Home / Rumah Tangga / Akibat Kencan Buta / 6). Menerima tantangan

Share

6). Menerima tantangan

Author: Bunga Kcl
last update Last Updated: 2022-11-22 16:58:44

Sepanjang perjalanan menuju butik Sahara lebih banyak diam, hanya sesekali saja dia menjawab pertanyaan dari Viona. Obrolan di dominasi oleh dua wanita paruh baya itu. Entah apa yang mereka bicarakan, Sahara tidak tertarik untuk sekedar menyimaknya. Otak gadis itu sibuk mensimulasikan rencana untuk menggagalkan pernikahan ini.

Dia bahkan sempat ingin melakukan aksi mogok makan seperti biasa atau kabur dari rumah. Atau dia mengancam akan terjun dari atap rumahnya yang megah itu. Apapun itu dia ingin mencobanya nanti.

“Ah, sudah sampai. Ayo Ra, turun!”

Suara antusias sang Mami membunyarkan rencana yang mulai tersusun di kepalanya. Sahara mendengus sebal saat melihat wajah Liana yang begitu berbinar, seolah wanita itu yang hendak menikah. Setelah turun dari mobil, Sahara menarik tangan sang Mami untuk menepi sejenak.

“Mami serius dengan pernikahan, ini?” Sahara berbisik pelan, menatap lurus wanita yang telah melahirkannya.

Sedangkan Viona tidak menyadari Ibu dan anak yang tengah menepi dan berbisik-bisik. Dia sudah lebih dulu memasuki butik.

“Loh, iya dong!” jawab Liana, menatap heran pada anak gadisnya itu.

Gadis itu membuang napas kasar.

“Mami, ingat aku masih sekolah. Kalau sekolah tahu, aku bisa di keluarkan!” ucapnya dengan mata yang melotot.

Liana terkekeh gemas melihat raut wajah putrinya yang berusaha menahan gejolak emosi.

“Ya, makanya. Jangan sampai ketahuan” ucap wanita itu dengan santai, lalu melenggang masuk menyusul calon besannya ke dalam butik.

Melihat reaksi santai dari sang Mami, membuat Sahara bertambah jengkel. Bagaimana bisa wanita paruh baya itu tetap santai saat masa depan anaknya di pertaruhkan. Sahara menyentakkan kakinya dengan kesal, tangannya terkepal menahan umpatan. Dia melirik kaleng kosong bekas minuman disisinya. Tanpa aba-aba kaki yang dibungkus sneaker berwarna putih itu menendang kencang benda tersebut, hingga melambung jauh, dan mendarat di kepala seseorang.

“Aduh, siapa itu?!” pekik orang tersebut menatap liar sekitarnya.

Gadis itu menganga lebar, dia tidak menyangka tendangannya itu tepat sekali mengenai kepala orang yang lewat. Tidak ingin menjadi sasaran, Sahara langsung terbirit-birit masuk ke dalam butik.

****

Sagara menatap kesal jas-jas yang disodorkan oleh pegawai butik dan juga sang Mama yang begitu antusias memilihkan jas yang cocok untuk dirinya.

Kalau bukan karena ancaman dari Viona itu, Sagara tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya di tempat yang mengerikan ini. Rasa sayang yang begitu besar pada sang Mama membuatnya tidak kuasa menolak keinginan wanita paruh baya itu.

Kekesalan pria tampan itu semakin membuncah, saat melihat wajah bocah ingusan yang akan menjadi pengantin perempuannya justru sedang cekikikan menertawakan kekesalan dirinya.

Gadis sialan, umpat pria itu.

“Mbak, ini pengantin wanitanya. Mana gaun yang cocok untuk dirinya?” Viona menggandeng bahu Sahara saat berbicara pada salah satu pegawai.

Pegawai itu menatap lekat pada Sahara dari atas sampai bawah, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Mohon maaf, stok gaun pengantin untuk bertubuh mungil seperti nona ini sedang kosong. Namun ada beberapa kebaya modern yang terlihat cocok untuknya.” ucap pegawai tersebut dengan senyum ramah.

“Emm.. bagaimana, Li?” tanya Viona pada sahabatnya meminta pendapat.

“Mau gaun atau kebaya, tidak masalah. Yang penting 'kan pernikahannya!” jawab Liana disertai senyum lebar.

