Rivani sudah menungguku di lobby hotel saat aku datang, begitu melihatku dia langsung mendatangiku dan mengajakku langsung menuju ke ballroom. Tempat dimana akan diadakan acara tersebut, kami mengisi daftar hadir lalu masuk ke dalam ruangan. Begitu masuk kedalam ruangan ballroom yang cukup luas itu, suasana sudah sangat meriah. Di ruangan tersebut berjejer banyak meja berbentuk bundar dengan empat kursi yang mengelilinginya. Meja yang di bungkus dengan taplak meja berwarna putih, serta kursinya juga di tutup dengan sarung yang berwarna senada. Konsep ruangan ini seperti dibuat seperti sedang mengadakan gala diner. Meja-meja dan kursi tersebut di tata rapi dengan menyisakan jalan dari arah pintu masuk hingga ke arah depan panggung. Terlihat mewah dan berkelas."Ayo duduk disebelah sana," ajak Rivani sambil menunjuk pada meja kosong yang cukup dekat dengan panggung. "Apa tidak terlalu kedepan, enak dibelakang aja sih," tolakku cepat. Aku merasa sedikit tidak nyaman saat aibku terbuk
"Maafkan aku Amel," ucap Alesha sambil menatap ke arahku. Suara ribut dari semua orang yang ada di ruangan itu mendadak senyap seketika. Seperti menantikan apa yang selanjutnya akan di ucapkan oleh seorang yang sedang berdiri diatas panggung. "Aku memang pantas disebut pelakor, karena mencintai laki-laki yang telah beristri kemudian berusaha dengan segala cara untuk memilikinya. Tapi satu hal yang harus kalian tahu, aku hanya mencintainya, aku tidak silau oleh harta kekayaan yang dimiliki oleh suami Amel. Aku hanya butuh kasih sayang dan cintanya saja," ucap Alesha tertahan. "Teman-teman dekatku pasti tahu jika aku sudah lama kehilangan ayahku, beliau sudah lebih dahulu menghadap yang kuasa. Lalu aku melihat sosok ayahku ada dalam diri mas Damar, suaminya Amel. Laki-laki itu begitu penyayang dan perhatian, aku tahu jika awalnya Amel tidak mencintai suaminya, tapi suaminya tetap memberinya banyak cinta. Siapa yang tidak iri dengan hal itu, kasih sayang yang begitu aku dambakan disia
Aku bergegas berpamitan kepada mama Amel setelah menyerahkan amplop coklat berisi surat gugatan perceraian, serta surat untuk Amelia dan Mas Damar. Aku memang sengaja sudah menyiapkannya karena yakin Amelia tidak akan bisa bertemu denganku saat ini.Aku harus segera pergi dari kota ini sebelum hari beranjak siang karena aku akan pergi ke luar kota. Tempat di mana dulu Amelia seharusnya pergi saat diusir oleh papanya, jika tidak tersesat dia harusnya pergi ke tempat itu. Namun karena dia tersesat dia pergi ke pesantren lain. Di daerah itu memang ada beberapa pesantren.Aku meninggalkan Raka bersama dengan Bunda, aku tidak bisa bersama dengan bayi itu. Setiap kali melihat wajah bayi itu ingatanku menerawang kepada Bisma, ayah dari bayi tersebut, laki-laki yang sudah membuatku semakin terpuruk. Aku tak ingin bayi itu tidak mendapat kasih sayangku dan malah mendapatkan kemarahanku. Bersama Bunda sepertinya akan membuatnya lebih baik dan aku akan memperbaiki diriku di tempat ini seperti A
"Maafkan umi ya Alesha, jika umi tidak menyuruhnya untuk menjemput kamu maka hal ini tidak akan terjadi. Umi sudah berpesan padanya untuk membawamu ke pesantren bukan membawa ke rumah ini," ucap wanita yang sudah melahirkan Mas Farhan itu sambil memelukku dengan erat. "Umi tadinya berpikir kamu tak jadi datang karena tak kunjung sampai. ternyata malah dibawa ke rumah oleh Farhan dan diperlakukan seperti ini," lanjutnya berkata. Umi Rukayah sudah membawaku pergi dari kamar Mas Farhan berpindah masuk ke dalam kamar tamu. Barusan aku sudah menceritakan semua yang terjadi pada beliau sejak dari awal aku ketemu Mas Farhan di terminal hingga aku terbangun dalam keadaan tanpa sehelai pakaian."Menikahlah dengan Farhan, Alesha. mungkin ini udah jalan dari Yang Kuasa agar kamu bisa merubah putra umi menjadi lebih baik lagi. Bukan umi tidak pernah berusaha merubahnya, umi sudah berusaha merubahnya dengan menasehatinya juga mendoakannya tapi sepertinya semuanya masih belum ada hasilnya. Umi be
