Share

Bab 69: Bukan Korban

Author: Duvessa
last update Last Updated: 2025-06-11 15:48:21
Isvara mengangguk pelan. Memang benar dia bekerja di Valora—secara teknis. Namun dalam konteks ini, semuanya terasa lebih rumit dari sekadar status karyawan. Bibirnya melengkung membentuk senyum sopan, tapi dalam hatinya, dia bingung harus menjelaskan apa pada mantan atasannya itu, dan bagaimana.

Dylan tertawa ringan. “Al, kamu royal banget ya, ngajak karyawan baru makan di tempat semewah ini.”

Alvano tidak bergeming, masih duduk tenang seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang berubah di matanya—keras, dingin, dan terukur. Dia membiarkan Dylan menyelesaikan ucapannya tanpa menyela, tapi pandangannya sudah bicara lebih dulu.

Sementara itu, Livia tertawa kecil. Ringan, tapi penuh makna. Ada binar puas di matanya—puas karena Isvara dianggap tidak lebih dari bawahan Alvano.

Lalu mata Livia bergerak cepat, memperhatikan detail kecil yang tidak luput dari perhatiannya: tangan Alvano dan Isvara yang sebelumnya bertaut di atas meja, kini dengan canggung ditarik ke pangkuan masing-masing. Reflek
Duvessa

Doakan author biar bisa up lebih dari 2 chapter sehari ya guys... enjoy :)

| 6
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 84: Teman Lama

    Dengan jas gelap rapi. Kemeja biru tua yang membingkai bahu Alvano dengan tegas. Dasi abu-abu dengan pola tipis yang nyaris tidak terlihat. Tatapan Alvano lurus, tajam, fokus pada dua orang yang berdiri di dalam lift. Pada jarak yang terlalu dekat. Pada tangan Renjiro yang masih menggantung di kerah blazer wanita yang seharusnya sudah jelas adalah miliknya.Isvara membeku sepersekian detik. Namun, dengan cepat, dia menarik napas dan kembali ke mode tenang. Kalau Alvano bisa tenang waktu Livia memeluknya di rumah sakit, maka kali ini … dia juga bisa.Renjiro menurunkan tangannya perlahan. Tidak gugup, malah nyaris santai. Seolah yang terjadi barusan tidak lebih dari interaksi ringan dua teman lama yang baru bertemu.“Hai, Mr. Alvano,” sapa Renjiro dengan hangat. “Long time no see.”Alvano tidak langsung menjawab. Matanya berpindah ke Isvara sebentar—sebentar saja, cukup untuk membaca sekilas ekspresi sang istri, lalu kembali ke Renjiro.Beberapa detik hening. Sunyi yang tajam, seperti

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 83: Lunch?

    Beberapa kepala langsung menoleh. Dan meski pria itu hanya berdiri tenang dengan masker tipis menutupi sebagian wajahnya, semua orang tahu siapa dia.Renjiro. Atau yang lebih dikenal publik sebagai Kai Ren.BA utama Valora X Tenka. Model internasional yang biasanya hanya muncul lewat layar kampanye digital, kini berdiri di depan mereka. Seperti cuplikan eksklusif dari dunia selebritas yang tiba-tiba bocor ke ruangan mereka.Citra menatap Isvara dengan mulut setengah terbuka, lalu menatap Renjiro, lalu kembali ke Isvara. Mencoba menyambungkan benang merah yang tidak pernah dia bayangkan ada.Andre melongo tanpa suara, sementara beberapa rekan lain sudah mulai saling bisik-bisik kecil.“Kai Ren?” Retha melangkah sedikit ke depan, sedikit heran kenapa Renjiro mencari Isvara. “Ada perlu apa, ya?”Renjiro menurunkan maskernya perlahan. Senyum kecil muncul di bibirnya. Senyum yang pernah jadi headline di berbagai majalah fashion dan kini terlihat langsung, tanpa filter.“Hai. Aku nggak salah

