Share

Bab 3

Plak!

Dia menampar wajah Silvia dengan keras.

Saat itu, wajahnya yang cantik dan lembut terlihat memar.

Suara tamparan yang keras membuat Susilo dan kedua pengawalnya terkejut.

Silvia menutupi wajahnya. Rasa sakit dan penghinaan yang hebat membuatnya hampir gila.

Dia menjerit dengan keras, "Ahh ... Beraninya kamu menamparku!"

Yohan mengabaikannya dan memandang Susilo. "Cucumu berperilaku buruk dan nggak tahu sopan santun. Aku akan menggantikanmu untuk memberinya pelajaran. Apa kamu keberatan?"

Susilo tersenyum getir, "Aku nggak keberatan. Cucu perempuanku memang sombong."

"Kakek, bunuh dia, cepat bunuh dia!" Silvia berteriak histeris dan dia hampir gila dibuatnya.

Seumur hidupnya, dia baru pertama kali ditampar oleh seseorang.

"Diam!"

Susilo berteriak dengan menggunakan sedikit kekuatan prajurit miliknya, "Sepertinya aku benar-benar terlalu memanjakanmu. Cepat minta maaf! Kalau nggak, mulai sekarang sampai kamu lulus kuliah, kamu nggak akan dapat uang jajan lagi. Semua akun bank milikmu akan aku bekukan, jadi kamu bisa mencari nafkah sendiri dengan memungut sampah!"

Silvia memandang Susilo dengan tidak percaya.

Dia belum pernah ditegur sekeras itu oleh kakeknya.

Ekspresi wajah Susilo sangat dingin dan nada bicaranya juga mengandung nada penolakan.

Silvia tahu kalau dia tidak melakukannya, maka kartu banknya akan benar-benar dibekukan.

"Aku ... minta ... maaf!"

Sangat sulit baginya untuk mengucapkan kata-kata ini kepada Yohan. Selain itu, penghinaan di hatinya benar-benar sudah tak tertahankan.

Dalam hatinya, Silvia berteriak dengan marah, 'Tunggu sampai aku kembali, aku akan memotong tubuhmu menjadi beberapa bagian!'

Dia menundukkan kepalanya dan kebencian di matanya terlihat sangat kuat.

Yohan melambaikan tangannya, "Sudahlah, berdebat dengan anak nakal sepertimu sama saja dengan merendahkan martabatku."

Kemudian, Yohan bersiap untuk pergi.

Wung!

Pada saat ini, sebuah helikopter terbang di udara.

Embusan udara yang besar membuat tumbuh-tumbuhan di sekitar bergoyang dan tanah beterbangan.

Salah satu pengawal berkata, "Bantuan telah tiba."

Susilo menangkupkan tangannya memohon ke arah Yohan dan berkata, "Dokter Yohan, tolong ikutlah denganku pulang ke kediaman Keluarga Rismawan agar aku bisa membalas budimu."

Yohan tiba-tiba teringat sesuatu, "Apa rumahmu ada di Kota Jigara?"

"Ya."

"Baiklah. Kalau begitu ayo naik dan antarkan aku ke sekitar Grup Hayan."

Dia tidak punya banyak uang, jadi dia pikir sebaiknya dia mendapatkan bagiannya sendiri dulu, lalu mencari cara untuk dekat dengan gadis pemilik Obat Raja Mutiara.

Susilo sangat senang, "Silakan, Dokter Yohan!"

Kemudian, Susilo memandang Silvia yang wajahnya penuh dengan keluhan, lalu perlahan melembut dan berkata, "Mengapa kamu masih berdiri di sana? Kemarilah."

Silvia menundukkan kepalanya dan berjalan mendekat.

Sesaat kemudian, helikopter itu menderu-deru.

Namun, kedua pengawalnya sedang menunggu truk derek.

Di dalam helikopter, Susilo terus mengobrol dengan Yohan dan mencoba untuk mendapatkan informasi dari Yohan.

Yohan telah menjadi Guru Besar dengan bermacam-macam pelatihan dari gurunya, tetapi Yohan sama sekali tidak mengungkapkan sesuatu tentang dirinya.

Silvia yang sedang duduk di sudut memegang ponselnya dan mengirim pesan ke seseorang di kontak ponselnya.

"Zidan, bukankah kamu ingin aku jadi pacarmu? Lakukan satu hal untukku dan aku akan jadi pacarmu."

Di sebuah vila mewah di Kota Jigara.

Zidan sedang berbaring di tepi kolam renang rumahnya bersama dengan dua wanita cantik yang mengenakan pakaian renang.

Zidan Nurdin adalah putra tunggal Darto Nurdin dari Grup Hayan.

Dia adalah seorang buaya darat dan bisa dikatakan sebagai orang paling kebal hukum di Kota Jigara.

Tidak tahu berapa banyak gadis yang telah dia sakiti. Dia bahkan membuat beberapa wanita hamil melakukan bunuh diri.

