Bell pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan kini Gempa sudah berada di kelas Anaya untuk menunggu Anaya yang sedang membahas tugas bersama teman kelompoknya.
"Masih lama?" tanya Gempa yang sudah mulai bosan."Bentar lagi," jawab Anaya yang masih fokus membahas tugas untuk besok mereka presentasi kan di depan kelas.Gempa menghembuskan nafasnya gusar sambil terus memperhatikan Anaya yang sedang fokus membahas tugas bersama teman temannya."Iya. Nanti kaya gitu aja, kalo masih bingung nanti malem kita vc group aja," ucap Anaya pada teman kelompok nya."Nah boleh juga tuh, gue juga masih belum ngerti banget sih," jawab salah seorang teman kelompok Anaya yang bernama Merla itu."Yaudah kalo gitu gue balik duluan yaa, nanti malem aja kita bahasnya," ucap Anaya lalu merapihkan buku bukunya di ikuti dengan ketiga teman kelompoknya. Merla dan Nike."Ayoo," ajak Anaya yang sudah selesai membereskan buku bukunyAnaya dan Gempa sudah berada di apartemen mereka. Dan sekarang Gempa sedang rebahan di atas sofa sedangkan Anaya, dia sedang memasak di dapur."Yang... mau susu," teriak Gempa dari ruang tv."Ambil sendiri, gue lagi masak," balas Anaya dengan berteriak."Bawain bentar, cepet!" teriak Gempa ngotot."Ck. Iya iya sebentar," jawab Anaya lalu mematikan kompornya sebelum pergi memberikan susu kotak pada Gempa. Untung saja sayur sop yang ia buat sudah matang hanya tinggal di pindahkan ke mangkuk saja.Anaya berjalan kearah ruang tv dengan susu kotak di tangannya. "Nih," ucap Anaya menyodorkan susu kotak yang ia bawa."Apaan nih?" tanya Gempa heran."Katanya lo mau susu. Ini gue udah bawa susu kotak," jelas Anaya malas."Orang gue maunya susu lo. Kok malah dikasih yang di kotak sih," jawab Gempa. Dia langsung Menarik pinggang Anaya. Alhasil Anaya pun terjatuh di atas paha Gempa."Apaan sih Gem. Gue lagi masak t
Anaya sedikit terusik dengan tangan kekar yang mengelus lembut sebelah pipinya."Enghhhh..." usik Anaya."Bangun sayang," ucap Gempa sangat lembut.Perlahan Anaya membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di ruangan itu. "Jam berapa?" tanya Anaya pada Gempa."Jam setengah dua belas," jawab Gempa."Malem?" tanya Anaya dan kembali terpejam dalam pelukan Gempa."Siang," jawab Gempa dengan santainya."Hah! Kok lo gak bangunin gue sih!" teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak membangunkannya untuk sekolah."Aku-kamu sayang," koreksi Gempa."Iya terserah, kenapa gak bangunin sekolah coba, jadi bolos kan." kesal Anaya. Dia mencari cari ponselnya untuk menghubungi salah satu temannya agar di izinkan tidak masuk sekolah."Hp aku mana?" tanya Anaya pada Gempa yang masih setia memainkan ponsel di tangannya."Gak tau," jawab Gempa acuh.Anaya terus mengumpati suami laknatnya itu di dalam hati. "Pinjem sebentar mau chat Nada," ucap Anaya pada Gempa."Ngapain?" tanya Gempa heran."Yaa ma
"Kamu belum makan siang, aku pesenin makanan yaa. Mau makan apa?" tanya Gempa. Dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya."Aku mau makan seblak," jawab Anaya."Jangan itu Nay, kamu dari pagi belum makan. Yang ada nasi nasi nya dulu," ucap Gempa."Terserah deh samain aja," jawab Anaya malas. Dia lebih memilih untuk membuka laptopnya dan menonton drakor yang sudah lama dia simpan dan tidak sempat untuk menontonnya."Lagi nonton apa?" tanya Gempa pada Anaya yang sedang asik menatap layar laptopnya."Drakor," jawab Anaya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop."Daripada nonton drakor mending kita nonton ini," Gempa merampas laptop dari pangkuan Anaya dan mengetikan sebuah kode pada kolom pencarian."Kode apaan sih? Kok aku baru tau bisa pencarian sama kode kode gitu?" tanya Anaya heran. Dia terus memperhatikan Gempa dengan teliti.Gempa menekan tombol enter dan munculah video video yang tadi Gempa cari deng