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 82: Batas

    Livia membeku di tempatnya. Tatapannya bergeser ke pria itu, tidak percaya bahwa genggaman di pergelangannya berasal dari orang yang dulu selalu membelanya.Namun, genggaman itu bukan sekadar penahanan. Itu adalah batas. Peringatan diam yang tidak perlu diteriakkan.“Lepasin aku, Van,” desis Livia, suaranya bergetar.Alvano tidak langsung menurut. Tatapannya kini tertuju pada Isvara. Sorot matanya berubah tegas, bukan karena marah, tapi karena ingin mengakhiri semua kekacauan ini.“Jangan pernah lakukan ini lagi,” ucap Alvano akhirnya pada Livia, suaranya rendah, tapi cukup dingin. “Apa pun yang pernah terjadi antara kita, kamu nggak berhak menyentuh istriku.”Kata ‘istriku’ itu meluncur dengan tekanan tajam. Bukan untuk menyakiti Livia, tapi untuk menegaskan: posisi Isvara bukan sekadar formalitas, bukan pelindung reputasi, melainkan seseorang yang Alvano pilih dengan sadar.Livia meronta dalam satu hentakan kecil, mencoba melepaskan diri, seolah ingin menepis kenyataan yang baru saja

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 81: Keberpihakan

    Livia akhirnya melepaskan pelukannya. Perlahan. Namun, bukan karena malu, melainkan karena merasa diganggu. Dia menoleh, menatap Isvara dari ujung kepala hingga kaki, seolah sedang menilai.“Oh ... aku nggak lihat kamu di situ.” Livia tersenyum tipis, tapi lebih tajam daripada hangat. Sorot matanya menelusuri Isvara seolah sedang menilai sesuatu yang tidak terlalu penting.Alvano diam.Sunyi itu menggantung. Namun, bukan sunyi canggung, melainkan sunyi yang membuat napas terasa berat, seolah oksigen di ruangan direbut oleh ketegangan.Livia kembali menyentuh lengan Alvano dengan santai. “Aku cuma khawatir, Al. Semalam Tante Marina bilang kamu masuk rumah sakit,” ucap Livia lembut. “Aku nggak bisa tidur. Aku langsung ke sini. Aku nggak akan tenang sebelum lihat kamu sendiri.”Livia bicara seakan Isvara tidak pernah ada. Seolah ruang itu milik mereka berdua. Seolah waktu bisa diputar mundur ke masa di mana Livia masih merasa berhak atas semua yang kini telah menjadi milik orang lain.Is

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 80: Kewajiban Seorang Istri

    “Tapi dia yang kasih makanan itu ke kamu, ‘kan?” suara Marina masih tinggi.“Kami pikir itu dari Mama,” jawab Alvano. “Dikirim lewat kurir. Gimana kami bisa curiga?”Marina tampak tertegun. Sorotnya yang semula penuh kemarahan, kini bergeser menjadi bingung. Sejenak, dia menoleh ke Adisti, seolah meminta penjelasan.Adisti akhirnya ikut melangkah masuk dan berdiri di sisi lain ranjang. “Mama, serius deh. Dari tadi Mama nggak tanya kabar Vano dulu. Langsung nyalahin orang.” Marina membuka mulut, seolah ingin membalas. Namun, tidak jadi. Dia justru menarik napas dalam dan memalingkan wajah, lalu duduk pelan di kursi sebelah kiri ranjang.Beberapa detik berlalu dalam keheningan sebelum akhirnya Marina bersuara, kali ini jauh lebih lembut, “Van, kamu tidak apa-apa, ‘kan?”Alvano menoleh dan mencoba tersenyum. “Aku baik-baik aja, Mam. Untung aja istriku cepat bawa aku ke rumah sakit. Kalau nggak, mungkin aku udah—”“Jangan ngomong begitu!” potong Marina cepat sambil menepuk pelan tangan an

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 79: Bukan Salahmu

    Setelah menutup telepon dari Jefri, Isvara berdiri dari bangku ruang tunggu. Tidak lama kemudian, seorang perawat datang dan memberitahu bahwa Alvano sudah dipindahkan ke kamar rawat VIP.Tanpa menunda, Isvara segera melangkah menuju kamar yang dimaksud. Begitu sampai di depan pintu, dia menarik napas pelan, lalu mendorong daun pintu itu dan masuk.Lampu ruangan diredupkan. Hanya cahaya temaram dari dinding yang menyinari tubuh Alvano—terbaring lemah, pucat, dengan selang infus menempel di tangan kirinya.Isvara berdiri di ambang pintu. Bahunya turun perlahan, seiring napas yang dia embuskan pelan.Setidaknya … pria itu masih hidup.Kursi di sebelah ranjang, Isvara tarik tanpa suara. Dia duduk, tubuh condong, satu tangan bertumpu di tepian kasur, hampir menyentuh lengan pria itu.Sunyi. Hanya suara detak jam dan infus yang terus menetes.“Isvara …” Suara berat Alvano yang biasanya terdengar penuh wibawa, kini terdengar lirih dan lemah.Isvara langsung menegakkan tubuh. Matanya cepat m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status