Share

Air Mata Kerinduan
Air Mata Kerinduan
Author: Hana

Bab 1

Author: Hana
Namaku Rani, berusia dua puluh tujuh tahun dan baru saja memasuki masa menyusui.

Setelah melahirkan, produksi ASI-ku agak berlebih.

Karena anakku tak bisa menghabiskannya, jadi sering terjadi penyumbatan saluran ASI. Membuat dadaku terasa bengkak dan sakit, itu juga sangat membuatku frustasi.

Untungnya, suamiku merasa kasihan dan meminta ibu mertua untuk memanggilkan terapis laktasi.

Namun yang tak kuduga, yang mengetuk pintu rumahku keesokan harinya adalah pria muda setinggi 185 cm.

“Halo kak, namaku Jeff, seorang terapis laktasi.”

Kok laki-laki?

Melihat pria muda di depanku yang tampak ceria, ramah dan sepertinya beberapa tahun lebih muda dariku, tanpa sadar aku pun mengerutkan kening.

Namun, Jeff menggaruk kepalanya dan berkata,

“Jangan takut, kak. Aku profesional dan punya sertifikat resmi.”

Untuk meyakinkanku, Jeff bahkan menunjukkan sertifikat kualifikasinya.

Meski begitu, aku tetap merasa sangat tidak nyaman.

Bagaimanapun, aku adalah wanita yang tertutup.

Tiba-tiba ada pria yang bukan suamiku mau menyentuh tubuhku, hal itu membuat badanku terasa tidak nyaman.

Namun, saat aku memberitahu suamiku untuk berbicara dengan ibu, agar mencarikan terapis wanita, suamiku malah memasang wajah kesal dan memarahiku.

“Rani, meski kamu nggak suka dengan ibu, kamu juga nggak boleh terus mencari-cari kesalahannya! Apa bedanya pria dan wanita? Mau pakai atau nggak, terserah kamu!”

Sikap suami yang acuh tak acuh itu membuatku merasa sangat sedih.

Yang akan disentuh pria lain itu istrinya, bukan istriku.

Dia bahkan tidak keberatan, apa lagi yang bisa kukatakan?

Aku menggigit bibir dan berpura-pura tidak peduli.

“Yasudah, kalau begitu nggak perlu diganti.”

Namun, saat tiba saatnya untuk pijat laktasi keesokan harinya, aku kembali merasa canggung.

“Bisa nggak jangan menyentuhku?”

Aku menarik erat baju tidurku, dengan wajah penuh waspada menatap Jeff yang datang ke rumahku pagi-pagi buta sekali.

Suamiku sudah pergi ke kantor.

Hanya ada aku dan anakku di rumah.

Memikirkan apa yang akan dilakukan pria ini selanjutnya membuatku merasa sangat aneh.

“Kak, kamu nggak lagi bercanda? Bagaimana bisa memijat laktasi tanpa menyentuh?”

Merasakan penolakan keras dariku, Jeff menggaruk kepalanya dengan canggung.

“Haruskah dengan menyentuh? Nggak ada cara lain?”

Lubuk hati terdalamku menolak dan masih ingin berjuang.

Namun, Jeff menunjuk ke arah bayi di ranjang bayi dan berkata,

“Ada, tapi hasil dari cara lain terlalu lambat. Kalaupun kakak bisa menunggu, anakmu juga nggak bisa menunggu.”

Benar, aku bisa menunggu, tapi anakku tak bisa.

Perkataan Jeff menyentuh titik lemahku.

Aku terdiam.

Aku sudah menjadi seorang ibu, aku tak bisa hanya memikirkan diriku sendiri. Aku harus memikirkan anak juga.

“Yasudah… kalau begitu.”

Melihat Jeff di depanku yang lebih tinggi dua kepala dariku, aku menggigit bibir, ragu-ragu cukup lama dan pada akhirnya tetap membuat keputusan.

Anggap saja ini demi anak.

Aku duduk di tepi ranjang, mengumpulkan keberanian dan dengan susah payah memaksakan diri untuk menerima apa yang akan terjadi selanjutnya.

Namun setelah meletakkan tanganku di dada dan melihat Jeff di depanku, aku tetap tak bisa menahan diri untuk bertanya,

“Bolehkah kamu… berbalik dulu?”

Ditatap langsung oleh pria asing, meskipun diriku sudah siap secara mental, aku tetap merasa sangat malu.

“Tentu saja bisa.”

Untungnya, Jeff sangat pengertian dan membalikkan badannya.

Barulah aku menghela napas lega dan sedikit lebih baik.

Namun, saat aku membuka kancing dan memperlihatkan dada, wajahku tetap memerah secara perlahan.

“Kamu… sudah boleh berbalik.”

Aku mengatakannya dengan sedikit malu-malu, menatap Jeff dan tetap ada kewaspadaan dalam hatiku.

