Hari yang berawan itu mengiringi siswa siswi SMA Aryabina ,Leo dan dua sahabatnya itu terlihat sedang nongkrong di kantin. Perlahan, Leo mulai sering ikut kumpul bersama dua sejoli Reynal dan Aditia.
"Rey, hari ini anter gue ke cod yuk!"
"Hari ini Dit? Emang lo mau cod apaan?"
"Privasi Rey, gue malu nyebutnya juga."
"Kayaknya Hari ini gak bisa deh dit, Sepupu gue mau datang hari ini, Jadi gue mau nganter ibu ke stasiun."
"Oh, gapapa lah kalo gitu."
"Suruh anter sama si Leo aja tuh."
"Gak ah, dia mah terlalu sibuk. Liat aja sekarang, sibuk sendiri noh."
Sambil melirik ke arah Leo yang sedang asyik mengoperasikan ponselnya sambil mengunakan earphone.
"Yaudah, berarti lo sendiri aja ya. Bukannya gue gak mau nihh."
"Udah keseringan sendiri gue mah, Alone make me Stronger."
"Yelah darah blasteran indonesia sama betawi pake so soan Inggris lo Dit," ejek Reynal.
"Pelecehan lo Rey, betawi kan masih bangsa indonesia."
"Siapa bilang Bangsa belanda?"
"Masalahnya lo tadi bilang gue blasteran, padahalkan gue asli indonesia, gantengnya juga be authentic"
"Terserah lo lah dit yang penting lo seneng."
Disaat mereka tengah berkumpul di kantin, tiba-tiba ada hal yang mengejutkan mereka. Tiga anak berandal masuk ke area kantin dan langsung menyerang salah satu siswa yang tengah berada di kantin.
Braakk!
Bara dan dua rekannya itu memukul siswa yang bernama Bayu sehingga terpental dan menabrak salah satu meja dan kursi kantin. Spontan semua siswa yang ada disana berteriak histeris. Banyak yang merapat ke sisi kantin bahkan ada yang sampai berlari keluar juga.
Begitu pula dengan Leo yang sedang asyik sendiri langsung bangkit dan melepas earphone di telinganya karena terkejut dengan para siswa yang berteriak karena hal itu.
Bara dan dua rekannya itu adalah anak berandal yang pernah terjerat kasus di SMA itu. Sedangkan Bayu adalah anak IIS yang lumayan cerdas dikelasnya, namun ia sering jadi bahan bully Bara dan temannya.
Bara menarik kerah baju Bayu dan memukulnya sehingga Bayu terpental lagi ke tengah-tengah ruangan kantin. Hal ini sontak membuat para siswa berteriak karena menyaksikan hal itu.
"Ini hukuman buat lo karna lo udah bikin motor gue lecet," bentak Bara pada Bayu.
"M-ma-maaf a-aku gak sengaja. Tadi ada yang ngedorong dan gak sengaja nyenggol motornya," ucap Bayu tergagap pada Bara.
"Aargh... Alesan! Pokoknya ganti rugi atau gue pukul lo habis-habisan!"
ancam BaraSontak para siswa berteriak histeris karena Bara mulai mengepalkan tangan dan menghampiri bayu. Hebohlah suasana Kantin saat itu.
"Hentikan!" lerai seseorang sambil berjalan ke tengah kantin menghampiri Bara dan Bayu
Mendengar hal itu, para siswa dan siswi langsung diam membuat suasana kantin hening.
"Leo?"
Reynal terkejut karena Leo mencoba menghentikan perkelahian."Si Leo ngapain kesana?"
Aditia juga ikut terkejut.Semua siswa juga terkejut karena keberanian Leo menghentikan ulah anak berandal di SMA itu. selama ini anak berandal itu cuma segan pada guru BK saja tidak pada siswa yang lain. Baru pertama kali mereka ditantang oleh siswa seumurannya.
"Ngapain lo?!"
bentak Bara pada Leo"Kita selesaikan baik-baik, Apa masalahnya?" tanya Leo santai sambil melipat tangannya kedepan dadanya
"Lo Jangan Ikut campur, ini urusan gue bukan urusan lo!"
"Aku berhak ikut campur selama ini bisa diluruskan."
"Minggir! Bisa-bisa gue hajar lo!"
"Cukup bilang apa masalahnya kalau tidak ingin kena BK."
"Lo mau jadi pahlawan kesiangan disini?"
"Sudah kubilang hanya meluruskan."
"Denger, si culun itu udah buat motor gue lecet. Motor gue itu mahal tau gak?"
Leo menyunggingkan bibirnya menunjukan senyum smirk nya.
