"Kamu bertengkar dengan Panji, Sya?" Mendengar pertanyaan papanya, Rasya menyilangkan sendok dan garpunya. Menandakan kalau ia telah selesai makan. Saat ini keluarganya sedang makan malam. Dan sudah menjadi kebiasaan, papanya selalu membahas sesuatu pada anak-anaknya di meja makan. Karena pada saat itulah, biasanya anggota keluarga mereka berkumpul secara lengkap. Sesaat sebelum atau sesudah makan malam, mereka sekeluarga biasanya berbincang-bincang ringan. Entah itu mengenai kegiatan masing-masing, atau pun membahas masalah bisnis keluarga.
"Kenapa Papa bertanya seperti itu? Panji mengadu pada Papa ya?" Rasya merasa agak tidak nyaman saat ditodong tiba-tiba oleh papanya seperti ini. Bukan apa-apa. Ia takut memberikan jawaban yang salah pada papanya. Karena ia tidak tahu sampai sejauh mana Panji mengadukan tentang perselisihan mereka.
"Tidak. Hanya saja Papa heran. Kemarin Papa ketemu dengan Ethan di restaurant Nikmat Rasa. Ethan cerita, k
Keira berusaha mempercepat langkahnya. Kabar tentang ibunya yang berada di ruang IGD, membuatnya tidak sabar untuk bisa secepatnya melihat keadaan ibunya. Minggu-minggu terakhir ini memang gerakannya sudah semakin lamban. Gerak tubuhnya yang dulu begitu lincah dan gesit, kini hanya tinggal kenangan. Masih mending jika hanya gerakan tubuhnya saja yang terbatas. Sudah seminggu ini pinggang dan punggungnya malah sering terasa sakit. Ginekolognya mengatakan bahwa sakit pinggang saat hamil tua adalah hal yang lazim. Keadaan seperti itu biasanya terjadi dikarenakan perubahan pusat gravitasi tubuh. Bobot tubuh yang bertambah menjadikan tubuhnya harus menyesuaikan gerakan apabila sedang beraktifitas. Selain itu, memang terjadi perubahan hormon dan peregangan ligamen sebagai proses alami tubuh dalam mempersiapkan persalinan.Keira melihat ayahnya duduk di ruang tunggu IGD dengan gelisah. Keira seolah-olah mengalami dejavu. Rasanya baru kemarin saja ia meng
"Bu, Keisha mohon keluarkan Keisha dari tempat ini. Keisha nggak kuat di sini terus. Kata Ibu, semuanya akan baik-baik saja. Tapi ini sudah seminggu dan Keisha masih belum bisa keluar-keluar juga. Tolong Keisha, Bu! Tolong!" Keshia menghambur ke dalam pelukan ibunya, begitu petugas penjara mempertemukannya dengan mereka semua. Saat ini mereka berada di ruangan khusus tahanan kepolisian. Keisha saat ini masih berstatus sebagai tersangka. Ia belum disidang karena para penyidik masih mengumpulkan bukti-bukti hingga berkas dinyatakan lengkap atau P21."Sabar ya, Nak? Ethan sedang berjuang untuk mengeluarkan kamu. Ethan sedang mengumpulkan bukti-bukti. Kamu sabar dulu, ya Nak? Sebentar lagi kamu pasti keluar. Sebentar lagi ya, sayang?" Keira melihat ibunya terus saja berupaya membujuk Keisha. Adik kembarnya itu langsung histeris begitu melihat kedatangannya bersama dengan ayah dan ibunya.Hari ini ia memang sengaja menjenguk Keisha bersama deng
"Sebelum draft perjanjian kerjasama ini ditanda tangani dan memiliki kekuatan hukum, silahkan kedua belah pihak membaca dan mempelajarinya terlebih dahulu. Karena setelah penandatanganan, semua poin-poin yang termaktub akan dinyatakan deal, dan tidak bisa dicomplain lagi," Rasya memberikan waktu kepada para clientnya untuk memeriksa poin-poin penting dalam draft, sebelum kerjasama dinyatakan deal. Ia memang selalu bersikap seperti ini. Memberi clientnya waktu untuk memahami sejelas-jelasnya, apa hak dan kewajiban mereka sebelum draft kerjasama ditanda tangani. Ia tidak mau para clientnya merasa seperti membeli kucing dalam karung."Permisi," dari sudut matanya Rasya melihat Panji merogoh sakunya dan buru-buru berjalan ke sudut ruangan. Ia tahu, pasti panggilan itu darurat sekali. Mengingat Panji biasanya tidak akan menjawab panggilan telepon apabila sedang rapat penting."Ya, Bu. Apa? Rara akan