Yang tak kuduga adalah setelah berbalik, dia langsung memujiku.

“Kakak, bentuk payudaramu sangat bagus.”

Pujiannya yang tiba-tiba ini membuatku agak bingung.

“Be… benarkah?”

Aku menundukkan kepala karena malu, tapi secara tidak sadar juga membusungkan dada sedikit.

Iya, bentuk tubuhku tidak jelek.

Suamiku juga sering memuji lekuk tubuhku cantik dan payudaraku besar dulu.

Hanya saja, aku tidak mengerti kenapa aku yang dulunya berpayudara besar, setelah melahirkan malah menjadi tepos.

“Iya, banyak wanita akan mengalami tingkat pengenduran yang berbeda setelah melahirkan, tapi aku tak menyangka payudara kakak begitu besar, setelah melahirkan bahkan masih bisa begitu kencang dan indah.”

Jeff memujiku tanpa ragu.

Ini membuat penolakanku terhadapnya berkurang drastis dan kewaspadaan dalam hatiku perlahan menghilang.

Karena tatapan matanya padaku begitu jernih dan dari caranya mensterilkan tangan, lalu mengenakan sarung tangan, setidaknya dia terlihat profesional dalam segi persiapan.

“Kakak, silakan berbaring, aku akan segera mulai.”

Saat Jeff sudah mempersiapkan semuanya, barulah aku menyadari bahwa dia tetap harus menyentuh tubuhku pada akhirnya.

Ini membuat wajahku terasa panas seperti terbakar.

Namun karena sudah sejauh ini, aku hanya bisa menurut, berbaring di ranjang seperti domba kecil yang siap disembelih.

Kemudian, aku menyaksikan Jeff mengulurkan sepasang tangan besar yang hangat.

Sedikit demi sedikit, perlahan-lahan menempel di tubuhku….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Air Mata Kerinduan   Bab 7

    “Kak, aku sudah tahu salah! Aku hanya khilaf sesaat karena uang. Aku bersumpah, aku nggak benar-benar berniat jahat padamu. Kumohon jangan lapor polisi. Aku masih muda, nggak boleh masuk penjara!”Di hadapanku, Jeff menangis sejadi-jadinya.Sekilas, dia tampak begitu menyedihkan.Namun, aku mengerti.Dia bukan menyesali perbuatannya, tapi karena tahu dirinya sudah tamat.Aku tidak ingin lagi mendengarkan omong kosongnya, tapi teringat dengan Alvaro, aku pun menarik napas dan menahan rasa jijik, lalu berkata, “Aku boleh nggak lapor polisi, tapi kamu harus berjanji satu hal padaku.”Aku memberitahu Jeff, jika dia membantuku mengumpulkan bukti perselingkuhan dan simpanan Alvaro, aku bisa mempertimbangkan untuk tidak melapor polisi.Namun, jika dia tidak membantuku, aku akan menuntutnya setidaknya dipenjara minimal sepuluh tahun.Menghadapi ancamanku, Jeff pun menyerah.Tak lama setelah dia pergi, Alvaro juga tak kembali. Dia hanya meneleponku dan bilang ada urusan mendadak di kantor.Jik

  • Air Mata Kerinduan   Bab 6

    Anakku menangis.Suara tangisan yang tiba-tiba itu membuatku tersadar, hatiku pun melunak lagi.“Jangan menangis, sayang.”Sambil menggendong anak itu, aku duduk di tepi ranjang.Melihat aku tidak menjawab selama beberapa saat, Alvaro pun tidak ingin terus mempermalukan diri sendiri. Dia mencari-cari di kulkas, lalu mengganti pakaian dan keluar.Seketika, hanya tersisa suara tangisan anak di rumah.“Jangan menangis!”Menggendong anak yang terus menangis, aku yang bingung dan panik mulai merasa jengkel.Mungkin karena wajah anak itu sangat mirip dengan Alvaro.Aku bahkan tidak ingin melihat anak itu lagi.Tok tok tok!Namun, belum sempat aku menenangkan diri, tiba-tiba pintu di ruang tamu diketuk.“Bisa berhenti mengetuk, nggak?!”Karena sudah jengkel, ditambah ketukan pintu yang tak henti-henti, benar-benar memancing emosiku.Awalnya aku tidak ingin memedulikannya, tapi ketukan pintu yang tak henti-henti itu sangat mengganggu. Aku pun menghela napas, menahan kejengkelan dalam hati dan

