.
.
Di dalam apartemen bernuansa kuning gading yang mewah dengan lantai terbuat dari batu marmer yang berkilauan, seorang wanita berkulit seputih batu pualam dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai terlihat sedang memperhatikan bingkai-bingkai foto pernikahannya yang masih kosong.
Dahulu, ia sangat yakin bahwa suatu saat nanti ia akan berhasil mengisi bingkai-bingkai foto yang sengaja dipasangnya terlebih dahulu itu. Keyakinannya seakan sangat besar sehingga ombak lautpun rasanya tidak mampu untuk menyapunya. Sayangnya, pernikahan itu hanyalah sebuah lelucon dan tidak pernah ada. Bingkai yang kosong itu adalah bukti nyata dari kisah pernikahannya yang tidak pernah dirayakan maupun dipublikasikan sehingga tidak ada yang tahu selain orang-orang yang berada di lingkaran mereka, dan itu hanya segelintir orang saja.
Meninggalkan bingkai itu, Shen Yiyi mengarahkan pandangannya pada seluruh hal yang berada di ruang tamu yang ada disana. Matanya menangkap seluruh furniture yang pernah dipakai Mu Shenan. Dia ingat, dahulu, dirinya memaksa tinggal di tempat ini pada malam pertama pernikahannya karena dia sangat ingin memiliki Mu Shenan. Tetapi sayangnya, pada malam itu juga, Mu Shenan rupanya memilih pergi ke negara A untuk mengurusi bisnis keluarga Mu yang ada di sana. Tentu saja itu adalah alasannya belaka untuk menghindarinya! Dengan sinis, Shen Yiyi terlihat tersenyum mengingat semua hal dihidupnya yang lama.
"Sungguh memalukan!", Shen Yiyi mengumpat dirinya sendiri yang tidak tahu malu dan sangat murahan. Ketika itu, ia telah merendahkan dirinya sendiri dengan memaksa tinggal di partemen Sky Garden milik Mu Shenan, tempat terkutuk yang telah menjauhkan dirinya dari orang-orang yang ia cintai.
Beranjak dari sana, mata Shen Yiyi tertuju pada kamar utama tempatnya selalu menangis dan menunggu yang terletak di lantai dua. Dengan langkah lambat, ia menuju kesana, memegang handle pada gagang pintu itu dan mendorongnya.
Sebuah kamar tidur berukuran besar seakan menyapa Shen Yiyi untuk masuk ke dalamnya. Setelah meletakkan sebuah tas souvenir berwarna pink yang didapatkannya dari rumah sakit itu ke atas meja, Shen Yiyi lalu membaringkan dirinya sejenak disebuah kasur empuk berukuran king size yang selalu menemaninya untuk tidur sendirian. Shen Yiyi merasa sakit hati, benar-benar sakit!
Setelah cukup beristirahat, ia segera bangkit menuju ke storage dressing room dimana seluruh pakaiannya berada. Ia mengambil beberapa koper dan hendak mengemasi seluruh barangnya untuk pergi dari tempat yang bukan miliknya, tempat yang seharusnya tidak pernah ia masuki. Dengan cepat Shen Yiyi mengambil baju-baju itu, namun sebelum ia sempat memasukkannya ke dalam koper, tiba-tiba ia mendengar suara getaran yang berasal dari dalam ponselnya.
"drrrt..drrrt...drrrt", itu adalah panggilan dari pengacara Su, pengacara Mu Shenan yang beberapa kali kerap datang untuk merayunya supaya menandatangani surat perceraian.
Shen Yiyi mengingat dari memorinya, jika tidak salah, dikehidupan sebelumnya, ini adalah saat di mana Mu Shenan mengajukan surat perceraian yang kedua kali padanya. Sambil tersenyum sinis, Shen Yiyi tanpa ragu mengangkat telepon yang dianggapnya tidak penting itu.
"Halo, pengacara Su!", katanya menyapa pria diseberang telepon dengan nada yang tegas dan suara yang terdengar tajam.
Mendengar lawan bicaranya sudah merespon, pengacara Su segera menjawabnya, "Maaf mengganggu Nyonya, bisakah kita bertemu hari ini?"
Pengacara Su adalah pengacara tua berambut putih, bertubuh pendek kepercayaan Mu Shenan yang selalu nampak serius, terlebih serius dalam mengurusi perceraian mereka. Shen Yiyi benar-benar membencinya!
