Share

Bab 4

Darto yang ditemani oleh sekretarisnya langsung berteriak ketika melihat kejadian itu, "Berhenti!"

Belasan pria kekar itu langsung berhenti.

"Ayah?" Zidan sangat terkejut. "Mengapa kamu ada di sini?"

"Ada apa ini?" tanya Darto.

Zidan berbisik dan memberi tahu Darto apa yang sebenarnya telah terjadi.

Kilatan dingin muncul di mata Darto dan dia langsung menoleh.

Secara garis besar, dia menebak apa yang sedang terjadi.

Yohan kebetulan membantu Susilo, tetapi pada saat yang sama dia menyinggung Silvia, karena itu ini semua terjadi.

Bisa dikatakan bahwa Darto telah menjadi dewasa seiring bertambahnya usia.

Dia melambaikan tangannya. "Kalau begitu, bereskan dia."

Saat ini, Yohan tiba-tiba berkata, "Apakah kamu Darto?"

Ini adalah gedung Grup Hayan dan Gurunya juga meninggalkan informasi singkat tentang Darto dalam surat wasiatnya.

Zidan sangat marah. "Dasar orang udik, beraninya kamu menyebut nama ayahku!"

Yohan mengabaikan Zidan dan lanjut berkata, "Itu kamu, 'kan? Kebetulan sekali, aku datang ke sini untuk mencarimu."

"Hah?" Darto sedikit terkejut. "Ada perlu apa orang gunung sepertimu mencariku?"

"Guruku adalah Bruno Gunawan."

Duar!

Kalimat sederhana ini membuat Darto sangat terkejut dan pupil matanya tiba-tiba menyusut.

"Ayah, ada apa?" Zidan sangat terkejut dengan ekspresi Darto.

"Saat itu, Guruku telah menyelamatkanmu, lalu kamu memberinya saham sebesar 5%. Aku akan menjualnya padamu dengan harga pasar, setelah itu berikan aku uang tunai."

Ekspresi Darto berubah dan dia tersenyum lembut, "Ternyata kamu adalah murid penyelamatku. Tentu saja, ikutilah denganku ke kantor, kita akan membahasnya secara detail."

Setelah mengatakan itu, Darto memberi isyarat mengajak.

Zidan sangat terkejut. "Ayah, apa yang kamu lakukan? Apa orang udik ini benar-benar punya 5% saham perusahaan kita?"

Meski Darto hanya punya 15% saham, dia sudah menjadi pemegang saham terbesar.

Yohan kini menjadi pemegang saham ketiga, bukankah statusnya sudah ada di atasnya?

Darto berteriak, "Diam!"

Lalu, dia menatap Yohan sambil tersenyum. "Silakan."

Yohan mengangguk kecil dan berjalan masuk.

Senyuman di wajah Darto menghilang seketika setelah Yohan masuk ke dalam kantor. Ekspresi wajahnya dipenuhi dengan niat membunuh. "Tutup pintunya dan bunuh dia!"

"Baik!"

Belasan pria kuat bergegas masuk dan dengan wajah penuh semangat Zidan menutup pintu besi itu. "Ayah, setelah membunuhnya, apa saham miliknya akan jadi milik kita?"

Darto mengangguk dan berkata, "Ya, sesuai perjanjian awal, butuh tanda tangan si udik itu agar perjanjian bisa dilaksanakan. Kita hanya perlu membunuhnya dan bagian itu akan jadi milik kita selamanya."

Menurut nilai pasar saat ini, 5% saham mungkin bernilai lebih dari 400 miliar, itu jumlah yang sangat besar.

Bruk, bruk, bruk ...

Terdengar suara benturan dari dalam. Mereka berdua saling memandang dan tertawa dengan kejam.

Setelah itu, suara-suara yang ada di dalam ruangan menghilang.

Zidan mengeluarkan ponselnya dan dengan bersemangat membuka pintu besi, "Kali ini aku dapat dua keuntungan sekaligus. Nggak hanya mendapatkan saham secara gratis, tapi aku juga mendapatkan Silvia."

Klang.

Pintu sudah terbuka, tetapi ekspresi wajah Zidan langsung membeku.

Bukannya melihat kematian Yohan yang tragis, tetapi Yohan malah berdiri di depannya tanpa ada luka sedikitpun.

Namun, semua orang yang dia perintahkan jatuh ke tanah, mulut mereka berbusa dan kejang.

"Kenapa, kamu terkejut?" Yohan berkata dengan dingin.

Apa yang Guru katakan benar, dunia ini benar-benar berbahaya!

Aku tidak menyangka, aku akan diserang saat ingin mengambil kembali apa yang menjadi milikku.

Dia mungkin sudah mati kalau tidak mempelajari seni bela diri.

Zidan melangkah mundur karena sangat ketakutan.

Darto juga terkejut dan diam-diam berjalan mundur.

Yohan mengalahkan belasan pria kuat itu sendirian, bahkan pakaiannya masih terlihat rapi.

Ini saja sudah bisa jadi bukti kalau kekuatan Yohan jauh melebihi preman-preman itu.

"Apa kamu seorang prajurit? Tingkat satu atau tingkat dua?" Darto berkata dengan ekspresi serius.

Di usia Yohan, bahkan seorang prajurit tingkat satu pun akan memiliki prestasi besar di masa depan.

Yohan berkata, "Cepat tanda tangani berkasnya, aku masih ada urusan."

Dia tampak sangat tenang.

Bukan karena dia murah hati, tetapi dia melihat ada energi hitam di dahi Darto dan beberapa bintik di punggung tangannya.

Itu adalah lebam mayat!

Itu berarti waktu hidupnya sudah tidak lama lagi.

Saat gurunya menyelamatkan Darto, dia berhati-hati dan tidak langsung menyelamatkannya. Dia tidak langsung sembuh dalam satu kali pengobatan.

Guru melakukan ini agar dia tidak menyesal di kemudian hari.

Darto agak terkejut. Dia berpikir Yohan akan sangat marah dan akan menghajar mereka berdua sampai babak belur, tetapi dia tidak menyangka Yohan terlihat begitu tenang.

Darto berubah pikiran dan mengangguk berulang kali, "Oke, silakan ikut aku."

Saat ini, nyawa mereka berdua ada di tangan Yohan, jadi mereka berdua tidak berani melakukan apa pun.

Sesampainya di kantor, Darto segera mengeluarkan dokumen dari dalam laci dan berkata, "Silakan tanda tangan di sini."

Yohan segera memeriksanya.

Meski tidak pernah bersekolah, tetapi pengetahuannya tidak sedikit.

Itu semua karena gurunya yang telah mengajarinya.

Setelah memeriksanya dan merasa tidak ada masalah dengan dokumen tersebut, dia menandatanganinya.

"Oke, menurut harga pasaran saham saat ini, saham yang Anda miliki bernilai 400 miliar. Apa Anda mau uangnya dikirim sekarang juga?"

Darto menunjukkan sikap yang rendah hati, dia tidak lagi kejam seperti sebelumnya.

Darto dikenal sebagai pejuang serigala di komunitas bisnis di Kota Jigara.

Dia bertindak kejam dan suka membunuh orang.

Namun, sekarang dia seperti seorang pengecut.

Kalau dunia luar mengetahui hal ini, mereka pasti akan terkejut.

Yohan mengeluarkan kartu banknya, "Masukkan uangnya ke sini."

Darto mengangguk dan mentransfernya sendiri.

Kemudian, dia menunjukkan layar komputer kepada Yohan "Lihatlah, uang sudah ditransfer, tapi karena jumlahnya cukup besar, biasanya butuh waktu dua belas jam untuk sampai."

Yohan juga mengetahui hal itu.

Setelah menyelesaikan masalah itu, dia berdiri dan langsung pergi.

Darto mengedipkan mata pada Zidan, "Antarkan dia."

Zidan menahan ketidakpuasannya dan mengantar Yohan.

Setelah mereka berdua pergi, senyuman di wajah Darto menghilang dan berganti menjadi ekspresi kejam seperti serigala lapar.

Dia mengambil ponsel dan menelepon, "Halo, aku baru saja mentransfer sejumlah uang dan ada sedikit masalah. Tolong bantu aku untuk membatalkannya."

Itu bisa dilakukan kalau melakukan transfer dalam jumlah besar.

Setelah mendapat konfirmasi dari pihak bank, Darto menutup telepon dengan ekspresi dingin "Nggak semudah itu untuk bisa mengambil uangku!"

Kemudian, dia mengirimkan pesan kepada komplotan preman yang bekerja dengannya.

Suruh mereka semua mengenakan jas dan masuk ke Grup Hayan dengan membawa senjata.

Darto berpikir, meski Yohan adalah prajurit tingkat dua, mustahil dia bisa mengalahkan ratusan orang di bawah perintahnya.

"Kalau kamu masih berani datang lagi, aku akan membuat darahmu berceceran di sini!"

Di sisi lain, Yohan meninggalkan Grup Hayan dan melihat pakaian yang dia kenakan.

Dia berencana untuk membeli baju dulu, kemudian membeli tas.

Dia menarik perhatian ke mana pun dia pergi karena penampilannya yang terlalu lusuh.

Namun, dia malah diusir saat dia hendak memasuki toko baju.

"Pergi sana! Dari mana datangnya pengemis ini!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status