  • Air Mata Kerinduan   Bab 5

    Seluruh rumah dipenuhi jejak-jejak dari kegilaan tadi malam.Aku belum sempat membereskannya.Terlebih lagi, aku tidak menyangka suamiku yang berencana dinas selama seminggu akan tiba-tiba kembali.“ASI-ku tersumbat lagi dan si kecil rewel, makanya begitu berantakan.”Hal ini membuatku agak gugup saat menghadapi suamiku.Untungnya, aku sedang menggendong anak dan menutupi sebagian besar jejak yang ditinggalkan Jeff di tubuhku.“Benarkah?”Menanggapi alasanku yang kurang meyakinkan, suamiku malah menunjukkan ketidakpercayaannya.“Benarkah? Alvaro, apa maksud pertanyaanmu ini?”Sikapnya yang mencurigakan membuat diriku yang baru saja dilecehkan dan merasa bersalah ini menjadi sangat marah.“Kamu pikir aku mengurus anak sendirian di rumah, jadi merasa kesepian dan berselingkuh?” Karena baru saja dilecehkan, ditambah dengan sikap curiga suami yang baru saja kembali, semua emosi yang terpendam akhirnya meledak saat itu juga.“Alvaro! Sebanarnya kamu masih mau melanjutkan pernikahan ini ata

  • Air Mata Kerinduan   Bab 4

    “Kakak, Kak Alvaro sudah lama nggak berhubungan denganmu, ‘kan?”Jeff menindihku, satu tangannya memegang erat lenganku.“Apa hubungannya denganmu?!”Aku meronta sekuat tenaga.Namun, di hadapan pria sebesar Jeff, kekuatan kecilku sama sekali tak berguna.“Jeff, kamu sudah gila?!”Ditindih oleh pria yang bukan suamiku, aku tahu persis apa yang ingin Jeff lakukan.Namun, saat ini kancing bajuku terbuka dan aku juga tak bisa bergerak.“Cepat turun sekarang juga! Kamu tahu nggak, apa yang sedang kamu lakukan?!”Jeff tidak merasa puas. Sambil menindihku, tangannya yang lain pun bergerak bebas.Di depan mataku, perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit, dia membuka gaun tidurku.“Jangan!”Hal yang belum pernah terjadi ini, malah terjadi padaku saat ini. Itu membuat seluruh tubuhku sangat terpuruk.Namun, Jeff malah tersenyum dan mendekat ke telingaku.“Jangan khawatir, kak. Aku akan sangat lembut….”Dia meniupkan napas hangat di telingaku.Perasaan geli itu membuatku terangsang, sekaligus mer

  • Air Mata Kerinduan   Bab 3

    Aku dan suamiku, Alvaro menjalankan sebuah perusahaan bersama.Namun, sejak aku hamil, perusahaan diserahkan padanya untuk diurus.Aku fokus melahirkan dan mengurus perusahaan pun menjadi rutinitasnya. Lembur dan perjalanan dinas adalah hal yang biasa, sehingga sebagian besar waktu di rumah hanya aku dan anakku.Selama Jeff datang, suamiku semakin jarang pulang.“Oh begitu….”Jeff mengangguk sambil berpikir, lalu berkata lagi, “Kalau begitu, kakak juga bisa meminta teman sesama jenis untuk membantu menyedotnya….”“Malam-malam begini, ke mana aku mencari teman?”Aku melotot ke arah Jeff, tapi rasa sakit dan bengkak di dada membuat wajahku semakin memerah.“Kalau begitu nggak ada jalan lain, kak. Hanya bisa aku saja yang melakukannya.”Ujar Jeff dengan pasrah.“Kamu?”Mendengar ucapannya, aku sempat curiga dia sengaja mengatakannya.Namun, di tengah malam begini, suamiku tidak ada di rumah dan dadaku terasa sangat sakit. Aku tak punya pilihan lain selain membiarkannya membantu menyedot.

  • Air Mata Kerinduan   Bab 2

    “Kamu… kamu pelan-pelan….”Saat kehangatan telapak tangan Jeff menyebar ke seluruh tubuhku, aku menjadi tegang karena gugup dan malu.Namun, suara Jeff yang lembut dan rendah terdengar di telingaku,“Iya, kakak rileks saja.”Namun, merasakan tangan besarnya menutupi tubuhku, aku tetap tak bisa rileks sepenuhnya.Aku hanya bisa memejamkan mata dan memalingkan wajah.Dalam hati, aku terus meyakinkan diri bahwa ini hanyalah proses yang harus dilakukan dalam pijat laktasi.Semua ini demi anak.Barulah setelah itu aku merasa sedikit lebih baik.Namun, tanpa kuduga, saat pikiranku sedang kacau, tiba-tiba jari-jari Jeff menyentuh titik sensitifku.“Kamu… apain?”Perasaan yang aneh langsung membuat diriku waspada.Sulit bagiku untuk tidak curiga bahwa dia ingin melakukan sesuatu padaku.Hal itu membuatku tanpa sadar membuka mata, menoleh dan bertanya padanya.Namun, Jeff malah menenangkanku, “Kak, area ini memang harus dipijat. Ditambah lagi ada sedikit penyumbatan di saluran ASI-mu, mungkin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status