.
.
.
Pagi ini, sinar matahari yang sangat cerah terlihat menerobos masuk melalui sela-sela celah jendela kaca yang ada di ruangan berwarna putih gading itu. Kilauan cahayanya begitu menyilaukan yang seakan-akan mengetuk-ngetuk kedua pasang mata yang sedang terbaring di atas ranjang pasien yang ada disana.
Bergerak-gerak karena ada yang mengusiknya, kedua mata indah yang berbentuk seperti buah almond itupun nampak mulai terbuka perlahan-lahan memperlihatkan kedua mata berwarna cokelat keemasan yang begitu unik dan memikat. Sayangnya, kedua mata yang seharusnya indah itu tertutupi oleh polesan maskara dan eye liner yang sangat amat tebal dan memuakkan sehingga menyembunyikan keindahan kedua biji matanya yang sempurna. Beberapa saat kemudian, kedua bulu mata lebat nan lentik yang ada disana terlihat menari-nari diikuti oleh gumamam dari sang pemiliknya.
"Emm..". dengan lirih, Shen Yiyi mengangkat kedua lengannya dan sedikit menggerakkan pinggangnya ke kakan dan ke kiri untuk melenturkan tubuhnya yang terasa agak kaku karena terlalu lama beristirahat itu.
Setelah menarik nafas panjang, iapun menghembuskannya perlahan untuk melancarkan sirkulasi udara yang ada di dalam tubuhnya.
"Selamat pagi kehidupan baru ku..", ungkapnya sembari tersenyum lebar. Saat ini, raut kebahagiaan terpampang jelas di wajahnya.
Sambil bersenandung, ia mulai beranjak turun dari ranjang rumah sakit yang sudah satu minggu lebih telah ia tempati untuk mendapati bahwa permukaan lantainya terasa sangat dingin sehingga kulitnya belum sempat beradaptasi dengan suhunya.
"Ahh...", Shen Yiyi secara reflek mengangkat kedua kakinya kembali karena efek dingin yang baru saja ia rasakan itu.
Dengan kedua alis yang mengernyit, tanpa sadar ia memandang warna kulit pada kakinya, bukan, bukan hanya kulit kakinya saja, melainkan seluruh kulit tubuhnya yang saat ini berwarna kehitaman.
Dalam pikirannya, Shen Yiyi mengingat bahwa dulu sepupu jahatnya selalu memprovokasinya untuk melukis kulit tubuhnya dengan warna gelap untuk mendapatkan hati Mu Shenan yang telah lama tinggal di dunia barat. Namun saat Shen Yiyi memandang kulitnya sekarang, ia menyadari bahwa ia sedang tidak menjadi dirinya sendiri.
Apakah benar bahwa Mu Shenan menyukai gadis berkulit gelap, iapun sebenarnya tidak tahu! Tapi yang pasti, Shen Yiyi telah mencoba berubah untuk menjadi orang lain yang bukan dirinya. Sekarang coba lihatlah, polesan body painting yang memenuhi kulitnya itu malah membuat kulit aslinya menjadi kotor dan rusak.
Tidak heran, jika Mu Shenan merasa jijik padanya sejak pertemuan pertama mereka di kantor catatan sipil! Karena memang pada saat itu, Mu Shenan telah menganggapnya sebagai wanita bodoh dan kotor yang terpaksa untuk dinikahinya.
"Mungkin Mu Shenan benar, aku saja merasa sangat jijik pada diriku sendiri apalagi lelaki brengsek itu", batinnya di dalam hati.
Perlahan, Shen Yiyi mulai menurunkan kembali kedua kakinya ke atas lantai yang ada disana. Sembari melatih keseimbangannya, iapun mencoba melangkah dengan sangat perlahan menuju kamar mandi yang terletak di sudut ruangan itu. Setelah sampai disana, ia menyisir seisi ruangan itu untuk mencari keberadaan cermin yang ingin dipakai untuk melihat parasnya.
"wajahku..", gumamnya saat ia menemukan sebuah cermin yang berada tidak jauh dari depannya.
Perlahan, ia menaikkan jemarinya untuk menyentuh kulit wajahnya yang telah tertutup dengan make-up yang sangat tebal itu.
Badut! Bagai seorang badut, ia telah memperlakukan dirinya sendiri selama ini!
"Ha...ha..ha!!", Shen Yiyi tidak bisa menahan tawanya setelah ia melihat penampilannya yang konyol itu. Sekali lagi ia menyadari bahwa ia telah tertipu dengan kata kata manis Wei Yuna.
Dahulu, ia ingat, bahwa Wei Yuna menyuruhnya memakai make-up tebal untuk menarik perhatian Mu Shenan, suami dinginnya! Namun bukannya menarik perhatian Mu Shenan, malahan ia menjadi tontonan menghibur bagi banyak orang seperti pada sebuah festival parade. Konyol! Sungguh konyol! Hati Shen Yiyi begitu sakit bagai diremas mengingat semua pengkhianatan yang telah Wei Yuna lakukan.Setelah melepas baju rumah sakit yang menempel pada tubuhya, Shen Yiyi kemudian menyalakan keran air hangat untuk mengguyur tubuhnya yang penuh dengan polesan itu beserta seluruh kebodohannya.