“Ya, 'kan sayang?” wanita itu menyikut lengan putrinya. Membuat gadis itu sedikit tersentak.

“Emm, iya” Sahara menjawab kikuk dan memaksakan senyum. Sedangkan Sagara masih diam dengan wajah datar andalannya.

“Baik, kami akan mengambilnya dulu, ya, nyonya.” pamit pegawai butik itu.

Viona mengangguk dan mempersilahkan. Kini pandangan wanita itu tertuju pada kedua muda-mudi yang berbeda usia. Menatap mereka secara bergantian.

“Ra, bagaimana hubunganmu dengan Saga. Kalian sudah cukup dekat, 'kan?” tanya wanita itu antusias dan penuh harap.

Di samping sang Mama, Sagara langsung melemparkan tatapan tajam pada Sahara. Terlihat pria itu menggelengkan kepalanya dengan samar, sorot matanya seolah menyiratkan kata-kata 'Jangan katakan apapun apalagi berani macam-macam dengannya'. Sagara benar-benar mengancam gadis itu dengan kilatan mata yang menusuk.

Sahara, gadis pintar itu tentu tahu maksud dan arti dari tatapan tersebut. Namun dia tidak peduli, dengan keras kepala dia memutar otaknya mencari ide.

Dia tersenyum, sangat berterima kasih pada otaknya yang cukup efektif untuk di ajak berpikir dengan kurun waktu yang singkat. Sahara mendapatkannya, ide konyol.

“Dekat sekali tante— emm.. maksudku Mama” gadis itu meralat dengan cepat. “Cukup dekat untuk mendapat perlakuan manis dari orang yang baru kukenal dua hari ini. Om Saga, sangat baik. Dia memperlakukanku layaknya seorang putri.” lanjut Sahara membual. Dia benar-benar gila, mampu mengatakan omong kosong sesantai itu.

Gadis itu tersenyum jahat saat melihat raut wajah menggelap milik Sagara. Bahkan lelaki itu sedang menahan diri untuk tidak menempeleng kepala bocah ingusan yang sudah membuat darahnya mendidih.

Apa-apaan gadis ini, Sagara mengumpat dalam hati.

“Om?”

Viona mengerjap heran saat mengucapkannya, alis wanita itu nyaris menyambung kebingungan. Sedangkan kawan yang akan merangkap menjadi besannya sedang sibuk menyembunyikan tawa, Liana memalingkan wajahnya dengan geli.

“Oh, maksudku, Mas.” Sahara menyadari kekeliruannya. “Mas Sagara...”

Sahara tertawa dalam hati, dia senang melihat wajah masam itu, dia menyukainya. Gadis itu teringat dengan tantangan Yuri. Sahara memang tertarik untuk mencobanya. Gadis itu amat yakin dengan pesona yang di milikinya, dia cantik dengan mata bulatnya, bibir mungil semanis Cherry. Sahara begitu percaya diri dengan visualnya.

Dia memutuskan akan menerima tantangan itu. Dan saat ini Sahara mencoba untuk sedikit berlapang dada, mau mengelak bagaimana pun hidupnya tetap akan berujung pada pernikahan. Ini hanya soal waktu saja, tidak masalah bila waktu itu datang lebih cepat. Banyak yang dia pertaruhkan dalam pernikahan konyol ini, termasuk masa depannya.

Tidak apa-apa, Sahara menerimanya. Meski tidak dengan sukarela.

“Nah, ini beberapa kebaya modern yang kami rekomendasikan.” ujar pegawai butik yang memotong obrolan kami.

Ada tiga pegawai lain yang juga membawa kebaya modern di masing-masing tangannya. Tanpa sadar kedua mata bulat Sahara mengerjap berbinar menatap kebaya-kebaya tersebut. Dia jadi sangat tertarik ingin memakainya, keinginan itu mendorongnya kuat-kuat.

Mungkin nalurinya sebagai seorang perempuan yang menyukai hal-hal seperti ini.

“Kau mau yang mana, sayang?” tanya sang Mami, mengalihkan perhatian Sahara dari kebaya-kebaya yang cantik itu.

“Terserah Mami saja” Sahara berusaha untuk kembali santai.

