Beranda / Lainnya / Aku Baby Blues karena Kakakku / Awal Mula Syndrome Baby Blues

Share

Aku Baby Blues karena Kakakku
Aku Baby Blues karena Kakakku
Penulis: Kak Siti chanel

Awal Mula Syndrome Baby Blues

Penulis: Kak Siti chanel
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-15 19:17:45

Part 1

Aku baby blues karena kakakku

"Enak bener ya, tinggal disini makan serba gratis" Ucap kakakku, fika.

Dia menyinggungku yang sedang makan.

Aku merasa tersinggung, bukan apa. Aku baru siap melahirkan beberapa hari yg lalu, di cesar pula. di tengah menahan rasa sakit yang teramat sangat di perut ku, aku juga merasa sakit di dalam hatiku.

Aku pulang kerumah ibuku karena baru saja melahirkan anak pertamaku. Agar ada yang membantuku mengurus bayiku, karena ini anak pertama ku. Aku kesusahan mengurus bayi sendiri setelah operasi cesar.

Suamiku, mas Fandi pergi pagi pulang sore, nyaris tak ada waktu dia dirumah. Agar memudahkan nya bekerja, dia masih tinggal dirumah kontrakan kami agar dekat dengan pabrik tempatnya bekerja.

Aku harus pulang kerumah ibu atas permintaan ibu juga, aku anak satu satunya yang sudah menikah, dan anakku adalah cucu pertama dan satu satunya dikeluargaku.

"Sari.. Nanti lahiran dirumah ibu saja ya, biar ibuk yg urus. Ibuk juga dulu begitu waktu lahiran anak pertama di urus sama nenekmu" Pinta ibuku saat aku sedang mengandung tujuh bulan kalau itu.

"Iya buk, nanti sari pulang kesini kok. Lagian dirumah kontrakan juga sari sendiri. Mas Fandi pergi pulang sore."

Vika, kakakku satu satunya, ia belum menikah, umur nya sudah 32 tahun, sehari hari dia bekerja di kantor pemerintah. Entah apa alasan dia belum ingin berumah tangga, aku tak ingin tahu.

Yang ku tahu, sejak aku menikah dengan mas Fandi, suamiku. Sikap kakakku Fika berubah 180 derajat padaku.

Apalagi setelah menikah aku sempat tinggal dirumah ibu selama dua bulan, setiap hari Fika menunjukkan ke-tidak sukaannya padaku juga suamiku, aku tahu mungkin dia marah karena aku melangkahinya, tapi apakah aku salah jika menikah lebih dulu dari kakakku? Apakah itu dosa?

Dari pada jadi fitnah, lebih baik aku menikah dengan mas Fandi.

setelah dua bulan menikah aku langsung mencari rumah kontrakan.Dua tahun kemudian aku hamil.

Bahagia bercampur sedih, sedih karena sifat kakakku yang semakin menunjukkan ketidak suka nya padaku juga suamiku.

Sembilan bulan kemudian, aku melahirkan. Aku belum mengerti apa apa karena aku masih new mom.

Pada saat pulang kerumah ibu, ku di sambut dengan kalimat menyakitkan.

"Kenapa operasi sih dia buk? " Tanya Fika pada ibuku.

"Jalan lahirnya kecil, bayi nya pun besar hampir empat kilo, bidannya rujuk ke rumah sakit, ya di cesar deh" Sahut ibuku.

"Alah bilang aja manja, orang jaman dulu bisa kok lahiran normal bayinya lima kilo, dia nya aja yang manja" Sahut Fika dengan muka judesnya.

Ada yang sakit di dalam ulu hatiku, tapi aku tahan karena luka sayatan di perut ku masih basah dan sakit luar biasa. Berjalan saja aku harus bungkuk dan pegang perut, agar tidak terlalu sakit.

Tiba tiba, anakku menangis, ibuku buru buru masak air panas guna membuat susu formula untuk anakku. ASI ku belum keluar, meski sudah ku pompa dan minum obat.

"Kok pakai susu formula sih, kenana gak kamu kasih ASi? " Tanya Fika padaku.

"ASI ku belum keluar kak" Jawabku singkat.

"Ya kamu usahain lah biar keluar, emangnya suami kamu sanggup kasih sufor buat anak kamu selama dua tahun? Udah suami kerjanya begitu..." Celetuknya sambil memoyongkan bibir.

"Aku udah usaha biar ASI ku keluar kak, tapi emang gak ada hasil, udah minum obat pelancar ASI, minum jamu, mungkin karena aku banyak pikiran dan stres jadi susah keluar ASI nya" Jawabku.

"Makanya jangan operasi, kalau aku sih ogah operasi, aku mau nya normal biar jadi ibu sesungguhnya" Jawab Fika sambil berlalu.