Menikmati.. Shen Yiyi sangat menikmati setiap guyuran air hangat yang membasuh semua kepalsuan di dalam dirinya itu. Bersama dengan air mengalir berwarna hitam kecoklatan yang meluncur dibawah kaki jenjangnya yang sexy, semua kenaifan dan kebodohannyapun ikut pergi menghilang tak berbekas.
Kali ini, Shen Yiyi bertekad untuk menjadi dirinya sendiri, dirinya dengan seluruh keotentikannya, tanpa peduli pada pandangan orang lain, termasuk Mu Shenan! Dan tentu saja, ia telah melepaskan Mu Shenan, pria yang menjadi suaminya itu, untuk hidup bahagia.
.
.
.
Sementara di bandara internasional, para wartawan dan paparazi telah berkerumun untuk menyambut kehadiran sosok yang telah mereka tunggu sedari tadi. Dengan membawa berbagai macam jenis kamera, mereka seakan telah siap untuk melakukan pertempuran!Benar, berita kedatangan Mu Shenan, seorang tiran dalam dunia bisnis itu, telah tersebar dan tentu saja akan menjadi sebuah trending topik pada hari ini yang akan disiarkan oleh berbagai statiun tv diseluruh penjuru negeri.
Saat ini, waktu telah bergulir mendekati jadwal kedatangan sosok pria yang sangat dinanti oleh mereka. Dari arah dalam telah terlihat sekelompok orang berbaju hitam untuk menjaga keamanan seorang pria dibelakang mereka yang terlihat berjalan dengan tegap dengan pandangan mata lurus ke depan.
"Itu Mu Shenan!", teriak salah seorang dari kerumunan wartawan yang ada disana.
"Benar! Itu CEO Mu", yang lain menambahkan.
Mengetahui bahwa seseorang yang mereka tunggu dalam waktu lama telah datang, tanpa pikir panjang merekapun segera berlari untuk menyerbunya.
"Tuan Mu, bisakah anda sampaikan alasan pulang saat ini?"
"Ceo, bagaimana perkembangan perusahaan di luar negeri?"
"Apakah anda sudah memiliki kekasih?"
"Bagaimana perasaan anda saat ini?"
Suara-suara dari para wartawan terdengar bersahut-sahutan memenuhi lobi bandara dimana Mu Shenan berada saat ini. Sangat riuh. Sampai-sampai kerumunan itu menarik perhatian semua orang yang ada di bandara, tanpa terkecuali.
Tanpa memedulikan seluruh pertanyaan itu, dengan dingin, Mu Shenan mengacuhkan mereka dan tetap berlenggang keluar menuju ke dalam sebuah mobil yang telah disiapkan sebelumnya.
"Tolong beri jalan!", para pengawal terlihat mendorong seluruh orang yang berusaha menghalangi langkah Mu Shenan untuk memasuki mobil Bentley berwarna hitam yang telah terparkir disana.
"Tuan Mu, silahkan masuk", dengan cepat, asisten Bai segera menutup pintu mobil itu dan melangkah ke depan untuk duduk bersama juru mudi pribadi Perusahaan Mu. Bergegas, mobil hitam itupun terlihat meluncur dengan cepat ke jalan perkotaan yang mulai ramai oleh para pengendara lain.
"Tuan, kemanakah anda ingin pergi?", asisten Bai bertanya untuk mengonfirmasi keinginan bos besarnya itu.
"Kediaman Mu", jawabnya sembari melihat kaca disamping tempatnya duduk saat ini untuk sekedar menikmati suasana kota dimana ia telah dilahirkan.
Entah mengapa, saat ini Mu Shenan teringat kepada kakeknya yang telah membesarkannya. Sayangnya kakeknya itu telah meninggal tepat setelah ia memenuhi wasiatnya untuk menikahi wanita kotor itu!
Benar, sang kakek telah memaksanya menikahi wanita gila yang suka berdandan seperti orang-orangan sawah! Apakah kakeknya dulu sedang bercanda?! Mu Shenan menutup matanya, berharap ia tidak akan pernah bertemu wanita itu setelah hari ini. Ia berharap wanita itu akan menyerah dan berhenti mengganggu kehidupannya.
"Asisten Bai", panggil Mu Shenan kepada asisten pribadi yang saat ini sedang duduk di depannya itu.
"Iya Tuan Mu", dengan sigap asisten Bai segera menjawab panggilan bosnya.
"Suruh pengacara Su untuk memberikan laporannya sore ini", Mu Shenan terlihat tidak sabar untuk segera mendengar kabar baik dari pengacara itu.
"Baik Tuan!", dengan tegas asisten Bai menjawab sembari mengangguk karena telah mengerti apa yang Bosnya itu maksudkan.
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja