"Nay, Nay bangun udah sampe". Ucap Gempa sambil menepuk nepuk pipi Anaya pelan.
"Nay, sayang, bangun". Ucapnya lagi karena Anaya masih tetap nyaman dengan posisinya.
"Hmmm,". Gumam Anaya yang sedikit terusik.
"Bangun udah sampe,". Ucap Gempa.
Anaya langsung membuka matanya terkejut. "Hah, Udah sampe?" Tanya Anaya tak percaya. Dia melihat keluar jendela untuk memastikan jika mereka benar benar sudah sampai atau tidak.
"Udah yu turun, barang barang lo udah di bawa sama Amir,". Ajak Gempa yang langsung beranjak dari duduknya.
Mereka berduapun turun dari bis. "Kalo pasutri mh beda yaa bro, yang lain udah bangu
Setelah solat isya anak anak peserta camping sudah berada di lapangan untuk melakukan perjalanan malam."Kok gak pake jaket?" Tanya Anaya pada Gempa."Males,". Jawab Gempa santai. Anaya hanya menganggukan kepalanya."Pemberangkatan pertama itu Dito, Anaya, Nada dan Galang". Ucap Ambra di depan sana."Disusul dengan pemberangkatan kedua Amir, Jeno, Mawar, dan Nadia". Lanjutnya."Yes, gue sama Amir,". Heboh Nadia. Vanta melirik Nadia dengan tatapan sinisnya."Dilanjut dengan pemberangkatan ketiga yaitu Gaga, Niko, Andin, dan Ameral". Lanjut Ambra."Dan pemberangkatan kelima itu Gempa, Dimas, Siska dan Vanta". Ucap Ambra yang membuat Anaya dan Gempa terkejut."What. Lo sama Siska." Kesal Anaya.Gempa juga kaget tapi dia berusaha untuk tetap cool. "Lo juga sama Dito," jawab Gempa acuh."Gempa nanti jagain gue yaaa,". Ucap Siska yang langsung merangkul tangan Gempa manja."Pasti dong,"
"Aaaaaa... Harimau, mamah tolong Nada..." Teriak Nada dan terus berlari secepat mungkin."Ya allah Nada gak mau mati muda, Nada masih mau nikah walaupun gak sama Jeno juga gakpapa, asalkan Nada selamat." Teriaknya tak karuan.Nada berhenti saat dia sadar bahwa dia dan ketiga temannya terpisah sangat jauh. "Aduh... Ini kemana lagi,". Tanya Nada pada diri sendiri."Hiks, ini gue di mana yaaa?" Gumam Nada sambil terisak.Sekarang dia seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah di kejar harimau, terpisah dengan ketiga temannya pula.Nada sangat bingung sekarang. "Jeno tolongin gue,". Isak Nada. Dia duduk di bawah pohon dengan memeluk kedua kakinya."Jenoo gue takut,". Isak Nada semakin lirih."Hiks... Hiks... Hiks..." Nada terus terisak dengan memeluk lututnya ketakutan."Jeno, tolongin Nada..." Isaknya semakin lirih.Disisi lain, kelompoknya Jeno sudah di berangkatkan oleh Cici. "Hati hati Jen,". Ucap
Inti WARRIOR dan yang lainnya hanya bisa diam saat Gempa menanyakan dimana keberadaan Anaya."Anaya dimana. ANJING!" Teriak Gempa saat semua orang bahkan Ambra pun hanya diam saat dia menanyakan keeradaan istrinya."Bajingan! Jawab babi!" Umpat Gempa kesal sendiri."A-an Anaya hilang,". Ucap Galang dan langsung menunduk takut."Bajingan!" Umpat Gempa lalu menghajar Galang habis habisan.BughhBughhBughh"Lo gue tugasin buat jagain dia. Bangsat!" Umpat Gempa disela sela menghajar Galang.BughhBughh"Udah Gem, gak guna lo kaya gini,". Peringat Jeno dan langsung menarik Gempa agar menjauh dari tubuh Galang yang sudah terkapar lemas di tanah.Gempa beralih menatap Dito dan langsung menghajarnya habis habisan seperti yang ia lakukan pada Galang.BughhBughhBughh"Bajingan!" Umpatnya dan terus melayangkan pukulan pada Dito.Bughhhh
Perlahan Gempa membuka matanya karena dia merasa ada yang berbeda dari posisi tidurnya semalam. "Nanay..." Teriak Gempa saat Anaya tidak ada di sampingnya."Sttttt, gue lagi di urut sama Nada,". Ucap Anaya lembut.Mendengar itu Gempa pun langsung duduk di samping Anaya yang sedang di urut oleh Nada. "Lo kenapa?" Tanya Gempa dengan raut wajah khawatir."Gak usah pegang pegang." Peringat Anaya lalu menepis tangan Gempa yang akan menyentuh kakinya."Lo kenapa?" Tanya Gempa sekali lagi."Keseleo,". Jawab Anaya singkat."Kapan? Dimana? Kok gue gak di bangunin sih." Ucap Gempa kesal sendiri karena Anaya selalu saja membuatnya khawatir."Sttttt, gak boleh berisik,". Peringat Anaya lalu meletakan jari gelunjuknya pada bibir cerewet suaminya itu."Udah selesai, gak boleh terlalu banyak gerak dulu biar gak tambah bengkak,". Ucap Nada yang langsung di balas anggukan oleh Anaya. "Makasih, Nad," Ucap Anaya tersenyum.