Pagi pagi sekali Anaya dan Gempa sudah berada di sekolah. Karena Anaya tidak mau jika teman temannya curiga jika dia dan Gempa sudah melakukan 'itu'. Yaa walaupun mereka sudah menjadi suami istri tapi tetap saja Anaya malu jika sampai teman temannya tau apalagi Mawar yang mempunyai mulut lemes dan gak bisa di rem, bisa bisa rahasia pernikahannya di ketahui satu sekolahan."Yakin gak mau aku temenin sampe temen kamu ada yang dateng?" tanya Gempa pada Anaya yang sudah duduk manis di tempatnya."Gak usah, bentar lagi juga mereka dateng," jawab Anaya. Gempa pun mengangguk lalu mencium kening Anaya sebelum dia pergi dari sana."Aku ke kelas dulu," pamit Gempa yang di angguki Anaya.Dua puluh lima menit setelah kepergian Gempa, teman temannya pun satu persatu datang. Dimulai dari Mawar dan Vanta lalu di ikuti oleh Nada dan yang terakhir datang adalah Andin. "Tumben tumbenan lo datang pagi banget? kesambet apaan nih?" tanya Vanta pada Anaya."Cuma iseng aja," jawab Anaya santai."Emang yaa
Setelah selesai rapat, Anaya memutuskan untuk pergi ke kantin karena jam pelajaran kedua sudah dimulai dan anggota OSIS yang tadi ikut rapat di izinkan untuk tidak masuk pelajaran."Bu, mau jus jeruknya satu yaa. Nanti anterin ke meja yang di pojok situ," ucap Anaya pada salah satu ibu kantin yang ada di sekolahnya."Oke neng," jawab ibu kantin.Anaya berjalan menuju tempat duduk yang tadi ia tunjukan pada ibu kantin."Hii, Nay." sapa seseorang dari arah belakang.Anaya menoleh. "Eh hii juga, Dit." jawab Anaya pada Dito."Sendirian aja, gak bareng sama temen temen lo?" tanya Dito heran."Inikan masih jam pelajaran," jawab Anaya santai."Ahaha... Iya yaa gue lupa," ucap Dito terkekeh.Ibu kantin pun datang dengan segelas jus jeruk di tangannya. "Ini neng jus nya," ucap ibu kantin."Oh iya bu, makasih," jawab Anaya sopan. Ibu kantin hanya membalasnya dengan senyuman lalu berjalan pergi meninggalk
Di sebuah ruangan yang sudah di dekor sedemikian rupa, terdapat banyak tamu undangan dan sepasang calon pengantin yang sedang duduk bersebelahan di hadapan penghulu."Saya terima nikah dan kawinnya Amar Apparawit binti…" Ucapan Gempa terpotong saat dia salah mengucapkan nama mempelai wanita."Kamu yang serius Gempa. Jangan malu maluin ayah di depan rekan bisnis dan tamu undangan." Kesal sang Ayah. Pasalnya Gempa sudah menghabiskan hampir satu setengah jam hanya untuk mengucapkan ijab Kabul saja."Pak, ini gak bisa di wakilin aja yaa? Soalnya saya grogi nih, kalo gini caranya mending saya disuruh manjat pohon beringin daripada ngucapin ijab Kabul kaya gini. Gemeter hati dedek, bang." Ucap Gempa dramatis. Memang yaa dia paling tidak bisa dengan yang namanya serius, semua hal selalu dia anggap lelucon dan mainan. Bahkan acara ijab kabul yang sakral sekalipun."Mana bisa ijab kabul di wakilin. Kamu jangan ngawur kalo ngomong." Kesal Magma, ayah Gempa.
Gempa dan Anaya sudah berada di dalam kamar. Karena kelelahan mereka pun memutuskan untuk merebahkan tubuhnya sejenak sebelummereka membersihkan tubuhnya."Nay,". Panggil Gempa pada Anaya yang masih setia memejamkan matanya."Hmm,". jawab Anaya singkat. Pasalnya dia sangat lelah dan tidak mood untuk berbicara panjang lebar."Mandi bareng yu,". Ajak Gempa tanpa rasa malu sedikit pun. Memang Gempa adalah lelaki termesum dan ternyebelin yang pernah Anaya kenal. "Gak." Jawab Anaya singkat, padat, dan jelas."Kita kan mau produksi debay kembar yaa itung itung pemanasan dulu lah, ayoo, apa lo mau gue gendong?" Tanya Gempa mengangkat alisnya untuk menggoda Anaya. Dia sudah beranjak dari posisi rebahannya."Diem deh Gem. Gue lagi gak mood berantem sama lo, gue cape." Kesal Anaya tanpa membuka matanya untuk menatap kea rah Gempa."Ayolah Nay,". Rengek Gempa seperti anak kecil."Apaan sih Gem. Kata gue nggak, ya nggak." Kesal Anaya.
"Bangun woyyy,". Teriak Anaya pada Gempa yang masih terlelap di atas tempat tidur."Gempa. Woyy, bangun,". Teriak Anaya lebih keras dari sebelumnya.Teriakan Anaya memang cukup kencang, tapi itu tidak mengurungkan niat Gempa untuk tetap tertidur dan bolos sekolah."Gue banjur ya, Gem." Ancam Anaya. Namun Gempa tidak begitu memperdulikan ancaman itu, toh itu hanya gertakan gak mungkin juga kan Anaya setega itu. Fikir Gempa.Tapi dugaan Gempa salah, karena Anaya benar benar membawa segayung air di tangannya dan,ByurrrAnaya mengguyur tubuh Gempa dengan segayung air yang ada di tangannya. "Anjing. Lo bener bener ya, Nay". Teriak Gempa dan langsung beranjak duduk dengan wajah yang basah kuyup."Durhakot lo Nay sama gue, minta maaf gak!" Teriak Gempa kesal. Bukannya meminta maaf Anaya malah berjalan keluar kamar dan meninggalkan Gempa yang basah kuyup dengan wajah kesalnya."Anaya awas aja lo,". Teriak Gempa dari dalam kamar. Anaya