Semakin lama kata kata Fika semakin membuatku sakit hati, aku jadi kepikiran kata katanya, aku merasa menyesal harus operasi cesar. Kenapa aku tak lahiran normal saja. Pasti mereka gak akan membully ku.

Aku jadi kepikiran, apa aku sanggup kasih sufor untuk anakku selama dua tahun? Apalagi pekerjaan suamiku hanya sebagai buruh pabrik.

Seminggu aku berada dirumah ibu, Fika kembali menyinggung soal uang belanja.

"Buk, do'ain ya biar Fika dapat suami orang kaya, biar kalau tinggal dirumah mertua tuh kasih uang belanja." Sindirnya membuatku kembali tersinggung.

Padahal yang menanggung belanja dirumah bukanlah Fika, melainkan ayahku. Ya, ayahku masih ada, ayahku bisa dibilang masih muda untuk seorang kakaek, umurnya sekitar 50 tahun, beliau bekerja sebagai agen jual beli motor bekas.

Fika memang punya penghasilan, tapi penghasilannya bukan untuk menanggung semua kebutuhan keluarga, ayah lah yang menanggungnya.

Aku tahu suamiku orang miskin, tidak pernah kasih uang belanja buat ibuku.

Tapi mas Fandi selalu membeli apa yang aku dan bayiku butuhkan. Susu bayi, popok, bedak, minyak kayu putih, dan segala tetek bengek bayi lainnya. Setiap mas Fandi gajian, dia selalu membeli beras, telur, sayur mayur, untuk diberikan pada ibuku.

Bukan, bukan mas Fandi tak memberikan uang belanja, Dia memberi bukan dalam bentuk uang, tapi barang. Karena banyak kebutuhan kami yang dia pikirkan. Sewa kontrakan perbulan, tagihan kredit motor, uang listrik rumah kontrakan kami, bahkan gajinya sebulan kadang tak cukup untuk membayar semua itu.

Maklum, dia hanya butuh pabrik.

Tapi, Fika seolah menutup mata pada kesusahan kami. Ia tak mau tahu bagaimana susahnya mas Fandi mencari uang, yang biasa tahu suamiku pelit dan miskin, terang terangan dia menyindir suamiku bahkan didepan ibu dab ayahku, semakin hari Fika semakin gencar menyinggung aku dan suamiku.

Pernah suatu hari, Fika kembali berucap,

"Bulan ini tagihan listrik rumah kita naik buk, apalagi kipas angin hidup 24jam " Sindiran Fika sambil melirik kearah ku.

Aku tahu dia menyindir ku, karena aku selalu menghidupkan kipas angin jika dikamar, rumah ibuku kamarnya panas dan pengap, bayi ku sampai merah merah kulit nya karena kepanasan.

Akun hanya bisa menangis mendengar sindiran Fika buatku. Luka bekas operasiku belum sembuh sudah di tambah luka baru oleh kakakku.

Satu bulan kemudian, Fika kembali menyindir ku

"Buk, gak usah cuci pakaian bayi dia, ibuk sudah tua capek. Suruh aja dia cuci sendiri"

Aku bahkan tak pernah menyuruh ibuku untuk mencuci pakaian bayiku, ibu sendiri yang kasihan melihat ku habis operasi, makanya ibu mencuci nya.

Padahal sudah sebulan lebih, tapi perutku belum sembuh juga, seingatku pada saat benang jahitan di buka oleh perawat, ada daging yang ikut tertarik, awalnya tidak apa apa, tapi semakin hari luka operasiku ada yang terbuka jadi berdarah dan bernanah.

Aku coba ke bidan, kata bidan tidak terlalu bahaya, lalu bu bidan memberi salap agar lukanya cepat sembuh.

Disaat luka belum sembuh, aku harus mencuci bajuku dan juga baju bayiku. Perut dan rahimku Sakit luar biasa karena aku mencuci pakaian pakai tangan dan saat duduk sakit sekali rasanya.

Kadang aku berpikir, kenapa aku harus pulang kerumah ibu jika hanya sakit hati dan air mata yang ku dapat. Aku jadi membenci kakakku, aku merasa sakit hati setiap hari karena kata katanya yang tajam dan menyakitkan.

Aku jadi tidak fokus mengurus bayiku, aku marah pada diriku, tapi tidak tahu harus menceritakan pada siapa. Kalau aku cerita pada ibu, pasti ibu membela kakakku karena dia yang sudah merenovasi rumah untuk ibuku karena dia punya penghasilan.

Suatu Waktu anakku menangis tengah malam,

"Duh.. Berisik banget sih, ganggu orang tidur"

Fika kesal, anakku hampir setiap malam menangis. Semua bayi baru lahir kurasa pasti selalu menangis.

Aku yang masih belum paham tentang bayi baru lahir, aku berikan bayiku pada ibu.