"Cuma itu?" tanya Leo seraya merogohkan tangannya pada saku."Oh, lo ngajak ribut. Lo gak tahu siapa gue? Lo be--
Ucapan Bara dipotong oleh Leo yang menyerahkan uang selembaran warna merah dengan menepukkannya tepat ke dada Bara yang bidang itu. Membuat laki-laki berandal itu terpental mundur karena dorongan Leo.
"Itu ganti ruginya."
"Lahh, ini doang? cukup makan di warteg juga abis. Lo ngeremehin gue? Mau gue hajar lo hah?"
"Motormu baik-baik saja."
"Jangan sotoy lo, jelas-jelas itu si culun ngejatohin motor gue sampai rusak."
"Aku tidak percaya."
"Banyak ngemeng, Lo mau gue ha--
"Kalau motor itu benar rusak, Bayu juga terluka karena hal itu. Kau tidak lihat Bayu baik-baik saja, apa mungkin kau buta?" Leo memotong ucapan Bara.
"Aargh! Minta di hajar lo!"
"Menarik, lagipula aku suka berkelahi," desis Leo.
"Diemm! Gue hajar lo...!"
"Jadi begitu, kau keras kepala...," Leo mendongkakkan wajahnya. "Kau akan berhadapan denganku," desisnya dengan nada yang santai.
Bara mencoba mendaratkan pukulan pada Leo, Namun lelaki ini sangat ahli bertarung. Leo cepat mengelak, dan menyandung kaki Bara dengan sebelah kakinya. Bara pun akhirnya tersungkur ke lantai.
Semua mata dibuat terkagum dengan aksi Leo. Hanya dengan satu kali gerakan, Leo mampu membuat ambruk remaja berandal itu. Lelaki itu pun melangkah dan berdiri di hadapan wajah Bara yang sudah mencium lantai. "Apa ini? Rasanya seperti menendang kayu yang rapuh dimakan rayap," ejek Leo sambil memandang remeh lawannya.
Saat kedua rekan Bara mencoba menyerang balik Leo, guru BK pun datang dan berhasil melerai mereka.
"Kenapa kalian ini?! Gak ada kapoknya, kalian bertiga masuk ke ruang bapak sekarang. Cepat! Semuanya apa yang kalian lihat?! Bubar-bubar!" bentak guru BK
Otomatis Siswa membubarkan diri. Setelah itu suasana kembali seperti biasanya. Guru BK sempat mengintrogasi Leo dan Bayu, namun karena banyak saksi yang melihat hal itu, untungnya Leo dan Bayu tidak terkena BK.
Suasana kembali seperti semula, Bayu terlihat merangkak karena mencari kacamatanya yang terlepas karena pukulan Bara tadi. Ia tidak bisa melihat area sekitar dengan jelas karena ia menderita rabun jauh. Melihat hal itu, Leo pun membantu Bayu untuk mencarikan kacamatanya.
Leo menyodorkan Kacamata Bayu.
Bayu menerima kacamata itu sambil mengucapkan terimakasih. Setelah penglihatannya sudah jelas karena memakai kacamatanya, terlihat ada tangan yang mengulur padanya. Setelah dilihat lagi, lagi-lagi Leo membantunya dengan mengulurkan tangannya.
Leo hanya menanggapi Bayu dengan ekspresi datarnya. "Sama-sama."
Terlihat Reynal dan Aditia menghampiri Leo dan mencoba menolong Bayu."Leo, lo gapapakan? gegabah banget si lo, itu anak tiga berandal semua," tanya Aditia.
Leo geleng kepala mengisayaratkan kalau dirinya baik-baik saja.
"Syukurlah kalo gak kenapa-napa mah," sahut Reynal
"Bayu lah yang harus kalian Khawatirkan."
"Bayu, lo masih bisa bertahan kan?" tanya Reynal setelah melihat beberapa luka lebam di wajahnya.
"Aku gapapa kok," jawab Bayu
"Gapapa gimana? itu muka bonyok tuh. Bentar, gue hubungi Palang Merah dulu," ucap Aditia sambil langsung berlari keluar kantin.
Setelah suasana mulai tenang, di pojok utara kantin terlihat beberapa perempuan yang tengah memerhatikan Leo dan kawan-kawan. Gadis itu tersenyum sambil memandangi Leo.
"Key, liatin siapa? Senyum-senyum gitu?" tanya gadis di sebelahnya yang bernama Sira.
"Eh? Enggak aku cuma liatin mereka," ucap Key sambil menunjuk ke arah Tro Handsome. "Mereka bertiga baik banget nolongin Bayu," sambungnya lagi.
Sira terdiam cukup lama kemudian bergumam, "Kalo dia beneran Rey, kenapa dia gak kenal sama aku? Apa mungkin lupa sama aku?"
"Hah? Kamu ngomong sama aku?" tanya Key.
Sira terhentak kaget. "E-enggak. Aku ngomong sendiri tadi. Yuk Key, mending kita ke kelas," ajak Sira pada Key.