“Yang ini saja, Ra” ucap Viona mengusulkan kebaya yang menarik perhatiannya sejak tadi. Dia merasa kembali muda, jika mengingat pernikahannya dulu.

“Ini sepertinya cocok untukmu, kau akan terlihat lebih cantik dan dewasa.” wanita itu kembali meneruskan.

“Ah, benar, ini cocok. Tidak terlalu terbuka untukmu, nak!” Liana menimpali dan ikut menyukai kebaya yang berada ditangan calon besannya.

Viona mengangguk antusias, dia melirik putranya yang hanya diam sejak tadi.

“Bagaimana menurutmu Saga, Sahara akan terlihat cocok 'kan dengan kebaya, ini?”

“Hmm...” jawab pria itu dengan datar, dia melirik sekilas pada gadis yang akan menjadi istrinya.

Sahara menghela napas ringan, sepertinya ini akan sulit.

Sulit baginya untuk membuat dinding es yang kokoh itu mencair, dia akan memupuk rasa sabarnya mulai sekarang.

“Mari, ruang ganti ada di sebelah sana.” pegawai itu menuntun Sahara menuju ruang kecil tempatnya bersalin.

Sebelum melangkah gadis itu sempat melirik sejenak pria yang masih memasang wajah datar, seolah hanya memiliki satu ekspresi di wajahnya. Sahara menghembuskan napas panjang, menatap kebaya cantik di tangannya. Bergegas dia mencobanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Akibat Kencan Buta   86) tawa yang lepas

    “Baiklah, karena kalian sudah datang kemari, kita langsung saja.” Liana berkata seraya memandang wajah orang-orang yang duduk bersamanya bergantian, lalu berhenti tepat di wajah Saga. Dia menatap lekat wajah menantunya itu. “Saga, bagaimana masalahmu dengan wanita itu?”Saat itu, Saga sedang menatap istrinya yang terus menunduk, lantas terkesiap ketika Liana bertanya dengan tatapan tajam. Bukan hanya Liana, Saga merasakan semua mata sedang menatap padanya. Hal itu sedikit membuatnya gugup.Setelah menghela napas panjang, Saga balas menatap wanita yang menjadi mertuanya dengan tegas namun tetap berusaha sesopan mungkin.“Masalah kami sudah selesai, Mam. Aku sudah menepis gosip-gosip bohong yang dibuat oleh wanita itu. Dan, Maria sudah kubuat menyesal sekaligus menjadi bulanan masyarakat.” terang Saga dengan senyum puas. Dia kembali melirik Sahara yang tersenyum manis padanya, lalu dibalas dengan kedipan sebelah mata dan seketika membuat gadis itu tersipu merona.“Oh, kenapa dengannya?”

  • Akibat Kencan Buta   85) Sidang kecil-kecilan

    “Selamat sore nona Maria.” sapa Dokter seraya tersenyum dan menghampiri pasiennya.Maria tak membalas sapaan sang Dokter, kedua matanya masih tertuju pada dua orang polisi yang berdiri tegak tak jauh dari pintu setelah di tutupnya. Maria bertanya-tanya sendiri, untuk apa polisi itu berada di ruangannya? Mungkinkah karena skandal yang di sebarkan William? Atau Saga masih dendam padanya lalu melaporkan dirinya mengenai kasus penculikan istrinya? Tapi, itukan sudah lama!“Nona?” panggil Dokter itu lagi seraya menyentuh lengan Maria.“Eh, iya Dok?” sahut wanita itu akhirnya. Dia menatap sang Dokter dengan raut wajah yang pias bercampur cemas.“Kita cek kondisi nona terlebih dahulu, ya.” kata Dokter yang Maria ketahui bernama Sheina. Dr. Sheina memeriksa detak jantung Maria sejenak, lalu dilanjutkan dengan alat vital lainnya. “Dokter, apa yang terjadi padaku?” Maria bertanya setengah berbisik, berusaha mengabaikan dua polisi yang berdiri di sana. Dia sendiri sangat penasaran dengan kondi