"Kenapa bayimu nangis? " Tanya ibuku.

"Gak tau buk, udah Sari kasih susu tapi tetap nangis juga"

"Sini biar ibuk gendong"

"Gak usah buk, nanti ibuk capek. Kan ada mama nya. Ibu tidur aja untuk apa juga ada mamaknya, udah kayak ibuk saja mamaknya" Ucap Fika melarang ibuku mengambil bayiku.

Ibuku pun mengikuti ucapan Fika, aku kesel dan sakit hati. Mau marah tapi tidak berani.

Aku hanya bisa menangis, akun kesal,marah dan stres karena kata kata Fika, aku tak bisa meluapkan emosiku, ujung ujungnya aku lampiaskan kemarahanku pada anakku.

Kadang tanpa sengaja aku memarahi anakku yang masih merah itu, setelah memarahi anakku aku menyesal dan menangis sekuat kuatnya.

Sudah empat puluh hari aku dirumah ibu tapi luka cesarku masih teras ngilu, mungkin karena aku tidak benar merawat luka bekas cesar.

Empat puluh hari, akhirnya aku memutuskan pulang kerumah kontrakan. Meski susah payah mengurus bayi sendiri, memasak, mencuci, membersihkan rumah sendiri, tidak apa asal hatiku tidak sakit dan aku masih bisa waras.

Ibu sempat melarangku pulang.

"Kenapa kamu buru buru sih nak pulang nya? Gak tunggu tiga bukan dulu, emang kamu bisa semuanya sendiri ? "

"Enggak apa apa buk, Sari udah bisa kerjain sendiri kok, lagian ada Mas Fandi juga di rumah kontrakan" Aku tidak mengatakan pada ibu alasanku pulang yang sebenar nya.

Padahal aku sudah tidak kuat lagi mendengar nyinyiran dan sindiran Fika terhadapku. Dari pada lama lama aku jadi gila, lebih baik aku pergi saja dari sini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Baby Blues karena Kakakku   berusaha

    Part 24Jam sudah menunjukkan pukul 22.30 malam, Azka sudah tidur dipangkuanku. Aku tak tega membiarkan anakku tidur dengan kondisi begini. "Mas, Kita pulang saja yuk. Kasihan Azka susah ketiduran dari tadi""Yasudah ayok, kamu bilang dulu sama kakak dan Ibuk"Aku segera pamit pada kak Vika juga Ibuku, mereka masih menunggu didepan ruangan UGD. "Bu, kak, kami pamit dulu ya, Azka sudah ketiduran. ""Iya Sari kalian pulang saja, kami mungkin akan disini sampai Rudi dapat Kamar rawat inap" Jawab Ibu dengan nada sedih. Setelah berpamitan, aku dan Mas Fandi segera pulang kerumah dan istirahat. Keesokan harinya, Gawaiku berbunyi menandakan sebuah pesan masuk di aplikasi warna hijau. [Sari, Rudi sudah dipindahkan keruang rawat inap. Sekarang dia berada di kamarnya nomor 04 dilantai 2][Baik Bu]Setelah mendapat kabar dari Ibu, aku segera menuju kerumah sakit bersama Anakku. Sesampainya didepan ruangan Mas Rudi, aku mendengarkan isak tangis perempuan, 'Seperti suara kak Vika' pikirku. A

  • Aku Baby Blues karena Kakakku   Mas Rudi kecelakaan

    Part 23"Mas, aku belum bilang sama ibuk kalau kita udah pindah kesini, kamu udah bilang ke keluarga kamu ? ""Belum juga dek""Apa kita bilang aja sekarang ya Mas? ""Boleh juga"Aku mengambil gawai yang berada di atas nakas. Aku akan memberi tahu kabar bahagia ini, Segera Ku tekan nomor ibuku. "Assalamu'alaikum buk""Waalaikumsalam Sari, apa kabar? ""Alhamdulillah baik buk, ibuk gimana kabarnya? ""Sehat Nak, kapan kamu kesini nak, ibuk ada berita buruk""Berita buruk apa buk? Tapi, sari punya berita baik untuk ibuk""Oiya, kalau begitu ceritakan dulu berita baiknya Nak""Mas Fandi di angkat jadi kepala gudang Buk, dan kami diberi rumah dinas oleh Atasan, mulai besok kami sudah tinggal dirumah dinas buk""Alhamdulillah Nak, ibu ikut senang dengarnya""Sari mau dengar berita buruknya Buk, sari penasaran""Kakakmu Nak.. ""Kak Vika? Kenapa buk? ""Kakak ipar mu kecelakaan sepeda motor""Apa? Mas Rudi masuk kecelakaan? ""Iya, ibu baru mau menelpon mu nak, kejadian nya tadi sore puku

