Beranda / Romansa / Tolong Perlahan, Dokter Nate! / Bab 55 Klimaks yang Hebat

Share

Bab 55 Klimaks yang Hebat

Penulis: J Shara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-15 11:17:46

Gemuruh orgasme yang mengguncang tubuh Ariel perlahan mereda, berubah menjadi riak-riak senandung kepuasan yang hangat.

Ruang tamu yang sebelumnya dipenuhi oleh erangan dan desah kini diselimuti keheningan yang basah oleh bau seks dan keringat. Nathan, dengan napasnya yang masih tersengal-sengal, tidak terburu-buru.

Dengan sebuah kendali yang membuat Ariel semakin lunak, ia menarik keluar batang miliknya yang masih berdenyut-denyut dari dalam liang milik Ariel yang masih mengerut-kerut secara perlahan, sangat perlahan, seolah ingin memperpanjang setiap detik perpisahan yang manis itu.

Ariel mengeluarkan erangan lemah saat kehilangan kepenuhan itu, tapi Nathan segera menggantikannya dengan sesuatu yang lebih intim.

Tanpa berkata-kata, ia menunduk, membenamkan wajahnya di antara paha yang masih terbuka lebar milik Ariel. Lidahnya, yang masih hangat dan terampil, segera menjilati dan mengoral seluruh bibir bawahnya yang bengkak dan basah, membersihkan sisa-sisa cairan mereka berd
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 66 Tahan

    Ruang tamu apartemen Nathan terasa hening malam itu. Lampu kuning redup menerangi ruangan dengan cahaya lembut. Nathan dan Ariel duduk berhadapan di sofa—posisi yang seolah menempatkan mereka dalam dua dunia berbeda, tapi cukup dekat untuk membuat jantung Ariel berdegup tidak wajar. Nathan menautkan jemarinya di atas pangkuan. Tatapannya fokus pada Ariel yang tampak gugup, memegangi tali tasnya berulang kali. “Lalu… bagaimana dengan karir menulismu?” tanya Nathan akhirnya, suaranya tenang namun mengandung ketertarikan. Ariel tertegun sejenak, lalu tersenyum kaku. “Aku masih menulis, dok,” jawabnya hati-hati. “Tapi… menjadi ART hanya sambilan saja, dok. Aku butuh uang tambahan.” Nada sedikit lirih itu membuat Nathan mengangguk kecil. Wajahnya tetap datar, namun matanya menunjukkan bahwa ia mempertimbangkan kata-kata Ariel dengan serius. “Kebetulan kau sudah sering ke sini…” Nathan menyandarkan tubuhnya ke sofa, suaranya rendah. “Dan aku cukup mengenalmu…” Ariel mengangkat

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 65 Pilihan yang Terpaksa

    Ariel berdiri mematung di depan meja kerja Pak George. Di tangannya, selembar kontrak dengan lambang perusahaan majalah Gentleman itu masih terpegang kaku. Matanya terpaku pada kolom angka yang tercetak tebal di bagian bawah. Nominal gaji itu seperti menertawai hidupnya. Tangannya terangkat, siap menandatangani, tapi berhenti di tengah udara—menggantung begitu saja. “Kenapa, Ariel?” tanya Pak George lembut namun penasaran. Ariel mendongak pelan. Bibirnya terangkat membentuk senyum kecut, seperti senyum yang dipaksa hidupnya sendiri. “Pak… apa nominalnya cuma segini ya?” tanyanya hati-hati. Pak George mengangguk tanpa menutupi fakta itu. “Ya. Nominalnya memang segitu. Tapi kamu juga akan mendapatkan profit kalau tulisanmu banyak pembacanya. Bonusnya bisa lumayan, lho.” Ariel terdiam. Kata “profit” itu menghantamnya, tapi bukan dalam arti positif. Profit dari mana, kalau cerbungku aja goyang terus dan aku harus cari bahan setiap malam? Aduh… hidup… hidup… batinnya leti