  • Akibat Kencan Buta   84) sudah terbagi dua

    “Darren datang untuk meminta maaf pada Nana, Lucas. Biarkan saja mereka menyelesaikan masalahnya berdua dulu.” ucap Winona menatap sang suami yang pandangannya masih tertuju pada Darren dan Nana di tepi kolam.“Masalah apa? Bukankah semuanya sudah selesai ketika lelaki itu mencampakkan anakku?” balas Lucas dengan nada yang dingin. Masih segar dalam ingatannya tentang malam itu, Nana dipulangkan oleh Darren tanpa perasaan, tanpa memberikan kesempatan, tidak peduli Nana bersimpuh di kaki Darren agar di beri kesempatan untuk menjelaskan. Darren seolah tertutup mata dan hatinya hanya karena merasa ditipu soal keperawanan. Sebagai seorang ayah melihat bagaimana putrinya dicampakkan sebegitu jahatnya, tentu saja hal itu melukai harga dirinya dengan membiarkan Darren menginjakkan kaki di rumahnya.“Lucas, tenangkan dirimu.” ujar Winona mencegat Lucas yang ingin menghampiri Darren dan Nana. “Biarkan mereka bicara berdua dulu, sekarang kita kembali ke dalam. Ada yang akan aku bicarakan dengan

  • Akibat Kencan Buta   83) memberikan kesempatan?

    Liana menoleh ke arah pintu kamarnya yang diketuk dari luar. Bertanya-tanya sendiri, siapa yang mengetuk di luar sana kali ini. Mungkinkah putrinya lagi?Pintu itu kembali di ketuk, kini disertai suara pelayan yang berkata membawakan makanan untuknya. Liana melirik pada benda yang di sebut sebagai mesin waktu, jam makan siang sudah lewat cukup lama. Dia memang masih enggan keluar kamar. Melewatkan makan malam, sarapan pagi, dan sekarang Liana pun melewatkan makan siangnya.Meski tetap membukakan pintu untuk pelayan yang datang membawa makanan, tidak ada satu pun makanan yang di sentuhnya. Sampai membuat sang pelayan kebingungan dibuatnya.“Nyonya, anda tidak sarapan?” tanya pelayan perempuan yang umurnya lumayan muda. Dia melihat menu sarapan yang di antarnya pagi tadi masih tetap utuh di atas nampan.“Aku tidak lapar, Alma.” jawab Liana seraya memandang pelayan yang bernama Alma dengan senyum tipis.“Tapi, Nyonya ... anda harus makan.” ujar Alma dengan kepala tertunduk di depan sang

  • Akibat Kencan Buta   82) keinginan Darren

    “Mau apa dia ke sini?”Terkejut. Tentu saja, tetapi Nana sebisa mungkin membuat raut wajahnya terlihat tenang dan terkendali. Pandangannya sempat menunduk beberapa saat , namun buru-buru dia mendongak kembali ketika Winona menyentuh tangannya.“Dia bilang ingin bicara denganmu.” jawab Winona kemudian, wanita itu menggeser duduknya agar lebih merapat pada sang putri. “Kau baik-baik saja, Sayang? Kalau tidak mau menemuinya, ibu akan menyuruhnya pergi.”Kepala Nana menggeleng pelan seraya menggigit bibir bagian dalamnya. “Apa ayah tahu Darren kemari?” tanyanya setengah berbisik.“Belum,” Winona menggeleng dengan kedua alis yang tertaut, “Sengaja ibu tidak bilang, ayahmu pasti akan marah kalau tahu dia kemari.”“Lalu, kenapa ibu ... tidak marah?” tanyanya lagi, sudut mata Nana sesekali melirik ke arah pintu ruang baca, khawatir tiba-tiba Darren keluar seolah menyadari keberadaannya.“Ibu marah, Nana. Tentu saja, marah. Bahkan ibu sempat mengusirnya, tetapi dia memohon agar diijinkan berte

  • Akibat Kencan Buta   81) seperti strawberry

    Saga memutuskan kembali ke kantornya, namun saat sampai di sana dia menemukan kerumunan di depan lobi kantor. Puluhan orang wartawan serta Cameraman-nya tampak berkumpul menantikan kedatangan dirinya untuk diliput.“Papa, kenapa banyak wartawan di bawah sini?” Saga memilih menghubungi sang papa dan mengamati para wartawan itu dari dalam mobil.“Tidak apa-apa temui saja, mereka memang menunggumu untuk buka suara soal postingan klarifikasi serta bantahan yang dibuat William. Katakan saja yang sebenarnya.” balas Hanum dengan santai, membuat Saga menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.“Baiklah.” setelah itu Saga memutuskan sambungan telepon dan bergegas keluar dari mobil yang langsung diambil alih oleh petugas.Saga berjalan gagah di tengah-tengah barikade yang dibuat oleh sekuriti serta para petugas keamanan di kantornya. Mereka menggiring Saga hingga memasuki lobi dan membiarkan tuannya diwawancarai di sana, seraya terus menjaganya.“Tenang semuanya, bertanyalah satu-satu

