Share

11. Oops!

Ibunya meninggalkannya sendirian. Rhea menyukai sifatnya yang penuh perhatian, tahu bahwa dia butuh waktu sendiri di kamarnya, tempat yang pernah menjadi tempat dia menghabiskan sebagian besar waktu di masa anak-anak hinggga remaja.

Dia melihat-lihat sekelilingnya dan tatapannya berakhir di meja belajarnya. Kamarnya tidak berubah, bahkan letak penempatan deretan pulpennya yang ia atur sesuai warna tetap berbaris rapi di raknya.

Rhea menyunggingkan senyum dan duduk di kursi belajarnya. Tidak ada debu yang melapisi furnitur telah memberikan jawaban bahwa kamarnya telah rutin dibersihkan secara berkala. Ia menyenderkan kepalanya ke alas meja, merasakan nostalgia. 

Rhea remaja selalu berteman dengan meja belajarnya. Tidak mengenal waktu dalam belajar dan menggambar hingga tangannya pegal dan sempat kram. Ia juga membaca naskah-naskah perannya di awal karirnya disini. Mengingat semua itu membuatnya menyesalkan diri karena dia jarang pulang ke rumah, pulang ke kamarnya yang hangat dan nyaman, alih-alih dia lebih memilih tinggal di apartemen.

Dia menghela nafas. Tidak berlama-lama duduk, ia sekarang bangkit dan berjalan menuju balkonnya. Pemandangan tepat di luar kamarnya adalah kebun milik ibunya yang berisi berbagai tanaman hias warna-warni. Ibunya dengan khusus membuat taman itu didepan balkon kamarnya ketika dia memintanya. Ya, Rhea menyukai bunga. Bunga matahari lebih tepatnya.

Rhea tertawa. Tertawa getir. Dia ingin kembali menjadi dirinya yang dulu. Dia bisa melihat anak kecil dengan kepang dua yang berlari-lari menyusuri taman bunga miliknya. Menyentuh kelopak-kelopak warna-warni tanpa merisaukan apapun dalam dunia utopianya.

Suara ketukan membuatnya terbangun dari khayalannya.

"Rhea, boleh aku masuk?" 

Terdengar suara Hansa yang terendam oleh dinding kamar.

"Silahkan," balasnya.

Hansa telah melepas jasnya, menyisakan kemeja biru tuanya yang dua kancing atasnya dibiarkan terbuka.

"Kamu suka bunga?" Dia berdiri disamping Rhea. Bersandar di balkon dan melihat ladang tanaman. "Kita bisa membuat taman bunga di rumah nanti." Lanjutnya.

"Benarkah?"

"Ya, kamu bisa melakukan semua yang kau mau. Kamu nyonya rumah." Hansa menjelaskan.

Rhea mengesampingkan tubuhnya agar bisa melihat Hansa. "Kenapa kau mencariku? Ada yang ingin kau bicarakan?"

"Ah, itu..." Hansa menyisir rambutnya dan memilih memandang ke lain arah selain menatap istrinya. Matanya menyipit terkena pancaran sinar matahari pagi. "Aku hanya ingin memberitahumu,  aku tidak sesuai yang media tulis." Terangnya.

Rhea mengerjapkan matanya, tampak bingung.

"Maksudku, aku bukan orang yang dingin, kejam, tidak berperasaan-," Hansa menyebutkan berbagai sifat tentang dirinya yang ditulis berita dengan canggung. "- mengerikan, dan aku bukan-" 

Tawa Rhea menghentikannya untuk melanjutkan.

"Ada yang salah?" Dia bertanya, bingung.

Tawa Rhea semakin keras, wanita itu memegangi perutnya dan tangannya mencengkeram pagar balkon sebagai sandaran. Dia menggeleng dan menyibakkan tangannya ke udara. 

"Oh maaf... Aku tidak mencoba untuk menertawakanmu," nafasnya tersengal. "Hanya saja itu lucu."

"-dan aku  bukan gay." Tutup Hansa dengan ekspresi tabah.

"O…kay?" Rhea menatap Hansa, masih dalam keadaan menahan tawa. "Biar imbang, aku akan menyebutkan apa yang media tulis tentangku." Imbuhnya.

"Kejam, kasar, tukang bully, pengg-"

"Stop. Tolong jangan melanjutkan, aku tahu kamu tidak seperti itu." Pinta Hansa.

"Sekali lagi kamu bersikap aneh. Kita tidak saling mengenal, mungkin saja rumor di media tentangku itu benar." 

"Kamu orang baik." Hansa bersikukuh.

"Ya ya ya terserah." Rhea memutar bola matanya. "Tapi aku tidak akan bersikap baik untukmu."

"Kita lihat saja."

***

"Rumah ini selalu terbuka untuk kalian." Kata Theodorus saat Rhea dan Hansa berpamitan.

"Ayah dan Ibu harus jaga diri, jaga kesehatan." Rhea mengingatkan.

"Tentu saja sayang, ayah masih ingin lihat anak ayah sampai tua." 

Mereka saling berpelukan. Rhea berganti kearah ibunya. Christina memeluk erat anak perempuan satu-satunya itu. "Hati-hati di jalan."