  • Aku Baby Blues karena Kakakku   Mas Fandi Naik jabatan

    Part 22Fandi Naik jabatan"Assalamu'alaikum dek" Ucap Mas Fandi yang baru pulang bekerja. Raut wajahnya terlihat ceria, meski seharian lelah bekerja. "Waalaikumsalam Mas.. " Jawabku sambil mencium punggung tangannya. "Dek, Mas punya kabar bahagia buat kamu, mau dengar gak? " Tiba tiba suamiku membuatku penasaran dengan berita bahagia yang ia punya. Tumben sekali, aku juga melihat raut wajahnya begitu ceria. Jarang jarang sekali Mas Fandi begini, pasti ada sesuatu. "Berita bahagia apa Mas? kasih tahu dong " "Mas... Naik jabatan Dek. Karena Mas sering ambil lembur,dan Mas juga gak pernah Absen bekerja, datang dan pulang tepat waktu, manager melihat kinerja Mas selama ini, dan beliau terkesan, akhirnya... Mas di angkat jadi Kepala Staf Bagian penyimpanan Barang""Alhamdulillah ya Allah... Kamu beneran Mas? Gak bohong kan? " Aku seperti tak percaya dengan apa yang dikatakan Mas Fandi, tiba tiba saja ia na

  • Aku Baby Blues karena Kakakku   Vika dan Sari akur lagi

    Part 21Sari dan Vika akurAku membuka kado yang diberikan kak Vika untuk Azka, ternyata isinya sepasang baju dan celana, warna biru warna kesukaan Azka."Azka, uwak kasih hadiah buat Azka, coba lihat... " Aku memperlihatkan baju yang diberikan kak Vika pada anakku, dia terlihat senang sekali."Aju balu... Aku baluuu" Ucap Azka yang masih belajar bicara.Ia terlihat senang sekali, begitu juga aku. Baru kali ini aku melihat kakakku meminta maaf begitu tulus, begitu bijak.Semoga ia tetap seperti ini, seperti kakakku yang dulu lagi.Sore hari, Mas Fandi sudah pulang kerja."Assalamualaikum dek""Waalaikumsalam Mas.. " Aku meraih tangannya dan menciumnya."Azka mana dek? ""Itu lagi main di kamar"Mas Fandi segera masuk dan menjumpai Azka kami."Wah... Anak ayah punya baju baru ya, siapa yang beli sayang? Mama ya? " Mas Fandi kira aku yang membe

  • Aku Baby Blues karena Kakakku   Vika minta maaf

    Part 20Vika minta maaf"Dek, kamu udah siap? " Tanya Rudi pada Vika yang sedang beres beres."Dikit lagi mas, aku lagi pakai bedak""Cuma kerumah sari aja kok, ngapain make up? ""Biar cantik mas""Gak make up kamu juga udah cantik! ""Yang bener? ""Iya, masak aku bohong sih? ""Yaudah, aku udah siap. Aku titip Keisha dulu sama ibuk ya mas? ""Ok"Hari ini Vika dan Rudi akan ke rumah sari, dan ini atas saran dari Rudi, suami Vika. Setelah mendapat nasehat dari suaminya, sifat Vika akhirnya bisa melunak."Buk, aku titip Keisha ya" Ucap Vika sambil mengerahkan anaknya pada bu Wati."Kamu mau kemana nak? ""Ke rumah Sari buk""Tumben, sendiri?""Sama mas Rudi"" Ada apa? Gak biasanya? ""Aku mau minta maaf sama Sari buk, selama ini aku sudah jahat sama dia, mungkin benar kata Sari, aku udah dapat katma karena nyakitin dia, makanya aku mau

  • Aku Baby Blues karena Kakakku   Nasehat Rudi

    Part 19Nasehat bijak Rudi" Banyak faktor yang menyebabkan seorang ibu terkena syndome ini, tapi untuk lebih detail bu Vika bisa ke psikiater, karena syndrome ini erat kaitannya dengan penyakit mental.Atau ibu juga bisa ke psikolog karena Mereka lah yang lebih berkompeten dalam hal ini. Saya hanya bisa memberikan obat penurun panas, pusing, agar bu Vika bisa istirahat dengan nyenyak. Agar ibu bisa lebih tenang." Ucap dokter liza dengan tenang."Begitu ya dok? Jadi lebih baik istri saya di bawa ke psikiater gitu? ""Iya Pak, disana mungkin ibu bisa cerita lebih detail permasalahan nya, dan solusi apa yang ibu butuhkan, bagaimana agar ibu bisa sembuh, pasti ada jalan keluarnya. ""Kalau begitu, Terima kasih dok atas sarannya""Sama sama pak, ini resepnya" Ucap dokter liza seraya menyerahkan secaraik kertas berisi resep obat untuk VikaRudi dan Vika keluar dari ruangan dokter liza, ada gurat ke khawatiran d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status