Saat ponselnya berdering, dia melihatnya dan tiba-tiba ekspresi wajahnya tampak terkejut.

"Hahaha, akhirnya hari ini telah tiba!"

Dia menyukai Silvia sejak lama.

Selain penampilan dan sosok Silvia yang cantik, yang lebih penting adalah latar belakang keluarga Silvia!

Keluarga Rismawan jauh lebih kuat dari pada Grup Hayan.

Kakek Susilo pernah menjadi prajurit tingkat menengah.

Dia telah menerima beberapa murid dan sekarang mereka semua memiliki posisi penting di dunia bisnis dan politik.

Putranya juga menjadi orang yang hebat.

Dulu, saat Zidan menyukai Silvia, Silvia bahkan tidak melihatnya.

Zidan segera mengirimkan pesan balasan kepada Silvia.

"Silvia, katakan, meski kamu ingin naik gunung pedang atau turun ke lautan api, aku akan melakukannya untukmu!"

Tak lama kemudian, ada balasan dari Silvia.

"Aku diganggu oleh orang udik. Sekitar setengah jam lagi, dia akan sampai di Grup Hayan. Saat itu, datang dan patahkan tangan serta kakinya."

Zidan merasa sangat senang, dia segera berdiri dan memerintahkan dua wanita cantik berbaju renang yang ada di sampingnya. "Ambilkan pakaianku!"

Kemudian, dia langsung menelepon seseorang.

Grup Hayan juga diam-diam memelihara sekelompok preman.

Setelah Zidan menelepon, belasan orang langsung berkumpul.

Kemudian, dengan penuh semangat Zidan pergi ke Grup Hayan.

Setengah jam kemudian, helikopter mendarat di atap gedung Grup Hayan.

Susilo sudah meminta izin Darto sebelumnya, dia menyetujui masalah sepele seperti itu dan bahkan menawarkan bantuan.

Yohan meraih tali dan meluncur ke bawah, lalu mendarat dengan cepat.

Susilo berteriak, "Sampai jumpa lagi, Dokter Yohan!"

Terlihat ekspresi dendam di wajah Silvia, kemudian dia mengirim pesan lagi kepada Zidan.

Saat ini, Zidan telah membawa sekelompok orang di lantai bawah.

Setelah mendapat pesan itu, dia langsung menggiring preman itu untuk bergegas maju.

Darto yang ada di kantor memberi tahu sekretarisnya, "Ayo pergi ke lantai atas."

Orang yang bisa membuat Susilo mengantar seseorang pasti memiliki latar belakang yang bagus.

Yohan menarik napas dan sedikit mengernyit. "Kualitas udara di sini sangat buruk."

Sambil melihat sekeliling, dia berjalan menuju pintu.

Brak!

Belum sampai dia di pintu, pintu itu sudah didobrak hingga terbuka.

Belasan pria yang kekar dan kuat bergegas keluar dan mengepung Yohan.

Zidan adalah orang terakhir yang masuk, dia menatap Yohan dan menunjukkan tatapan meremehkan serta jijik. "Benar-benar orang udik. Serang! Patahkan tangan dan kakinya."

Tatapan Yohan sangat tenang dan dia tidak panik, "Siapa kalian? Aku rasa aku nggak pernah cari masalah dengan kalian."

Zidan tersenyum jahat. "Orang udik, kamu telah menyinggung pacarku, jadi kamu harus menanggung akibatnya!"

Yohan langsung teringat pada Silvia.

Tidak disangka wanita itu begitu keterlaluan, benar-benar menjengkelkan.

"Sebaiknya kalian menyingkir," Yohan berkata dengan tenang, "Aku nggak mau menyakiti siapa pun."

Dia adalah seorang dokter dan prioritas utamanya adalah menyelamatkan nyawa dan menyembuhkan orang yang terluka.

Namun, saat mendengar perkataan Yohan, mereka semua malah tertawa.

"Hahaha!"

"Aku nggak salah dengar, 'kan?"

"Bocah ini pasti sudah gila, berani sekali dia mengatakan hal seperti itu!"

Zidan juga tertawa terbahak-bahak saat mendengarnya.

Setelah tertawa, wajahnya berubah marah. "Oke, cepat urus dia, aku mau bertemu pacarku!"

Dia sangat bersemangat saat memikirkan sosok seksi dan wajah polos Silvia.

Belasan pria kekar itu mengeluarkan tongkat teleskopik dari saku mereka dan mereka semua menatap tajam ke arah Yohan. Kemudian, mereka mulai memukul Yohan dengan keras.

"Aku sudah beri kalian kesempatan, tapi kalian yang nggak menggunakan kesempatan itu. Jadi, jangan salahkan aku."

Tatapan Yohan dingin dan dia hendak menyerang.

Namun, pada saat itu terdengar suara teriakan marah, "Berhenti!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status