Share

Bab 121: Masak Untuk Suami

Author: Duvessa
last update Huling Na-update: 2025-07-07 00:45:58
“Non, sini Mbak bantuin aja. Jangan masak sendiri gitu.” Wati sudah berdiri di dapur, mencoba merebut celemek dari tangan Isvara yang baru saja hendak mengenakannya.

“Nggak apa-apa, Mbak. Aku mau masak sendiri aja.” Isvara menahan tangan Wati, lalu menautkan senyum kecil sambil mulai mengikat tali celemek di pinggangnya. “Mbak istirahat aja ya di kamar. Biar aku yang beresin.”

Wati menghela napas panjang, menatap Isvara dengan dahi berkerut cemas. “Loh kemarin malam aja Non ngeluh pusing, katanya kepala muter. Kalau nanti pingsan di dapur gimana? Ntar Mbak yang kena marah sama Tuan.”

“Kalau aku butuh bantuan, nanti aku teriak manggil Mbak kok. Janji. Oke?” Isvara menjawab sambil mengacungkan jempol dengan wajah penuh keyakinan.

Wati akhirnya mendecak gemas, sebelum melangkah mundur dengan tangan terlipat di dada. “Yaudah, tapi Mbak dengerin terus dari kamar. Kalau Non manggil, nanti Mbak langsung datang.”

“Iya, Mbak,” janji Isvara sambil menepuk punggung tangan Wati.

Begitu Wati benar-
Duvessa

Hati-hati, Van. Kalau kamu terlalu sibuk, nanti bisa jadi bumerang.

| 22
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 159: Jam, Jodoh, dan Jabatan

    Aula tempat acara ulang tahun Giri digelar begitu megah. Penuh kemewahan yang disamarkan dalam balutan tradisi. Lantainya marmer hitam mengilat, karpet merah keemasan terbentang sampai ke pelaminan khusus tempat Giri nanti akan duduk. Nuansanya tradisional, tapi aroma uangnya menyengat sekali.Para tamu mengenakan busana adat terbaik mereka. Kebaya sutra, beskap bordir, batik tulis. Semuanya seperti hasil karya desainer pribadi, bukan beli jadi di butik biasa. Musik gamelan mengalun pelan dari sisi panggung, dimainkan oleh pemusik profesional yang wajahnya lebih mirip profesor seni daripada pengamen jalanan.Di antara keramaian itu, Jefri muncul dari sisi kanan ruangan. Dia melangkah cepat dan tenang, menembus kerumunan para tamu yang sibuk bersalaman dan berfoto.“Permisi, Pak,” ucap Jefri begitu sampai di sisi Alvano. Dia membawa sebuah kotak kayu berukir, tampak berat dan eksklusif.Alvano mengangguk. “Terima kasih, Jef.”Lalu Jefri pun berlalu.Isvara menatap kotak itu. Dia tida

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 158: Yang Terluka, Tapi Tegak

    Beberapa detik sunyi. Bahkan napas pun seakan tertahan.Alvano menoleh cepat ke arah istrinya. “Kamu kenal Opa?”Isvara membuka mulut, masih tampak terkejut. “Iya, Van.”Mata Giri menyipit sedikit, lalu seketika tawa kecil keluar dari mulutnya. “Iya, iya. Kau gadis penyelamatku waktu itu.”Giri menoleh ke Alvano, wajahnya kini penuh makna. “Dan ternyata kamu mencuri gadis yang tadinya ingin kujodohkan dengan sepupumu, Dewangga.”Kepala Marina dan Atma sontak menoleh ke arah Isvara. Ekspresi mereka antara syok dan bingung.Tunggu dulu ... Dewangga itu sepupu Alvano?Isvara sendiri tertegun. Dia tidak melihat pria itu saat para sepupu Alvano menyambutnya di depan rumah.Alvano masih diam. Kaget dan bingung jelas terlihat dari raut wajahnya. “Opa, jadi kalian pernah bertemu?” tanya Alvano masih saja penasaran.“Lebih dari sekali,” sahut Opa Giri ringan. Lalu menatap ke arah Isvara sambil mengangguk puas. “Dan waktu itu aku sudah suka dengan gadis ini. Sigap, sopan. Tidak menyangka terny