Malam ini adalah malam terakhir mereka di tempat camping. Itu artinya malam ini adalah malam yang paling di tunggu tunggu oleh semua siwa siswi yang mengikuti camping. Acara malam ini adalah api unggun dan nyanyi nyanyi bersama.Anaya sudah berada di lapangan sejak tadi sedangkan Gempa, dia masih sibuk dengan ke enam sahabatnya."Nay, nanti mau nampilin apa?" Tanya Dito pada Anaya."Emm enggak deh, lagian gue sama temen temen juga belum latihan apa apa," Jawab Anaya. Dia memang tidak begitu suka tampil di depan orang banyak apalagi untuk joged atau bernyanyi.Dito hanya mengangguk anggukan kepalanya mengerti. "Nanti kalo temen lo ada yang mau tampil, bilang kak Cici aja,".Ucap Dito."Oke,". Jawab Anaya singkat."Anaya." Teriak seseorang dari arah belakang. Dan sudah bisa Anaya pastikan bahwa itu adalah Gempa. Suaminya.Anaya menoleh pada sumber suara. "Apa?" Jawabnya. Gempa tidak menjawab, dia langsung menarik tangan Anaya menuju tendanya."Woy g
"Hhmmtttt,". Berontak Anaya saat pasokan udaranya mulai habis. Dia terus memukul mukul dada bidang Gempa agar dia melepaskan ciumannya.Karena melihat Anaya yang sudah mulai kehabisan nafas Gempa pun melepaskan ciumannya.HuuuhhhhHuuuuhhhhHuuuuhhhhhAnaya masih mengatur nafasnya yang hampir habis akibat ulah suaminya itu. Gempa mengelap bibir Anaya yang basah dengan jempolnya. "Manis,". Ucap Gempa tersenyum manis kearah Anaya."Lo hampir bunuh gue, Gempa." Kesal Anaya yang hampir saja dia merenggut nyawanya akibat berciuman dengan Gempa."Kan nanti gue kasih nafas buatan,". Jawab Gempa santai.Anaya memutar bola matanya malas. "Keluar yuuu, gue mau liat anak anak tampil,". Ajak Anaya yang sudah mulai bosan berada di dalam tenda. Apalagi hanya berdua bersama suami mesumnya ini."Mau lagi,". Rengek Gempa seperti anak kecil.Anaya mengerutkan keningnya tak mengerti dengan apa yang Gempa ucapkan. "Mau apa?" Tanya Anaya."Mau ini,". Gemp
Anaya dan Gempa tiba di Apartemen mereka sekitar pukul sembilan lebih tiga puluh lima menit dan sekarang sudah pukul delapan lebih dua puluh satu malam."Nay,". Panggil Gempa yang sedang asik merebahkan tubuhnya di atas sofa."Hmmm,". Jawab Anaya singkat. Dia masih fokus dengan ponsel di tangannya."ANAYA KLARADISTA!" Teriak Gempa sangat melengking."Apasih,". Kesal Anaya karena suara Gempa sangat sangat menganggu indra pendengarannya."Sini dulu,". Ucapnya pada Anaya yang sedang asik bermain ponsel di dalam kamar."Sini aja, gue males,". Jawab Anaya singkat."Ihhh... Bentar aja sini,". Teriak Gempa lagi.Dengan berat hati Anaya pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ruang tv dengan langkah malasnya."Apa?" Tanya Anaya yang langsung duduk di pinggiran sofa.Gempa langsung beranjak dari tidurnya dan beralih menghadap Anaya. "Lo lupa?" Tanya balik Gempa.Anaya mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan apa yang Gempa ucapkan baru
Baru saja Gempa ingin menyentuh dada Anaya, tapi bel apartemen nya lebih dulu berbunyi.Ting tongTing tong"Anjing!" Umpat Gempa kesal sendiri.CupAnaya mengecup kening Gempa sekilas untuk meredakan sedikit kekesalan suami bayinya itu. "Bentar yaa,". Ucap Anaya lembut.Anaya beranjak untuk membuka pintu. "Loh bunda, ayo masuk,". Ucap Anaya terkejut karena yang datang itu adalah mertuanya."Gempa mana, Nay?" Tanya Santi."Ada kok, bentar yaa Anaya panggil dulu,". Jawabnya lalu berjalan ke kamar untuk memberitahu Gempa bahwa yang datang itu adalah bundanya."Udah?" Tanya Gempa masih dengan wajah kesalnya.Anaya berjalan menghampiri Gempa yang masih berbaring di atas tempat tidur. "Diluar ada bunda,". Ucap Anaya."Ihhh... Ngapain sih bunda malem malem kesini. Ganggu orang mau nenen aja." Gerutu Gempa sangat kesal.Anaya terkekeh melihat tingkah childish suaminya ini. "Sini peluk dulu, nanti temuin bunda yaa," Anaya langsung memeluk