  • Akibat Kencan Buta   80) Maria yang nakal

    “Tuan, saya sudah menemukan keberadaan Maria. Dia ada di pusat perbelanjaan, mungkin sedang berbelanja.” lapor William pada Saga melalu telepon, lelaki berwajah oval itu terus memantau Maria dari balik kaca mobil.“Terus pantau dan ikuti, kalau wanita itu menuju ke apartemennya pastikan kau yang lebih dulu tiba di sana. Aku akan menunggumu di dalamnya.” balas Saga, menatap lurus pada jalanan dan berusaha mengemudi dengan perhatian penuh. Dia tidak sabar ingin bertemu dengan Maria dan membuat wanita itu menyesal sudah berani bermain-main dengan dirinya.Kini, Saga tengah berdiri tegak dengan raut wajah yang dingin, melayangkan tatapan setajam belati pada wajah Maria yang berubah pias. Wanita itu sesekali melirik William yang mulai bangkit dari sofa dan berjalan di belakangnya. Seolah memastikan William tidak berbuat sesuatu yang mengancam nyawanya seperti dulu.“Takut, eh?” tanya pria itu dengan seringai mengejek, Saga sendiri merasa puas dengan reaksi dari wanita yang tengah hamil mud

  • Akibat Kencan Buta   79) Kedatangan Selly dan Yuri

    “Sayang, kau belum menunjukkan rekaman itu pada orang tuamu?” Saga melakukan panggilan telepon dengan istrinya setelah kepergian ayah mertuanya, dia berada di ruang kerjanya sendiri saat ini dan berdiri menghadap dinding kaca yang menampilkan pemandangan kota yang dihiasi gedung pencakar langit.“Emm, belum ... kenapa?” balas Sahara tersenyum salah tingkah di seberang telepon. Jari telunjuknya menggaruk ujung alis dengan canggung.Terdengar helaan napas berat dari mulut Saga, dia mengusap wajahnya menggunakan telapak tangan. “Tadi, papi kemari.” desisnya.“Oh, ya? Mau apa?” tanyanya terkejut dan sedikit cemas. “Apa papi menghajarmu?”“Tidak, papi menghargai permintaanmu agar tidak menyentuhku.” jawabnya disertai gelengan, kemudian tersenyum mengingat permintaan itu adalah bukti cinta istrinya pada dirinya. “Terima kasih sudah mencintaiku begitu besar, saking besarnya sampai mampu menutupi kemarahan seorang Brata yang konon dikenal memiliki watak keras dan tegas.” godanya terkekeh.Sa

  • Akibat Kencan Buta   78) Kemarahan seorang ayah

    Hanum menyambut dengan ramah dan mempersilahkan Brata duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya. Dia tidak hanya berdua, Saga pun ada di antara mereka. Putranya itu mengulurkan tangan hendak bersalaman dengan mertuanya, tetapi Brata mengabaikannya dengan dingin. Membuat Saga menghela napas pelan, dan memakluminya sama sekali tidak merasa tersinggung.Brata datang ke kantor Hanum bukan untuk beramah tamah, dia ingin membuat perhitungan pada menantu dan besannya. Yang sedari awal sudah membohongi dirinya.“Aku merasa terhormat kau mau bertandang kemari.” ujar Hanum tersenyum pada Brata yang sudah mendudukan dirinya tepat berseberangan dengannya. “Aku benar-benar meminta maaf atas apa yang sudah dilakukan putraku.”Dia menoleh, memandang Saga yang berusaha mempertahankan senyumnya ketika Brata juga ikut menatapnya. Lalu, Hanum menepuk pundak putranya dengan tegas dan kembali menatap pada besannya yang menyandarkan tubuhnya pada bahu sofa dengan sorot mata yang tajam.“Kalau kedatanganmu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status