Sira berjalan mendahului Key, namun ia keheranan karena Key tidak mengikutinya berjalan. Saat Sira menoleh ke belakang, temannya itu hanya berdiri dengan wajah yang pucat pasi.
"Key?"
Key memandangi Sira dengan pandangan yang buram, lama-lama semua benda terlihat berbayang menjadi dua. Tak lama kemudian penglihatannya kian meredup. Tiba-tiba darah kental mengalir dari hidungnya kemudian Key berakhir ambruk pingsan disana.
"Key!"
****
Tentu saja hal ini membuat para gadis itu antusias, apalagi yang menyuruh mereka adalah Trio Handsome yang digilai kaum hawa di Aryabina. Bukannya langsung mengobati Bayu, mereka semua malah bertingkah aneh dan berbisik-bisik satu sama lain.
"Ekhem." Aditia berdehem sambil meruncingkan padangannya. Melihat wajah datar Aditia yang menurut mereka terkesan sinis, segera mereka buyar dan melakukan tugas mereka.
"Gila, kayak master galack lo," ujar Reynal.
"Aku tidak melakukan apapun," ucap Aditia dengan memakai gaya dan logat ala Leo.
"Gak cocok lo niru gaya Leo. Orang bobrok kayak lo, susah buat nahan tawa," ejek Reynal lagi.
"Yaelah Rey, gue kan mau juga banyak penggemar kayak Maz Leo."
"Dah lah, gue ke kelas duluan!" ujar Reynal sembari melaju meninggalkan Aditia yang masih berdiri di UKS.
Bruuk!
Reynal yang hendak keluar UKS mendengar suara itu dari lorong kiri penasaran mendengarnya, ia pun menghampiri arah suara itu. Tak lama kemudian, Reynal melihat seorang gadis berkerudung yang sedang membereskan obat yang berserakan di lantai.
"Nadia?" panggil Reynal pada gadis itu, namun gadis itu tak acuh dan tetap membereskan obatnya.
Reynal merasa ia salah orang, akhirnya ia pun memutuskan untuk menghampirinya dan jongkok membantu gadis itu. "Sini gue bantu," tawar Reynal sambil membantu membereskan obatnya.
Gadis yang ternyata Sira itu terkejut dengan laki-laki yang sedang membantunya. Dia mematung, membiarkan Reynal membantunya.
"Lo mau kasih kotak ini ke petugas UKS kan?" tanya Reynal, sedangkan Sira sendiri hanya menganggukan kepalanya.
"Sini gue aja yang anterin." Reynal kemudian mengambil kotak yang dipegang Sira dan pergi meninggalkannya.
"Rey?" lirih Sira.
Seperti biasa, Leo pergi kesekolah keesokan harinya. Baru saja ia sampai ke gerbang, para wanita yang melihatnya antusias memanggil namanya. "Leo." "Kak Leo!" "Cool prince, pangeranku..." "Hai tampan!"Memang agak sedikit mengganggu di telinganya, Namun ia lebih suka tak acuh dan berlalu meninggalkan mereka.Minggu ini, adalah minggu terakhir Leo sekolah. Dikarenakan ia masih duduk di bangku kelas sebelas, maka minggu depan ia bisa menikmati liburan dikala kelas dua belas tengah ujian. "Pagi Leo," ucap Aditia sambil senyum mesem.Leo yang melihat hal itu spontan memutar bola matanya karena malas melihat pemandangan aneh saat mulai memasuki kelas. Leo langsung menuju bangkunya. Kemudian Aditia langsung pindah dan duduk di depan bangku Leo. "Walaaah, ada yang kepergok kasmaran nih."
"Yo Leo, mau ke kelas gak?"Tak banyak bicara, Leo berjalan mendahului Aditia. "Eh buset, tungguin oi!"Saat Aditia hendak menyusul Leo, ia sempat tertahan karena seorang anggota penjaga UKS mencengkram tanganya. "Kak Adit, boleh minta bantuan gak?" tanya seorang gadis yang mengenakan seragam serba putih itu. "Ha? Ekhem." Aditia berdeham sejenak. "Bantuan apa?" "Itu ada yang jatuh, bisa bantuin kita angkat tandunya gak? Kita kekurangan orang buat ngangkatnya," ucap salah seorangnya lagi. "Mana orangnya?" "Itu deket tangga mushola."Aditia mengangguk. "Ayo cepet, kita bantuin," ucapnya sembari berlari ke arah mushola. "Uh, Kak Adit cool banget," gumam salah seorang gadis penjaga UKS itu. "Iya mana kece, baik lagi. Yuk kita bantuin Kak Adit." Kemudian para penjaga UKS pergi menyusul Aditia.