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 64 Curiga

    Nathan mendorong kepala Ariel pelan, miliknya keluar dari mulutku dengan suara 'pop' basah. Dia angkat pinggul wanita itu, menarik celana dalamnya sepenuhnya, dan membaringkan wanita itu di kursi belakang yang sempit. Kaki Ariel terbuka lebar, miliknya terpampang tepat di depan Nathan—bibir bawah itu merah bengkak, klitorisnya menonjol seperti mutiara kecil yang basah kuyup. Nathan menunduk, napas panasnya menyentuh paha mulus Ariel. "Aku mau menjilatmu sampai kau menjerit." Lidahnya langsung menyerang, menjilat klitoris itu dari bawah ke atas dengan gerakan datar panjang. "Ahhh! Dokter!" Ariel menjerit, tangannya mencengkeram rambut Nathan. Lidah Nathan kini berputar-putar di sekitar klitorisnya, menghisapnya seperti sedang menyedot permen. Dia masukkan satu jari ke dalam liang itu, mengaduk-aduk dinding dalamnya sambil lidahnya terus menyerbu klitorisnya. Rasa itu gila—basah, panas, licin. Dia tambah jari kedua, pompa masuk-keluar cepat, sambil gigit ringan klitori

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 63 Di dalam Mobil yang Membara

    Malam itu, ternyata hujan deras mengguyur kota, membuat jalanan licin dan sepi. Mobil Nathan terparkir di pinggir apartemen kecil nan sepi, jauh dari lampu jalan yang redup. Ciuman lembut, seperti hembusan angin yang lembut. Tangan Nathan kini memegang pipi Ariel dengan lembut, jari-jarinya menyusuri garis rahang wanita itu, membuatnya merinding. "Ariel," bisiknya di sela ciuman, suaranya dalam dan hangat, "kau manis sekali malam ini." Ariel terkejut sesaat lalu tersenyum di balik bibirnya, membalas ciumannya dengan lebih dalam. Lidahnya menyentuh lidah Nathan pelan, menari-nari seperti dua kekasih yang baru bertemu setelah lama terpisah. Mobil terasa lebih sempit sekarang, kursi belakang yang mereka pilih sengaja untuk praktek malam ini mulai terasa panas. Nafas Ariel mulai memburu, dada naik-turun cepat. Ciuman yang tadinya lembut itu berubah. Bibir sang dokter menekan lebih keras, gigitan ringan di bibir bawahnya membuatnya mengerang pelan. "Oh, dokter...," desah Ariel, tang

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 62 Demi Karya

    Lampu-lampu redup di ruangan VIP kelab malam itu menimpa wajah Ariel, membuat sorot matanya terlihat lebih lembut dari biasanya. Musik lounge menggema pelan, bercampur dengan tawa dan gelak riuh para tamu penting malam itu. “Silakan minum, Ariel!” kata sang owner sambil mengangkat gelasnya. Pria paruh baya itu—sang owner penerbit JustFor—tersenyum lebar, pipinya sudah memerah karena alkohol. Ariel menatap gelas wine yang disodorkan, lalu menggeleng. “Maaf, Pak… saya nggak minum alkohol.” Pria itu mengangguk kecil. “Begitu ya? Kalau begitu, pesankan dia jus jeruk,” ujarnya pada waiter. Ariel tersenyum kaku, mencoba tetap sopan. Di sampingnya, Nathan duduk dengan tubuh tegap dan ekspresi yang sulit ditebak. Sesekali ia melirik Ariel, tapi tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Pak owner itu meneguk minumannya lagi sebelum berkata, “Saya sangat senang malam ini bisa bertemu dengan Dr. Nathan… dan kau, Ariel. Halaman edukasi seksualitas dr. Nathan, dan cerbung karya Ariel di majalah k

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 61 Senang atau Sedih?

    “Ariel… selamat!” suara Pak George terdengar jelas, hangat, penuh antusias. Ariel menoleh, senyum kecil terbentuk namun tidak sampai ke matanya. “Selamat apanya, Pak?” “Cerbungmu menjadi halaman yang paling dinantikan pembaca.” Nada bangga itu mengisi ruangan. “Majalah Gentleman memutuskan untuk mengontrakmu selama satu tahun penuh. Kamu akan mendapat gaji tetap dan juga profit tambahan dari setiap bab.” Ariel membeku. Selama ini itulah yang ia kejar—stabilitas, diakui, dan dibaca. Tapi setelah kejadian malam itu, kata-kata Silvi seperti hantu yang terus membayangi pikirannya.Jangan jadi pelakor… Nathan sudah bertunangan… Gemma itu wanita baik. Ia menelan ludah. Antara bahagia dan hampa. Antara ingin melanjutkan cerita dan takut apa yang terjadi setelahnya. Namun ia memaksa bibirnya tersenyum. “Terima kasih, Pak…” ujarnya dengan suara yang terdengar seperti bukan miliknya sendiri. Pak George mengangguk senang. “Nah, malam ini owner kita mengadakan acara di kelab malam. Kamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status