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 157: Harga Diri

    Alvano menunduk sopan. “Baik.”Isvara berdiri tegak di sisi suaminya, berusaha menjaga sikap meski jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Ada sesuatu dalam cara wanita itu memandangnya–bukan tajam atau sinis, tapi penuh perhitungan. Rasanya seperti berdiri di hadapan seseorang yang bisa membaca siapa dia hanya dalam satu kedipan mata. Bukan intimidasi, tapi status. Dan Isvara sadar, dirinya masih pendatang di dunia sebesar ini.Perempuan itu tidak berkata apa-apa lagi. Hanya melirik Isvara sekilas, lalu melanjutkan langkah dengan tenang menyusuri lorong lain, hingga akhirnya menghilang di balik pintu kayu besar di ujung kanan.Begitu langkahnya lenyap dari pendengaran, Isvara melirik suaminya, pelan dan penuh tanya.Hanya satu dalam benak Isvara. ‘Siapa perempuan tadi?’“Dia istri muda Opa,” ucap Alvano langsung, seolah bisa membaca isi pikiran Isvara.Isvara spontan menoleh cepat, matanya membulat kecil. “Hah?” gumamnya lirih.“Berarti tadi itu ... nenek kamu?” gumam Isvara, masih b

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 156: Siap Jadi Istrimu

    Isvara spontan menoleh. “Apa?”Mobil sempat tersentak ringan sebelum kembali stabil. Sabuk pengaman Isvara sedikit tertarik, tapi dia tidak peduli. Fokusnya hanya satu, suami yang tiba-tiba bertanya aneh.Suasana jadi hening selama beberapa detik.Isvara masih menatap Alvano, berusaha memahami maksud kalimat yang baru saja dilontarkan suaminya. “Maksudnya apa?” tanya Isvara lagi, pelan tapi tak menyembunyikan keterkejutan.Namun, Alvano tidak tersenyum. Wajahnya tetap serius. Matanya menatap jauh ke depan, ke arah lampu-lampu jalan yang seolah berpendar lebih cepat malam ini.“Karena kadang aku mikir ... semua ini bisa hilang dalam semalam. Uang, bisnis, reputasi. Aku tahu dunia yang kita pijak sekarang nggak stabil.”Isvara diam. Tidak menginterupsi. Menunggu dengan sabar.“Aku cuma mau tahu,” lanjut Alvano, suara lebih pelan. “Kalau aku kehilangan semuanya ... kamu masih akan tetap di samping aku?”Isvara diam beberapa detik. Mencari kata yang tepat, bukan yang manis. Tangannya naik

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 155: Butik dan Batik

    Kini, Isvara dan Alvano berdiri di depan sebuah butik eksklusif di pusat kota. Tempat itu disebut Alvano beberapa jam lalu sebagai lokasi persiapan. Dari luar, kaca jendela butik memantulkan cahaya senja, memperlihatkan interior yang lengang, bersih, dan elegan. Butik ini tidak menerima tamu umum hari ini. Hanya untuk mereka.Seorang staf membukakan pintu."Ayo masuk," ucap Alvano pelan namun tegas.Isvara mengangguk pelan. Langkahnya sedikit ragu. Sejak wajah mereka muncul di media, semuanya terasa terlalu cepat. Terlalu sempit untuk bernapas. Namun, saat telapak tangan Alvano menyentuh punggungnya dengan tekanan ringan, tubuhnya ikut bergerak. Seperti diberi aba-aba diam-diam bahwa dia tidak sendiri.Isvara tidak sadar bahwa sejak mereka meninggalkan gedung Valora, dua pria berbadan tegap ada di belakang mereka. Jarak mereka cukup jauh untuk tidak mencolok, tapi cukup dekat untuk bereaksi cepat.Alvano tidak mau ambil risiko, tidak hari ini.Mobil yang mereka gunakan pun bukan kenda

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 154: Skandal

    Beberapa menit kemudian.Di lorong belakang studio yang lebih sepi, Isvara bersandar di dinding, menggenggam ponselnya erat-erat. Jemarinya kembali menekan tombol panggilan.“Van, angkat dong telepon aku ...,” gumam Isvara nyaris memohon, suara lirih tapi penuh tekanan. Sudah tiga kali dia mencoba, tapi tetap tidak ada jawaban.Sudah bisa ditebak, Alvano pasti masih tenggelam dalam rapat. Dan jelas, belum tahu bahwa berita soal mereka telah menyebar seperti api disiram bensin.Isvara menahan napas, mencoba tetap waras di tengah kepanikan. Namun, ponsel di tangannya terasa semakin berat. Seberat semua rahasia yang selama ini dia jaga sendirian.Sebuah suara lembut memecah keheningan.“Ra.”Isvara menoleh cepat. Renjiro berdiri di ujung lorong, tampak sedikit terengah, seperti baru saja mencarinya ke seluruh sudut studio.“What’s going on?”Isvara tidak langsung menjawab. Dia menunduk, menyembunyikan wajahnya sesaat, lalu mengusap cepat sudut matanya sebelum kembali menatap pria itu.Ren

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status