Jam pelajaran pertama kelas sebelas MIA satu dimulai dengan guru bidang matematika yakni Bapak Ade Yedi. Sungguh pemandangan yang sangat memeningkan kepala saat membayangkan Bapak Ade dengan tulisan seperti prasasti menulis di papan tulis mengenai limit.Semua siswa sangat tidak menantikan kehadirannya. Karena kalau ada guru yang memberikan jam kosong, maka kelas ini akan mengadakan acara sendiri.Acara itu meliputi : Leo yang sendiri dengan lamunannya; Reynal, Aditia, dan Adril yang sibuk dengan game onlinenya; Azizan, Yana, Pirman, Rijpi, Abdul, Yadi yang sibuk dengan acara nikahan kelasnya; Wili, Elgi, Dedeh, Regina yang sibuk dengan konser nyanyi dan bandnya; Handa, Winda, Nurlela, Nurleli yang sibuk dengan selfi mereka; Anisa, Yani, Indri, Dina yang sibuk akan gosip mereka; Ayu dan Lina yang sibuk mengerjakan tugas sebagai anak paling rajin dikelasnya; Juga tak lupa dengan jajaran paling selatan kelas yang amat tersohor yakni Putri, Ayi, Yuyun,
Ting TingSuara bel berbunyi yang menandakan pulang. Di saat anak yang lain keluar gerbang dan sibuk mengeluarkan kendaraan mereka, tidak dengan anak yang hemat berbicara seperti Leo, ia justru tidak langsung pulang. Ia pergi ke rooftop sekolah dan berdiam diri disana."Leo, mau pulang gak?" tanya Reynal yang sengaja menyusul Leo ke rooftop sekolah."Duluan aja," balas Leo."O ya, gue pinjem buku lo ya!" sahut Aditia."Hmm," jawab Leo."Oke duluan ya." Reynal dan Aditia berlalu meninggalkan Leo sendiri.
Hari itu Leo bersama dua sahabatnya yakni Reynal dan Aditia tengah bermain basket karena jadwal pelajaran hari itu adalah Pendidikan Jasmani."Dit, ganti baju yuk! Bentar lagi pelajaran Kimia. Takutnya marah Bu Lasmi kalo telat," ajak Reynal pada Aditia."Oh iya, lupa gue. Leo! Ganti baju! sekarang bagian pelajaran Bu Lasmi nih." Aditia berdalih menyeru Leo.Mendengar hal itu, Leo pun berhenti memainkan bola basketnya dan mulai menghampiri keduanya."Bentar dulu, ini kembaliin dulu bola basketnya ke ruang fasilitas, nanti baru ganti baju," sahut Reynal."Oke ayo," balas Aditia.
Gebrugh!Ceklek.Pintu gudang sekolahpun mendadak tertutup, dan terdengar juga suara sayup orang yang menguncinya."Hey, tunggu jangan dikunci! Di dalam masih ada orang, hey!" Key berlari kearah pintu yang terkunci sambil menyeru seseorang yang telah menguncinya berdua bersama Leo."Pak? Pak Mandor? Buka Pak pintunya jangan dikunci ada orang di dalam!" Seruan Key dari dalam gudang.Tidak salah lagi, siapa lagi orang yang bertugas mengunci semua pintu selain Pak Mandor?"Pak? Buka Pak!" Key terus berteriak berharap Pak Mandor masih ada di area gudang.
Gebrugh. Pintu gudang sekolah akhirnya terbuka. Dan ternyata ... Dugh. Saking kerasnya Key mencoba membobol grendel kunci, dorongannya sampai overdosis hingga ia menabrak tihang yang berdiri di depan gudang. "Aduh!" Key terpental kembali dan langsung tergeletak di lantai. Leo tak kuasa menahan geli di hatinya setelah melihat kelakuan Key, ia beberapa kali terlihat senyum kecil namun ia mencoba menahan senyumannya itu.
Malam itu terlihat Aditia tengah asyik memainkan ponselnya di sebuah caffe menunggu Leo dan Aditia yang belum muncul. Brak! "Ya Alloh," ujar Aditia yang terkejut karena tiba-tiba Leo datang dan memukul meja yang ada di hadapannya. Terlihat juga Leo menatapnya dengan sorotan tajam yang mematikan. "Kenapa nih?" tanya Aditia yang keheranan melihat tingkah Leo. Leo memicingkan mataya. "Kau orangnya?" "Selow selow, maksudnya gimana nih?" "Kau yang menulis tulisan itu!" desis Leo. Aditia langsung tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan Leo. "Acieee, lo pasti kebaperan ya gue nulis itu," goda Aditia. "Kalo enggak, mana mungkin lo marah cuma gara-gara gue nulis itu." "Jangan-jangan lo ngira kalo Key yang nulis tulisan itu ya, Acieee ---" "Diam! atau kubunuh kau!" d