Share

Tak Ada Alasan Untuk Bertahan

Ya, kali ini Liana menang satu angka diatasku. Dia hamil. Sedangkan aku, sudah dua tahun ini belum ada tanda-tanda apapun.

Sepertinya aku sudah tidak dibutuhkan lagi disini. Lebih baik aku pergi dari sini. Tanpa kusadari bulir-bulir bening telah membasahi kedua pipiku. Sebaiknya aku kembali ke kantor sebelum ibu menyadari kehadiranku di sini.

Perlahan aku membalikkan badan hendak melangkah meninggalkan kamar. Namun aku dikejutkan oleh suara dering ponselku. Sontak langkahku terhenti.

"Zahra ...!" Terdengar suara ibu menyebut namaku.

Buru-buru kuhapus air mata ini dengan kedua punggung tanganku. Tidak ada yang boleh melihatku menangis. Ya, aku tak ingin terlihat rapuh di depan siapapun. Lalu perlahan membalikkan badan ini. Semua mata kini tertuju padaku.

"Zahra, kamu pulang?" ibu mengulang pertanyaannya.

"Iy-iyaa, Bu. Ada yang tertinggal. Zahra kembali ke kantor dulu, Bu." jawabku dengan tetap berdiri di ambang pintu karena ponselku yang terus berbunyi.

Tanpa menunggu jawaban da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status