Hansa memeluk pinggang Rhea dan menuntunnya ke dalam mobil. Jeremy dengan sigap mengikuti sambil membawa koper Rhea untuk dimasukkan ke bagasi.

Jeremy tidak bisa untuk tidak melirik nyonya barunya lewat kaca mobil sepanjang perjalanan. Rhea itu cantik, jenis kecantikan yang sulit untuk dilupakan dalam sekali pandang. Pada perjalanan pertama, atmosfer dalam ruangan terasa aneh dan mencekik. Suami istri dibelakangnya duduk menjauh satu sama lain dan tidak ada kata satupun yang terucap. Jika dia tidak melihat dengan kepala sendiri pernikahan mereka, Jeremy tidak akan tahu kalau mereka berpasangan. Entah apa yang dipikirkan bosnya sehingga menikahi aktris secara mendadak, Jeremy tidak berani untuk bertanya lebih jauh.

"Kau pasti akan menyukai Bi Darsa, dia ahli merawat tumbuhan. Dia akan membantumu membuat taman bunga sesuai keinginanmu." Hansa memulai pembicaraan.

Faktanya, dia sedikit cemburu pada smartphone yang Rhea pegang sekarang. Istrinya tampak asyik bermain gawainya dan menghiraukan suami tampan yang berada disampingnya.

"Hmm." Rhea membalas dengan singkat. Tampak tak tertarik dengan pembicaraan ini. 

Hansa mengerutkan keningnya. Kenapa Rhea kembali bersikap dingin? Dia mencoba mencari topik lain.

"Apa kamu menyukai anj-" dia tidak meneruskan kalimat ketika melihat Rhea mengangkat telepon.

"Ada apa?" Rhea bertanya tanpa basa-basi. Kay hanya akan langsung meneleponnya dalam urusan bisnis. Jika selain itu, dia akan memberi pesan tulis terlebih dahulu untuk bertanya apakah dia mengganggu Rhea atau tidak. Mereka banyak berbicara tentang gosip dunia hiburan. Rhea bisa mengetahui berita dan rumor terbaru dari para selebriti berkat Kay.

"Pak Bertha memaksaku bertanya kepadamu, kapan kamu mengadakan konferensi pers?"

"Konferensi pers tentang apa?" Dia meminta kejelasan.

"Pernikahanmu tentu saja."

Rhea menggerutu kesal. Menurutnya berita semacam pernikahan itu tidak penting. Apalagi yang dinikahinya bukan sesama selebriti. Dan dia tidak merasa perlu untuk mengadakan konferensi pers ketika semua orang sudah mengetahui beritanya.

"Tidak akan ada konferensi." Dia memutuskan.

"Serius? Pak Bertha tidak akan menyukai ini." Kay memastikan.

"Dengar Kay, kenapa aku harus melakukan konferensi ketika semua orang sudah tahu berita pernikahanku? Lagipula aku menikahi orang non selebriti," Rhea melirik Hansa. "Dan dia tidak mau melakukannya."

"Aku mau. Kenapa tidak?" Hansa menyahut.

Dia mendapat pelototan Rhea untuk itu. 

"Pokoknya aku tidak mau." Putusnya. Rhea memutuskan sambungan telepon.

Menyandarkan tubuh, Rhea menoleh menatap Hansa. "Kenapa kamu bilang mau melakukannya?"

"Aku menyukainya." 

Rhea mendengus. "Aku sudah memutuskan ini. Kita tidak akan terlihat bersama di depan publik kecuali dalam peristiwa penting." Terangnya.

"Kupikir kita sudah memiliki kesepakatan untuk hal ini." Hansa mengingatkan.

"Dengar Hansa. Ini mengenai karirku. Aku memiliki rencana jangka panjang untuk karirku dan aku tidak ingin orang-orang menilai keartisanku menanjak karena menikahimu."

"Oh, maafkan aku. Aku yakin orang-orang akan menilaimu karena kemampuanmu. Kamu artis yang berbakat." 

"Oh ya?" Rhea dengan skeptis bertanya. "Memangnya kamu pernah melihat aktingku?"

"Tentu saja aku telah melihat semua film-film istriku." Hansa menjawab dalam nada ceria sambil menyunggingkan senyum manis.

Jeremy secara tidak sadar menginjak rem. Dia tergagap, apa tadi? Bosnya berkata dengan nada kekanakan dan tersenyum?

"Duh!"

Akibat dari rem mendadak, Rhea yang lupa memakai sabuk pengaman tersentak dan mencari pegangan. dia merasakan pegangan yang pas di tangannya dan terasa hangat.

Hansa menahan tawa saat merasakan tangan Rhea di pangkal pahanya. Betapa dia menyukai kejadian ini.

"Sial!" Rhea mengumpat ketika menyadari dimana letak tangannya berada. Rona merah muncul di pipinya, terlebih ketika ingin menarik tangannya, tangan Hansa mencegahnya.

"Hansa," Ia memperingatkan.

Rhea duduk dengan canggung setelah berhasil menarik tangannya. Rasa ingin mengumpati Jeremy membuncak. 

Dia baru sadar, kenapa ketika bersama Hansa selalu terjadi hal-hal yang memalukan?!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status