Keira sudah tahu bahwa persalinannya ini tidak berjalan dengan mulus. Ia adalah seorang perawat yang setiap hari berkutat dengan ibu-ibu hamil. Ia paham sekali posisinya saat ini. Dokter Sita tadi mengatakan kalau ia menderita atonia uteri. Ia paham, pasti telah terjadi pendarahan karena kontraksinya sangat lamban. Belum lagi cairan ketubannya sudah lebih dulu pecah, dan keadaan bayinya yang makrosomia atau ukurannya terlalu besar dari ukuran berat badan bayi normal lainnya. Lamanya durasi selama proses persalinan juga bisa memacu terjadinya pendarahan.Selain itu ia juga sudah lemas sekali. Tulang-tulangnya seperti dilolosi semua dari tubuhnya. Ia kini menjadi selembek agar-agar. Bahkan untuk mengangkat tangannya saja, ia tidak mampu. Rasa sakit yang dirasakannya sudah tidak terkatakan lagi. Apabila ada yang mengatakan rasa sakit melahirkan itu begitu hebat dan hanya ti
Keira tidak henti-hentinya berdoa saat dokter dan perawat mulai bekerja.Tindakan selanjutnya ia seperti sedang bermimpi saja. Keira merasa kalau ia tengah diberi anestesi parsial dan tindakan-tindakan untuk melakukan operasi lainnya. Saat operasi dimulai beberapa waktu kemudian, ia tetap terjaga dan tahu apa yang sedang terjadi. Ia masih bisa merasakan kalau Dokter Sita mulai menarik dan mendorong organ-organ tubuhnya ketika mereka sedang mengoperasinya.Keira dengan sabar terus menunggu suara tangis bayi yang akan dikeluarkan dari tubuhnya. Salah satu rekannya sesama perawat bertanya, apa yang saat ini ia rasakan. Keira pun menjawab bahwa ia sedang merasakan kalau dokter Sita tengah menarik-narik organ tubuhnya. Semua yang ada dalam ruangan tertawa mendengar ucapannya. Para dokter dan perawat yang ada dalam ruangan operasi ini adalah rekan-rekan kerjanya. Sehingga suasa
"Bisa Ayah berbicara sebentar dengan kamu, Pandu?" Pandu yang sedang sibuk membalas email relasi-relasinya di ruang kerja, tertegun sejenak. Ayahnya berdiri di ambang pintu ruang kerjanya. Jarang-jarang ayahnya mengganggunya di saat ia tengah sibuk bekerja. Nada suara ayahnya yang serius, membuat Pandu menganggukkan kepala seketika. Ayahnya melebarkan daun pintu menghampiri meja kerjanya."Ayah mau berbicara soal apa?" Pandu menutup laptop dan mempersilahkan ayahnya duduk. Ayahnya meghempaskan pinggul dan duduk tepat di hadapannya. Tetapi ayahnya diam saja. Ayahnya seperti sedang menimbang-nimbang pertanyaan yang akan diajukan padanya. Itu adalah ciri khas ayahnya setiap ia mengatakan ingin berbicara dengan anak-anaknya."Ayah ingin berbicara soal Keira dan Indhira. Cucu ayah, keponakan kamu," ayahnya kini menatapnya dalam-dalam. Ada permohonan yang tidak ia ucapkan di sana.Oh jadi keponakannya bernama
Keira berkali-kali membuka mulutnya, namun berkali-kali juga ia mengatupkannya kembali. Urung mengutarakan maksud hati pada ibunya sendiri. Hari ini ia sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Ia sangat gembira sekaligus juga bingung. Ia gembira karena akan segera menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu seutuhnya. Setidaknya selama tiga bulan ke depan. Bingungnya, ia sangat tidak ingin balik lagi ke kediaman keluarga Wicaksana. Ia ingin menjaga jarak dengan Panji. Tapi masalahnya ia belum menemukan kontrakan yang cocok sebagai tempat tinggal barunya bersama dengan putrinya.Ia dan Panji akan segera bercerai. Proses di pengadilan juga terus berjalan. Menurut Ethan, bulan depan mereka sudah akan mulai menjalani persidangan. Mereka hanya tinggal menunggu pemanggilan oleh juru sita kepada pihak penggugat atau pemohon. Biasanya surat panggilan itu akan dilayangkan sekurang-kurangnya tiga hari sebelum persidangan. Jadi ia merasa tidak ada perlunya lagi ka
Kehadiran Indhira di tengah-tengah keluarga menghadirkan suasana baru yang menyenangkan. Setelah sekian lama rumah masa kecilnya itu dingin dan sepi, kini sudah kembali semarak oleh suara tangisan bayi. Jejak kehadiran Indhira terlihat di mana-mana. Di mulai dari suara tangisnya yang melengking. Harumnya aroma bedak bayi dan minyak kayu putih, sampai dengan jemuran popok yang melambai-lambai di samping rumah. Ya, ia memang memutuskan untuk menggunakan popok kain saja apabila anaknya berada di dalam rumah. Makanya popoknya berjibun dikarenakan bayinya sering buang air kecil.Ibunya memang sempat heran karena ia masih menggunakan popok kain ala orang-orang jaman dahulu dibandingkan dengan menggunakan popok praktis siap pakai. Sebagai seorang yang bekerja di bidang medis, Keira menjelaskan bahwa sesungguhnya popok kain itu lebih aman untuk kulit bayi karena bebas dari bahan kimia. Sedang popok praktis sekali pakai itu mengandung polypropylen