Tidak seperti biasanya aku akan tertidur pulas begitu selesai melayani suamiku di ranjang. Sudah satu minggu lebih mas Damar benar-benar tidak mau ke tempat kerjanya sama sekali. Semua urusan di serahkan pada orang kepercayaannya. Aku meraih tangan yang ada di atas perutku, pelan-pelan ku sematkan cincin pernikahan kami di jarinya. Cincin mas Damar memang tidak dipakai olehnya karena mama membeli perhiasan emas, jadi cincin suamiku aku gunakan sebagai liontin di kalungku. Setelah cincin itu tersemat di jarinya, aku meletakkan tangannya diatas tanganku dengan posisi kedua cincin kami terlihat, lalu aku mengambil gambarnya dengan ponsel pintar milikku. Aku mengunggah foto tersebut di media sosial dengan caption "Semoga kita bisa menua bersama, dan berbahagia selama."Setelah aku mengunggah foto tersebut, kubuka kembali cincin itu dan kumasukkan ke kalung kembali. Setelah itu, tanganku kembali bergerak lincah diatas layar pipih tersebut. Tidak bisa tidur membuatku iseng berselancar di
Setelah kepergian Herman, mas Damar kembali masuk ke dalam rumah. Ditangannya ada kunci mobil dan amplop yang tadi di berikan oleh karyawannya itu. "Kunci mobil siapa mas?" Aku pura-pura bertanya. "Mobil yang biasa di pakai Alesha," jawabnya singkat. "Kenapa di kembalikan?" tanyaku lagi. "Dia sudah berhenti bekerja.""Kenapa? apa dia tersinggung karena tempo hari kamu tidak mau mengikutinya pergi ke kantor?" tanyaku. "Kamu mendengar percakapan kami?" tanya mas Damar.Aku menganggukkan kepala sebagai jawabannya, "Aku mendengarnya dari arah dapur," jawabku."Aku tidak peduli, sayang. Dia yang mau berhenti sendiri kan. Aku tidak memberhentikan dirinya.""Kamu sengaja tidak masuk kerja karena menghindarinya mas?" tanyaku menyelidik. "Bisa iya bisa tidak, aku memang ingin menghabiskan waktu bersama denganmu setelah semua yang terjadi menimpa kehidupan kita tanpa henti. Pernahkah kita merasakan kebahagiaan yang cukup lama? setiap kali kita mulai bahagia tiba-tiba saja ada masalah yang
Setelah Alesha mengundurkan diri, mas Damar mulai lagi bekerja seperti biasanya. Mungkin dia memang menghindari sahabatku itu waktu tidak mau pergi bekerja dulu, ya meskipun alasan lain dia ingin menghabiskan waktu bersama denganku. Aku juga mulai sering lagi datang mengantarkan makanan padanya di siang hari, kadang kala aku seperti ingin selalu melihatnya. Memandang wajahnya saat sibuk bekerja atau memandang wajahnya saat asyik makan. "Kenapa menatapku seperti itu?" tanyanya saat aku tak berkedip menatap padanya yang sedang fokus makan siang. "Aku hanya senang saja melihatmu makan dengan lahap," jawabku. "Bukankah biasanya aku juga makan dengan lahap?" "Masa, kali ini terlihat berbeda. Mas Damar terlihat makin tampan," sahutku. "Ah! kamu ini ada-ada saja,"Lelaki di hadapanku ini kembali fokus makan dan tidak mempedulikan aku yang tetap melihat kearahnya. "Kamu tidak mau makan?" tanyanya lagi.Aku menggelengkan kepalaku, "Lagi gak kepengen makan, tadi sebelum kesini sudah ngem
Mas Damar langsung memasukkan mobilnya di garasi karena hari memang sudah malam saat kami sampai rumah. Tadi kami berkeliling mencari makanan yang aku inginkan. Karena binggung akhirnya mas Damar membeli apa aja yang menurutnya memiliki rasa seperti yang aku inginkan. Ada rujak ulek, rujak bebek, asinan sayur dan ada juga asinan buah. Kedua tangannya penuh dengan plastik makanan begitu turun dari mobil, aku hanya bisa tertawa melihatnya. Kenapa dia begitu antusias dengan semua makanan itu.Setelah membersihkan diri, kami kembali bercengkrama di sofa ruang tamu. Tadi kami sudah makan malam sekalian di jalan. Mas Damar membawakan sebuah mangkuk kosong dan satu kantong plastik saat menghampiriku yang lebih dulu duduk di sofa. "Kamu mau makan ini?" tanyanya. Dia menuang satu kantong plastik berisi Asian buah kedalam mangkuk. Melihat dan mencium aromanya, air liurku benar-benar ingin menetas. Yang aku banyangkan adalah rasa asam, manis dan pedas saat menghirup kuahnya."Kamu kok bisa ta
