terdiam di nasehatin sahabatnya, dalam hati dia membenarkan ucapan Amang.
Setelah puas berbelanja, Manthis, Nadu dan Amang pulang kembali ke kos mereka, Nadu sampai tidur dengan baju barunya saking senangnya. Mimpi dia belanja di mall terpenuhi malam ini oleh Manthis.
*****
Undangan tampil pun di tata dengan sangat rapi, termasuk tampil di acara-acara TV, kolaborasi manajemen The Tollen’s dengan produser music yang mengontrak mereka, dalam waktu singkat mengangkat The Tollen’s satu-satunya group music pendatang baru yang sangat professional.
Ray kini sudah tenang, karena berkat Tim Manajemennya, dia bisa fokus mencipta lagu-lagu baru, serta bagi waktu untuk tampil di mana-mana, sesuai undangan yang mereka terima.
Manthis pun benar-benar melaksanakan saran Ray, dia lalu masuk sebuah gym dan berlatih keras, hingga dalam waktu hanya 3 bulan, tubuh kurus Manthis mulai kekar.
Penampilannya pun makin gagah dan tampan, karena wajahnya memang ada blaster-blasterannya, dulu tubuh Manthis yang sempat gelap karena lama jadi kuli bangunan, namun semenjak jadi backing vocal, kulitnya mulai ke bentuk aslinya.
Dan kini makin bening saja, sebab tanpa sungkan Manthis ikut perawatan. Manthis pun kini jadi idola baru dan mulai memiliki penggemar fanatik di mana-mana.
Album pertama The Tollen’s laku keras dan tembus diangka 2 juta copi CD, Ogong Lee sang produserpun sangat sumringah dan kini dia tak sia-sia bayar mahal 4 personel The Tollen’s ini. Group music ini memang beda dari yang lain, selain terlihat sangat berkelas, penampilan 4 personelnya juga benar-benar sangat kelas atas, tidak sembarangan layaknya musisi-musisi rock pendatang baru.
Saking sibuknya meniti karir, kini Manthis tak pernah lagi bertemu Anita, awalnya komunikasi mereka juga lancar, tapi sejak kepadatan yang sangat tinggi, lama-lama komunikasi mereka sangat jarang.
Sebagai band baru yang semuanya di gawangi remaja, penggemar The Stollen’s tentu saja 90% remaja juga. Namun, sebuah band baru diakui hebat kalau sudah tampil di sebuah konser yang dihadiri puluhan ribu penggemarnya dan kesempatan itu datang juga.
Produser Ogong Lee datang khusus menemui empat remaja ini di studio mereka, saat ke empatnya baru saja selesai latihan.
“Loe olang semua akan tampil di Bandung, menulut panitia di sana, konsel ini merupakan konsel terbesallll kalian, penonton diperkilakan mencapai 50 libu olangg, kalau konsel kalian sukses, maka kalian akan jadi band papan atas dahhh, kalena akan disialkan langsung sebuah TV swasta!” kata si cadel ini.
“Tanggal berapa koh kami tampil nanti!” sahut Ben antusias, sementara Ray, John dan Manthis mengangguk mengiyakan ucapan Ben.
“Satu setengah bulan dari sekalangg, kalian berlatih yang baik ya, semua tetek bengek sudah di ulus anak buah owe! Nih tanda tangani kontlak kalian!” Ogong Lee lalu meminta stafnya membuka dokumen kontrak buat mereka tampil. Tentu saja Raymand lah yang tanda tangan, karena merupakan leader group band mereka.
Untuk mempersiapkan diri agar tampil maksimal di konser terbuka pertama mereka yang bakal dihadiri puluhan ribu penonton. Ray meminta mereka tak tampil dulu ke acara-acara TV atau di koran infotaiment, ini juga sesuai kontrak ekslusif yang baru ia tanda tangani mewakili band The Tollen’s.
12 lagu dari album pertama di latih mereka dengan sebaik-baiknya, Ray juga sudah memutuskan, sejak saat ini tidak akan lagi membawakan lagu-lagu dari band lain, tapi hanya khusus membawakan lagu-lagu milik mereka.
Selain 12 lagu dari album pertama mereka, The Tollen’s juga mempersiapkan 5 lagu baru yang rencananya akan mereka rilis setelah konser pertama itu. Hebatnya dari 5 lagu itu, dua lagu diciptakan Manthis, yang salah satu lagunya dulu sempat di puji mirip lagu Bohemian Rhapsody nya band legendaris Queen, yang batal masuk di album pertama.
Ogong Lee juga menjanjikan, bila konser di Bandung sukses yang dilanjutkan dengan rilis album kedua, maka mega konser di 100 Kota besar di Indonesia akan mereka dapatkan. Inilah yang membuat keempatnya sangat antusias dan benar-benar berlatih sangat serius.
