Home / Romansa / Ajari Aku Ciuman, Mas CEO / Bagian 10 - Pena di Ujung Bibir

Share

Bagian 10 - Pena di Ujung Bibir

Author: Daisy
last update Last Updated: 2025-08-27 18:23:21

Detik berikutnya, serangan Bagas semakin tak kenal ampun pada gadis mungil yang berada dalam dekapannya. Bibir, gigi, dan lidahnya mendominasi, membuat Biya nyaris tak bisa bernapas.

Tubuhnya melemas, kedua tangannya berusaha mendorong dada Bagas, tapi tenaganya habis terkuras. Napasnya terputus-putus, kepalanya berputar, hingga ia merasa lututnya tak lagi sanggup menopang tubuhnya.

Dan saat Biya hampir kehilangan keseimbangan- sBagas malah menahan pinggangnya, menariknya semakin rapat ke dada bidangnya.

“Sekarang,” suaranya rendah, terhenti tepat di bibir Biya, “katakan, kamu masih mau lanjut… atau menyerah di sini?” tatapan itu begitu tajam hingga mampu menancap, panas, dan penuh kuasa.

Biya terpaku, tubuhnya masih gemetar di dekapan Bagas. Napasnya berantakan, dadanya naik-turun tak beraturan. Pertanyaan itu menampar telinganya hingga membuat otaknya kosong dalam seketika.

“Lanjut atau menyerah di sini?” suara Bagas rendah- mengulang pertanyaan yang sama. Begitu dalam hingga nyaris
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ajari Aku Ciuman, Mas CEO   Bagian 10 - Pena di Ujung Bibir

    Detik berikutnya, serangan Bagas semakin tak kenal ampun pada gadis mungil yang berada dalam dekapannya. Bibir, gigi, dan lidahnya mendominasi, membuat Biya nyaris tak bisa bernapas.Tubuhnya melemas, kedua tangannya berusaha mendorong dada Bagas, tapi tenaganya habis terkuras. Napasnya terputus-putus, kepalanya berputar, hingga ia merasa lututnya tak lagi sanggup menopang tubuhnya.Dan saat Biya hampir kehilangan keseimbangan- sBagas malah menahan pinggangnya, menariknya semakin rapat ke dada bidangnya.“Sekarang,” suaranya rendah, terhenti tepat di bibir Biya, “katakan, kamu masih mau lanjut… atau menyerah di sini?” tatapan itu begitu tajam hingga mampu menancap, panas, dan penuh kuasa.Biya terpaku, tubuhnya masih gemetar di dekapan Bagas. Napasnya berantakan, dadanya naik-turun tak beraturan. Pertanyaan itu menampar telinganya hingga membuat otaknya kosong dalam seketika.“Lanjut atau menyerah di sini?” suara Bagas rendah- mengulang pertanyaan yang sama. Begitu dalam hingga nyaris

  • Ajari Aku Ciuman, Mas CEO   Bagian 9 - Lembut atau Kasar?

    Bagas meraup bibir Biya habis-habisan. Awalnya sekadar sentuhan kasar, tapi dalam hitungan detik, ciuman itu berubah jadi serbuan yang nyaris membuat Biya kehilangan kendali.Bibirnya ditarik, digigit, lalu dijilat dengan buas- seolah Bagas sedang membalas tujuh tahun tanpa disentuh dan menyentuh benda lunak ini.Biya tersentak, tangannya refleks menekan dada bidang pria itu. Tapi bukannya menjauh, Bagas justru menahan pergelangan tangannya di sisi tubuh. Lengannya mendekap Biya rapat, membatasi ruang gerak sekaligus melahap seluruh oksigennya.“Mas,” desah Biya tertahan di antara celah ciuman yang tak memberinya ruang untuk berpikir.Bagas menelan suara itu bulat-bulat, semakin menekan bibirnya ke milik Biya, semakin dalam, semakin liar- seolah ingin memastikan gadis itu tidak akan pernah lupa siapa yang pertama kali membuatnya gemetar begini.“Mhh..”Ciuman itu berlangsung begitu lama sampai Biya nyaris lupa cara bernapas. Jantungnya berdentum kacau, tubuhnya seakan meleleh di bawah