Alesha menyeka air matanya begitu dia selesai bercerita, kami hampir tidak bisa berkata apa-apa mendengar ceritanya barusan. Aku tidak menyangka dia melewati saat-saat yang begitu menyedihkan dan menyakitkan baginya. Aku rasa itu lebih parah daripada yang aku rasakan dulu, aku masih mendapatkan cinta dari suamiku meskipun aku dimadu. Namun dirinya tak pernah mendapatkan dari cinta dari laki-laki manapun, bahkan Bisma yang membuatnya hamil pun tidak memberikan cinta padanya. Tapi mereka melakukan karena saling memberi keuntungan. "Lalu sekarang kamu masih bersama dengan pria itu," tanya Ziva kesal.Alesha menjawab pertanyaan Ziva tersebut dengan anggukan."Kenapa kamu bertahan dengan laki-laki yang seperti itu sih? tanya Rivani."Karena sekarang dia sudah berubah tidak seperti dulu lagi. Dia sudah menjadi suami yang bertanggung jawab dan menyayangiku," jawab Alesha."Lalu kenapa kamu masih seperti kurang bahagia dan kurus seperti ini," tanyaku tidak percaya."Ini karena aku masih m
Papa dari si kembar menyambut kedatangan kami di depan pintu begitu mendengar suara mobil yang aku kendarai masuk ke halaman. Rumah yang di beli mas Damar dulu adalah sistem cluster, tidak ada pagarnya, hanya ada satpam di pintu masuk depan perumahan sana yang menjaga dan mengawasi setiap orang yang masuk area perumahan sini. Rata-rata satpam itu sudah mengenal wajah-wajah penghuni setiap cluster yang mereka jaga. Anak-anakku langsung menghambur ke pelukan papanya dan mencium tangannya, lalu tanpa disuruh masuk ke rumah. Biasanya mereka akan mencuci kaki dan tangan lalu melakukan apa saja yang ingin mereka lakukan. "Bagaimana tadi acaranya?" tanya mas Damar begitu kami berjalan beriringan masuk kedalam rumah. "Aku merindukanmu," ucapku sambil mendaratkan ciuman di pipinya.Setelah melakukan itu, aku bergegas berjalan lebih dahulu meninggalkan mas Damar. "Hei, ditanya apa di jawab apa," seru mas Damar sambil mengejarku yang sedang masuk ke kamar."Mas, aku mandi dulu yaa. Tolong li
"Jangan menyebut nama dia lagi di hadapanku. Jangan sebut dan menceritakan wanita lain saat kita berdua, aku tidak suka," ucap mas Damar pelanBenar kata suamiku ini, seharusnya aku tidak melakukan hal-hal seperti itu apalagi saat hanya berdua dengannya. "Tapi aku hanya ....""Sssttt!"Mas Damar meletakkan telunjuknya di bibirku, tidak membiarkan aku mengatakan lagi apapun apa yang ingin aku katakan. Padahal aku mau memberitahu perubahan Alesha saat ini, atau mengatakan jika dia sudah bersuami."Apapun alasannya jangan menceritakan wanita lain dihadapkanku, suamimu," ucap mas Damar."Dari Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda: Janganlah seorang istri menceritakan seorang perempuan lain lalu menyifati (kecantikan) wanita itu kepada suaminya seakan-akan ia (suami) melihatnya,” lanjutnya mengutip sebuah hadits." Hadist ini riwayat Bukhari dan sahih," ucap mas Damar lagi. "Meksipun aku mau menceritakan perubahannya?" tanyaku lagi."Apapun dan siapapun, bai
POV DAMARAmelia datang ke teras belakang dengan wajah panik, seperti ada sesuatu yang terjadi di depan sana entah apa itu."Ada apa?" tanyaku begitu dia menghampiriku."Di depan ada Bisma," ucapnya sambil menatap ke arah suami alesha, Farhan.Aku bisa menduga kenapa kekhawatiran terlihat diwajahnya. Mungkin saja diia mengira Bisma akan melakukan hal-hal yang tidak kami inginkan."Tenanglah aku akan ke sana menemuinya," ucapku menenangkan istriku"Aku ikut," sahut Farhan.Aku dan Amelia saling berpandangan sepertinya Farhan sudah mengetahui atau mungkin sudah pernah mendengar nama Bisma."Ada apa?" tanya suami Rivani."Bukan apa-apa, hanya sepupuku datang bertamu. Sebentar ya kalian tidak apa-apa kan aku tinggal di sini," ucapku yang dibalas anggukan oleh kedua suami dari teman Amel ini.Aku bergegas ke depan diikuti oleh Amelia dan juga Farhan. Terlihat Bisma sedang duduk di teras dengan santainya di antara para wanita-wanita yang menghadang di depan pintu."Sepertinya di rumahmu sed