Tentu saja selain janji konser besar di 100 kota itu, nilai kontrak yang mereka dapatkan juga tak main-main, sangat besar sekali, sampai-sampai Manthis, Ben dan John tak bisa tidur saking gedenya angka yang bakal mereka dapatkan.
Hanya Ray yang tenang-tenang saja, baginya angka itu bisa lebih besar lagi kelak, karena sudah puluhan endorsment yang siap mengontrak mereka, usai konser di Bandung kelak. The Tollen’s kini bersiap menjadi band besar dan menuju sukses…!
*****
BERSAMBUNG
“Tenang broe, jangan gugup, tarik nafas panjang dan anggap saja puluhan ribu penonton itu hanya sekumpulan manusia biasa!” Amang menenangkan Manthis yang terlihat agak nervous di ruang make up.Manthis benar-benar tak tenang dari tadi, inilah penampilan perdananya bersama group bandnya The Stollen’s di panggung secara terbuka, juga disiarkan langsung sebuah TV swasta yang di tonton 50 ribu penonton lebih di stadion. Stadion Jalak Harupat bak mau runtuh saking hebohnya suara-suara penonton yang terus bersorak sorai dari tadi.Ben dan John dari tadi terlihat tak putus-putusnya merokok, sesekali mereka menenggak air mineral untuk menenangkan hati.Hanya Ray yang terlihat agak tenang, leader The Stollen’s ini benar-benar jadi sosok panutan, karena mampu menahan diri tidak berlebihan seperti tiga sahabatnya.Ketika mereka ingin menenggak minuman keras agar lebih tenang, mata Ray langsung melotot, sehingga Ben dan John terpaksa diam tak
Manthis datang walaupun telat 15 menit dari jadwal yang sudah mereka sepakati. Baik Dessy maupun Anita ternyata tidak pulang sejak dari mall, mereka masih mengenakan baju kaos dan celana jeans ketat yang mereka pakai sejak siang tadi. Rupanya mereka betah juga berlama-lama di mall.Manthis pun ternyata sama, dia masih mengenakan baju kaos di padu jaket hitam, yang dia pakai saat latihan di studio music The Stollen’s.“Maaf aku telat, bukan karena sengaja lo yaa, tapi jalanan lumayan macet!” ucap Manthis sambil duduk di depan dua wanita jelita ini. sejak di parkiran Anita sudah memberi tahu Manthis di mana mereka menunggu di kafe yang tentu saja di ketahui Manthis letaknya.Rambut Manthis kini makin panjang, tapi di ikat ala cepol atau gaya rambut chonmage yang dulu sangat terkenal di jaman kerajaan Jepang, dan kini kembali populer di kalangan remaja dan anak muda, terlebih pesepakbola Real Madrid Gareth Bale selalu suka meniru gaya rambut itu.
Satu hari sebelum mereka berangkat ke Surabaya, album kedua mereka ‘Dara…di Sinilah Cinta Kita Bermula’ di rilis dan mulai di putar di youtube, radio-radio dan juga TV-TV music. Dan tepat seperti dugaan Ray, Ben dan John, lagu yang intronya di mulai dengan alunan lembut piano Manthis, lalu di susul raungan guitar Ben dan cabikan bass John serta di beri sentuhan sedikit drum Raymand ini langsung merajai topchart lagu-lagu di seluruh tanah air.Di youtube lagu ini sudah di tonton lebih dari 1 juta orang, hanya dalam tempo satu hari saja, albumnya pun meledak di mana-mana, walaupun tentu saja beda dengan penjualan album di masa lalu, karena kini sudah di jual melalui podcast-podcast yang menjamur dan tentu saja menjangkau hingga ke luar negeri.Bahkan hampir semua podcast meraup untung tak sedikit dengan lagu ini, karena selalu di putar berulang-ulang oleh pendengarnya, sehingga royalty ke produser Ogong Lee bak mencetak duit saja lagi.Setiap ha
“Duehhh weceee…Machicaaaa…kenapa yee pake handukann sihh, ehhh sapaaaa tuhh yang lagi buru-buru berpakaian?” Vene langsung tertawa dan bilang liat aja sendiri orangnya.Begitu Manthis keluar kamar, dia terperanjat saat melihat Jeje sudah ada di apartemen ini.“Ihh doskiiii…kirain siapaahhh, ehh mau keminong kok buru-buru amirrrr?”“Sorry Je, gue buru-buru ada latihan di studio!’ kata Manthis sedikit gugup, tak menyangka manejer Vena yang suka ngegibah ini ada di sini.“Ga usah bo’onggg dehhh, band kalian kan lagi cuti, emank studio yang mana?” Jeje langsung menarik tangan kekar Manthis. Vena yang meliat Jeje dan dan Manthis bicara, langsung permisi mau ke kamar mandi.“A-anu Je…mau latihan buat endorse nanti!”“Ssssttt…sini dehh!” Jeje pun lalu menarik tubuh Manthis kemudian berbisik, Manthis langsung kaget.&ld