  • Ajari Aku Ciuman, Mas CEO   Bagian 8 - Pelajaran Kedua

    Pukul empat kurang lima menit.Bagas menarik napas dalam-dalam, meneguk sisa kopi yang sudah dingin. Ada ketegangan yang bahkan ia sendiri sulit jelaskan. Tujuh tahun ia terbiasa menunggu proyek besar, kesepakatan penting, bahkan keputusan bernilai miliaran.Namun, kali ini yang ia tunggu hanya seorang gadis dan anehnya, itu membuat dadanya lebih berat dari biasanya.“Mari kita lihat, Biya,” gumamnya lirih, tatapannya tajam menembus jendela kaca yang memperlihatkan langit sore yang mulai memerah, “apakah kamu benar-benar berani masuk ke dunia saya?”Dan di sinilah Biya berada, berdiri di depan gedung pencakar langit yang menjulang angkuh ke langit sore. Megah, dingin, dan terlalu tinggi untuk seorang dirinya yang kini merasa begitu kecil dan tak berdaya.“Gue bisa, ini Cuma sekedar belajar dan ngga lebih.”Gedung ini bukan hanya sekadar tumpukan beton dan kaca, melainkan simbol dari sosok pria yang menunggunya di dalam. Bagaswara Adi Wiratama- dingin, tegas, tak tersentuh. Dan ia, Biy

  • Ajari Aku Ciuman, Mas CEO   Bagian 7 - Sampai bisa, Mas

    “Mas, nggak keberatan ngajarin aku sampai bisa?”Ini sama saja menyerahkan diri pada singa untuk dimangsa.Biya tidak tahu- bahwa selama tujuh tahun terakhir, Bagas menahan gejolak yang terus menggerogoti dirinya. Nafsu, rindu akan sentuhan, dan juga sepi yang menempel erat bagai racun. Tujuh tahun, ia memilih tak menyentuh wanita manapun, membiarkan dirinya terkubur dalam tumpukan proyek dan pekerjaan.Dan kini, tanpa sadar, Biya datang dengan polosnya. Menyerahkan diri dengan dalih belajar ciuman. Seolah ia tak paham bahwa yang sedang ia datangi bukan sekadar pria biasa, tapi seekor singa yang sabarnya sudah lama teruji, dan sekali diterobos, bisa menghabisi segalanya.Bagas menatap layar ponselnya, mendengar suara Biya yang gemetar di seberang. Jari-jarinya mengepal di meja, rahangnya mengeras. Ia tahu, satu kata “iya” darinya cukup untuk meruntuhkan semua batas.Dan Biya, gadis itu benar-benar tidak sadar sedang berdiri di mulut jurang.“Kalau begitu, datang lagi besok ke kantor s

  • Ajari Aku Ciuman, Mas CEO   Bagian 6 - Debar Aneh

    “Lo gila!”Begitulah reaksi Lesi akan cerita yang baru saja keluar dari bibir Biya setelah menceritakan bahwa dirinya sudah berciuman dengan Bagas.Tidak pernah Biya sangka bahwa ide gila yang keluar dari bibir Lesi, mampu membawanya pada realisasi gila- menghasilkan debaran aneh.“Bi, gue nggak tahu kalau lo segila ini,” tentu saja Lesi tidak percaya- mengingat temannya selama ini terlihat tenang, kalem, bahkan sering dianggap terlalu polos—ternyata berani juga melakukan hal semacam itu.Biya terdiam, hanya bisa terus memegangi bibirnya yang masih terasa hangat, seakan bekas sentuhan Bagas enggan pergi. Ada getir, ada malu, tapi lebih dari itu- ada sesuatu yang tak bisa ia definisikan.“Lo… nyesel nggak?” tanya Lesi hati-hati, kali ini suaranya merendah.Biya mengangkat wajahnya perlahan, menatap sahabatnya dengan mata yang sedikit berkaca. “Gue nggak tahu, Les. Gue bahkan nggak ngerti kenapa hati gue berdebar kayak gini. Harusnya gue takut, kan? Tapi kenapa malah pengen lagi?”Lesi

  • Ajari Aku Ciuman, Mas CEO   Bagian 5 - Berjalan Menuju Bahaya

    Pintu terdorong pelan, tapi belum sempat pintu terbuka lebar, suara berat Bagas langsung memotong cepat.“Sakti, simpan dulu di mejamu. Nanti saya lihat.”Biya menahan napas, tubuhnya masih gemetar yang masih dalam rengkuhan Bagas. Jarak tipis keduanya, membuat detak jantung terdengar nyaring. Dari luar terdengar jeda sejenak sebelum Sakti menjawab, “baik, Pak. Kalau begitu saya pamit dulu.”Suara langkah menjauh, pintu kembali tertutup perlahan. Bagas mengusap wajahnya kasar, lalu menunduk sebentar. Biya tetap menunduk, mencengkeram sisi kemeja si pria, merasa nafasnya tak karuan.Tatapan Bagas sempat jatuh ke arahnya lagi—tajam, berat, dan penuh sesuatu yang tak terucap. Tangan besarnya terulur, menyentuh dagu Biya dengan lembut tapi kuat, mengangkat wajah itu untuk mendongak kembali agar tak bisa lari dari tatapan itu.“Ada permintaan khusus untuk cara berciuman kamu?”Biya membelalak, pipinya semakin panas. Ternyata Bagas tidak ingin membuang waktu dan meneruskan apa yang sudah te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status