POV Alesha____&&&___Sahabatku itu lahir dengan sendok emas, keluarga yang kaya dan mencintainya. Teman-teman yang menyayanginya, Tingkah laku yang selalu baik dan ceria. Bahkan setelah lulus kuliah pun dia segera menikah dengan lelaki tampan dan mapan pilihan orang tuanya. Tidak seperti kami yang harus berkutat lagi mencari pekerjaan. Lulus kuliah bukanlah akhir, tapi awal dari perjuangan kami. Amelia Larasati, sahabatku itu benar-benar sangat beruntung. Aku bahkan ingin memiliki kehidupan seperti dirinya. Saat aku melihat suaminya di resepsi pernikahan mereka, aku langsung terpesona. Wajah yang tegas, senyum yang menawan memperlihatkan lesung pipi yang samar di salah satu pipinya, alis yang tebal dan hampir bertemu satu sama lain, bahkan lelaki itu memiliki usaha keluarga, dia terlihat lembut dan penyanyi, sungguh suami idaman. Namun satu hal yang tidak aku mengerti, ternyata Amelia tidak mencintai lelaki itu dan malah mencintai pacarnya yang jelas-jelas pria yang suka tebar peso
Alunan ayat Alquran bergema merdu di rumah kami, hari ini adalah acara empat bulanan kandunganku. Kami memilih acara empat bulanan karena saat usia kandungan empat bulan mulai ditiupkan ruh kedalam calon bayi, setidaknya itulah yang aku dengar.Para ibu-ibu pengajian masjid yang berada dekat rumah kami yang datang menghadiri acara ini. Mereka membaca surat Yusuf dan juga Maryam. Tadi aku juga di perkenankan untuk membaca surat Maryam beberapa ayat saja. Yaa walaupun tidak mahir tapi aku bisa membacanya, kadang kala mas Damar akan menemaniku membaca selepas Maghrib.Apalagi sejak aku mulai mengandung, suamiku makin rajin membaca Alquran dan juga menyuruhku untuk melakukan bersamanya.Ibu, bapak, mama, dan papa juga ada disini. Ibu dan bapak sudah datang sejak kemarin, mama dan papa baru datang tadi pagi. Mereka semua sangat bahagia dengan kehadiran calon cucu mereka.Syukur Alhamdulillah acara berjalan lancar hingga akhir, aku yang sejak tadi ikutan duduk merasa lelah juga. Perutku ter
DUA TAHUN KEMUDIAN_______________Entah kenapa suasana ruang tamu ini sedikit tegang. Ibu mertuaku tiba-tiba saja meminta aku dan suamiku pulang ke kampung, beliau bilang ada sesuatu hal penting yang hendak dibicarakan. "Nang, kamu harus menikah lagi," titah ibu.Bagaikan terkena sengatan listrik jutaan volt, tubuhku rasanya lemas seketika. Bagaimana ucapan itu keluar dari mulut wanita yang bergelar ibu, apa beliau tidak memikirkan perasaanku. Meskipun beliau ibu mertuaku, tapi selama ini ibu selalu menyayangiku seperti putrinya sendiri. Bahkan ibu juga memiliki seorang putri, bagaimana bisa wanita yang sudah melahirkan suamiku itu meminta putranya menikah lagi. "Ini semua demi keluarga kita," ucapnya lagi. "Buk, Damar tidak bisa menikah lagi. Untuk apa? istriku masih sehat, bisa melayaniku dengan baik. Apa hubungannya menikah lagi dengan dalih demi keluarga," ucap mas Damar menolak permintaan ibunya. "Kita harus segera memiliki keturunan, seorang anak laki-laki," jawab ibu. Ter
"Mas, ucapku sambil duduk di sisi ranjang, disebelah kakinya.Aku tahu jika dia tidak sedang tidur. Mas Damar mengangkat tangannya dan membuka matanya. Tidak ada kata apapun yang terucap dari bibirnya, hanya memandangku dengan tatapan, entahlah."Ibu menyuruh kamu untuk membujukku?" tanya lelaki itu sambil bangkit dan duduk di sebelahku. "Iya," jawabku pendek. "Dan kamu mengiyakan?""Lalu aku harus bagaimana mas?" Aku balik bertanya. "Kamu rela aku menikah lagi dengan wanita lain?"Aku menjawab pertanyaan mas Damar dengan gelengan kepala. "Kamu rela aku berbagi perhatian dengan wanita lain?" tanyanya lagi.Aku masih menjawab pertanyaannya dengan gelengan kepala, mulutku terkunci, dadaku semakin sesak. Bagaimana bisa aku bisa membagi semua itu dengan wanita lain. Aku hanya ingin memilikinya seorang diri. "Kamu rela aku disentuh dan menyentuh wanita lain, kamu rela aku bermesraan dengan wanita lain, kamu rela aku tidur dengan wanita selain dirimu?" Pertanyaan mas Damar meluncur ber