Resepsi itu kelar pukul 11 malam, Manthis dan Vena turun panggung dan Ia akhirnya kembali istirahat ke kamarnya yang mewah dan sudah di bokingkan sang pengusaha ini. Belakangan Manthis baru tahu, kalau hotel ini milik sang pengusaha itu sendiri.Sementara Vena juga istirahat di kamarnya sendiri, sesaat sebelum masuk lift menuju kamarnya, Jeje sempat berbisik kalau malam ini Vena akan bersama sang pengusaha itu, Manthis hanya tersenyum mesem saja.“Tenanggg weceee…ga usah cimbikirrr gicuuuu yaaa…ntar ye sama Hana di Jakarta, tenang ajeee, eykee yang aturrr!” kata Jeje tertawa.Nadu dan Arman berbeda kamarnya, Manthis di kamar sendirian, setelah melepas pakaiannya Manthis pun ingin mandi, karena badannya sangat gerah, apalagi tadi saat nyanyi pipinya selain kena cubit, juga beberapa kali di cium para undangan.“Berendam di bathub segerr kali yaa,” kata Manthis seorang diri.Baru 30 menitan berendam, tiba-tiba tel
“Whatsss…jadi besok kamu mau ke Kalimantan show sayangg!” kata Sheila, saat Manthis bilang besok dia akan pergi.“Ga bisa di tunda yaa?” Manthis langsung menggeleng, dia bilang, karena ini menyangkut group band mereka yang telah mengangkat namanya, tidak ada alasan apapun dia tidak hadir dan show bersama The Stollen’s. Sheila akhirnya pasrah dan tidak melarang kekasihnya pergi besok.“Sayang…ada kabar baik, Adit setuju bercerai, tapi kami akan bercerai diam-diam, jadi sambil kelak bicara dengan ortu, kami masih serumah!” Sheila memeluk Manthis.Manthis memang pernah blak-blakan bilang, dia tak bisa terus menerus jadi orang ketiga dalam rumah tangga Sheila dan Adit.Keduanya kemudian tenggelam dalam kemesraan, sampai menjelang pagi, karena jam 9 pagi Manthis harus segera ke bandara untuk terbang ke Juanda, Surabaya, lanjut Bandara Syamsudinoor Banjarbaru.Di perjalanan menuju bandara, Amang men
Di balik kesuksesan luar biasa group band The Stollen’s dan kenapa Ray sering banget senewen kalau ada yang tak berkenan di hatinya, itu semuanya gara-gara persoalan orang tuanya. Alan Suhilin diam-diam ternyata memiliki WIL alias wanita idaman lain.WIL Alan Suhilin seorang perawat yang bekerja di salah satu rumah sakit miliknya sendiri, kesibukan Rani sebagai bisnis women membuat Alan haus kasih sayang seorang wanita. Perkenalannya dengan Weni, seorang perawat yang umurnya hanya terpaut 3 tahun dari Ray, membuat Alan bak menemukan cinta baru lagi.Walaupun perbedaan usia mereka cukup jauh, karena Alan sudah berusia 47 tahunan, sedangkan Weni baru jalan 24 tahun.Hubungan itu awalnya aman-aman saja, namun Alan tak bisa menyembunyikan lagi hubungannya dengan Weni, gara-gara keteledorannya sendiri, yakni kepergok Rani dia membeli membeli popok bayi di sebuah supermarket.Tentu ini pemandangan yang sangat aneh, seorang konglomerat membeli popok bayi d
Begitu sampai di hotel tempat mereka nginap, personel The Stollen’s bisa bernafas lega, karena penjagaan di hotel mereka lebih ketat, sehingga ratusan penggemar tak bisa merangsek masuk ke dalam area hotel, bahkan ke halaman hotel pun tak boleh, pihak hotel berkilah ini demi kenyamanan para tamu hotel lainnya.“Hebatt yahh kalian, punya penggemar fanatic gituhh?” puji Sonia.“Kamu beruntung lohh Sonia, bisa duduk dan ngobrol bareng kami yang di puja-puji…cucukkk dehhhh,” kata Ben bergaya kenes, hingga semuanya tertawa. Sonia makin suka bergaul dengan personel group ini. Padahal awalnya dia mengira mereka itu sombong dan angkuh, karena sedang berada di puncak popularitas.Ben, John dan Manthis langsung beristirahat di kamar masing-masing, Ray menemani Sonia di restoran yang terdapat di hotel itu, karena sopir Sonia masih dalam perjalanan.“Hebat kamu Sonia, masih muda udah punya usaha!” kata Ray.&ldq