"Apakah ini tentang perceraian?", tanya Shen Yiyi yang secara langsung menjurus pada inti permasalahan karena sekarang ia tidak mau membuang-buang waktunya lagi untuk hal-hal yang berkaitan dengan suami batunya itu!
"I..i..ya Nyo-", sebelum pengacara Su menyelesaikan kalimatnya, Shen Yiyi terdengar lebih dulu memotong perkataannya.
"Kalau begitu kita tidak perlu bertemu.", kata Shen Yiyi dengan nada begitu santai.
Mendengar bahwa Shen Yiyi tidak mau bertemu, seketika membuat hati pengacara Su merasa khawatir. Wanita itu pasti berencana menghindari perceraian lagi, batinnya. Bagaimanapun, pengacara Su akan memastikan bahwa wanita itu akan menemuinya.
"Nyoya, tapi.. Tuan pasti mara-", belum sempat melanjutkan kata-katanya lagi, perkataan pengacara itu telah dipotong kembali oleh Shen Yiyi.
"Aku akan menceraikannya.", suara Shen Yiyi terdengar tenang namun sama sekali tidak tersirat keraguan di dalamnya.
Apa? Benarkah wanita itu mau untuk bercerai?!, batinnya dengan sangat terkejut. Rasanya tidak mungkin wanita yang menjadi nyonyanya itu mau melepas CEO Mu begitu saja. Bukankah selama ini Shen Yiyi yang sangat jelek ini tidak mau diceraikan? Apakah ia sedang tidak salah dengar?!
Pengacara Su tercekat dan tidak tahu harus berbicara apa dengan begitu banyaknya pemikiran yang begejolak dipikirannya. Rasanya, Shen Yiyi yang sekarang terdengar sangat berbeda dari sebelumnya.
"Tapi dengan satu syarat.", suara Shen Yiyi yang tenang kembali terdengar begitu dingin dan dalam.
Belum sempat mengagumi perubahan yang terjadi pada Shen Yiyi, pengacara Su telah dikejutkan oleh pernyataan Shen Yiyi yang meminta syarat. Hah, ternyata wanita itu tidak berubah. Syarat itu pasti akan sulit dipenuhi, batinnya. Dasar wanita licik!
"Baik Nyonya, katakan syaratnya. Tuan Mu pasti memenuhinya", kata pengacara Su dengan seluruh keyakinannya. Jika wanita itu menginginkan rumah, vila, mobil, atau bahkan sebuah pulau pribadi, pasti Tuan Mu akan mengabulkannya.
Dasar sombong!, batin Shen Yiyi di dalam hatinya. Apakah mereka mengira bahwa ia menginginkan sesuatu dari pria brengsek itu?!
"Aku tidak menginginkan apapun!", jawab Shen Yiyi kemudian.
Terdiam sejenak, iapun melanjutkan kata-katanya kembali. "Tolong sampaikan baik-baik padanya bahwa, BUKAN dia yang menceraikanku, tetapi.. AKU yang menceraikannya! Apakah kau mengerti pengacara Su?"
Pernyataan itu berhasil membuat pengacara Su terkejut, hampir-hampir jantungnya mau lepas kalau saja ia tidak memeganginya. Wanita itu sepertinya telah mengalami perubahan besar.
"Benarkah Nyonya?", tanya pengacara itu seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, sehingga iapun ingin memastikannya.
Sambil memainkan rambut panjangnya yang tergerai melewati bahunya, Shen Yiyi yang mendengar pertanyaan itupun tanpa ragu menjawab, "Benar! Terlebih, dia tidak perlu memberikan kompensasi apapun padaku, karena... akulah yang akan memberikan kompensasi padanya!"
Mendengar hal ini, pengacara Su lebih tercengang lagi dibuatnya! Apakah ia sedang bermimpi saat ini? Tidak! Pasti bumi sudah terbalik kali ini. Semua pembicaraan ini benar-benar berada di luar perkiraannya! Sambil terbata-bata pengacara Su kemudian menjawab Shen Yiyi, "Ba- ba- baik Nyonya. Saya akan menyampaikan semuanya kepada Tuan Mu."
Setelah menutup telponnya, Shen Yiyi merasa puas meskipun ada rasa perih direlung hatinya yang terdalam, karena bagaimanapun, rasa cinta itu sedikit membekas di dadanya. Tapi, dia tahu bahwa dirinya harus mengubur perasaan itu dalam-dalam, meninggalkan Mu Shenan dan hidup lebih bahagia mulai dari sekarang....Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny