Share

Perjalanan pertama

Diruang tulis vionna....

Pemandangan interior ruang tulis Vionna.

Ruangan itu tenang, cahaya lembut yang masuk dari jendela memberikan suasana yang nyaman.

Vionna duduk dengan tegang di depan layar komputernya, matanya terpaku pada inbox email yang terbuka.

Dia terlihat gelisah, jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja secara tak sadar, mengecek layar komputernya dengan harap-harap cemas.

Setiap kali tidak ada notifikasi baru, ekspresi kecewa tergambar di wajahnya.

Vionna: (berbisik dalam kegelisahan) Tolong, berikan kabar baik, respon apa pun. Ini menegangkan.

Vionna menarik nafas panjang, menutup matanya sejenak, mencoba untuk menenangkan dirinya sebelum melanjutkan mengetik.

Dia memulai menulis kembali, tangannya terus bergerak di keyboard, tetapi matanya terus bergerak ke layar seolah menantikan pesan baru.

Vionna: (berbisik dalam hati) Aku tahu ini proses yang panjang, tapi rasanya tak tertahankan. Apa kabar, apakah mereka menyukainya?

Montase menunjukkan Vionna dalam rutinitas sehari-hari. Dia memasak sambil mengamati ponselnya yang diletakkan di meja dapur, terlihat was-was setiap kali ada notifikasi masuk.

Saat merawat Jennie, dia mengamati layar ponselnya saat menghibur anaknya dengan buku cerita.

Tapi kecemasan Vionna terus memuncak setiap kali ponselnya tetap sunyi.

Vionna: (menatap ponsel sambil mencoba tetap tenang) Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Mereka pasti akan memberi kabar.

Vionna mencoba menyembunyikan kecemasan yang membayangi kehadirannya dalam menjalani rutinitas sehari-hari.

Vionna bertemu dengan sahabatnya Vanesa di taman.

Mereka berbicara tentang kegelisahan Vionna terkait bukunya.

Vanesa: Apakah sudah ada kabar dari penerbit?

Vionna: Belum, dan rasanya semakin sulit untuk menunggu. Saya begitu ingin tahu bagaimana mereka meresponsnya.

Vanesa: Percayalah, Vionna. Karyamu luar biasa. Mereka pasti akan mengapresiasinya.

Vionna tersenyum tipis, tetapi ekspresi gelisahnya masih terlihat jelas.

Akhirnya Vionna memutuskan untuk kembali kerumahnya...

Setelah sampai dirumah Vionna duduk sendirian di kursi ruang tamu dengan secangkir teh di tangannya.

Dia menatap kejauhan, matanya penuh dengan keragu-raguan.

Dia membuka pesan di ponselnya, matanya berbinar sejenak sebelum kembali terdiam dalam ketegangan.

Vionna: (dalam keheningan) Aku tidak bisa terus begini. Tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Bagaimana jika mereka menolaknya?

Vionna menyesap tehnya, mencoba menenangkan pikirannya yang gelisah.

Selang beberapa lama David menyusul Vionna yang sedang duduk sendirian di ruang tamu.

Vionna duduk di ruang keluarga dengan suaminya.

Mereka terlihat berbicara, tetapi atmosfernya dingin dan ketegangan terasa.

David: Kamu selalu terlihat gelisah belakangan ini. Ada masalah?

Vionna: Hanya menunggu kabar dari penerbit, itu saja.

Suasana hening sejenak terjadi, menegaskan kesenjangan antara mereka.

Hati mereka yang makin lama makin mati membuat keheningan itu tercipta di kehidupan keluarganya.

Karena kegelisahan hati Vionna ketika duduk bersama suaminya Vionna memutuskan untuk pergi ke kamarnya.

Vionna: Aku hari ini sangat lelah aku ingin istirahat

dalih Vionna untuk menjauhi David.

David: Apakah hatimu masih membenciku Vionna?

Vionna hanya terdiam sambil menahan airmatanya dan berjalan menuju kamar tidurnya.

Saat menutup pintu kamarnya Vionna berkata pada dirinya sendiri bahwa Aku harus fokus pada karier ku bukan pada yang lainya.

Vionna berjalan menuju cermin di kamar tidur, menatap refleksinya.

Dia mengatur posisi dan mengambil napas panjang.

Vionna: (dengan mantap) Kita telah bekerja keras, Vionna. Dan aku yakin, hasilnya akan memuaskan. Bersabarlah.

Dia memberi senyum tipis pada cermin sebelum kembali ke ruang tulisnya.

Waktu menunjukkan perubahan musim, tumbuhnya Jennie, dan kerapuhan yang semakin mendalam dalam ketidakpastian Vionna.

Vionna, duduk di ruang tulisnya, mengamati inbox emailnya. Tiba-tiba, pesan masuk dari penerbit masuk.

Dia menahan napasnya sejenak, mencoba menyiapkan diri sebelum membuka pesan itu.

Layar komputernya menjadi gelap sejenak sebelum menunjukkan isi dari email tersebut.

ini menciptakan lapisan emosional yang mendalam dalam proses penantian Vionna.

Ekspresi gelisah, kecemasan, keraguan, dan ketegangan yang merajalela saat dia menunggu respon dari penerbit, semuanya menghadirkan nuansa yang kuat dalam pengungkapan psikologis Vionna.

Layar komputernya menjadi gelap sejenak sebelum menunjukkan isi dari email tersebut.

Vionna membaca dengan intens, matanya bergerak dengan cepat sambil tangannya menutupi mulutnya dalam kebingungan.

Vionna: (dalam kegembiraan) Mereka mau menerbitkannya!

Dengan wajah berseri-seri, Vionna membiarkan kebahagiaannya terpancar.

Ekspresi lega menyelimuti wajahnya, dan tangannya gemetar saat mengeklik tombol "Balas".

Vionna: (dalam kelegaan) Terima kasih banyak! Saya sangat berterima kasih atas kesempatan ini.

Vionna berlari ke ruang keluarga, mengumumkan kabar baik kepada suaminya dan Jennie. Mereka merayakan kesuksesannya bersama-sama.

Sejenak Vionna melupakan masalah perselingkuhan David karena dia berhasil selangkah menuju kariernya.

Vionna: Mereka tertarik untuk menerbitkan novelku!

Suaminya tersenyum, sementara Jennie, dengan penuh semangat, berlari untuk memberikan pelukan kepada ibunya.

Jennie: Mama, kamu hebat sekali!

Vionna memeluk Jennie erat, matanya berkaca-kaca.

Vionna: Kita semua sudah melalui proses yang panjang. Terima kasih, karena selalu ada di sini di samping mama.

Vionna kembali ke ruang tulisnya, tetapi kali ini dengan semangat baru.

Dia mulai merencanakan langkah selanjutnya, tetapi kekhawatirannya tentang tanggung jawab baru yang akan dia hadapi terlihat di wajahnya.

Vionna: (dalam batin) Berita yang luar biasa. Tapi ini juga awal dari tanggung jawab yang besar.

Dengan ekspresi resolusi, Vionna kembali mengetik, kali ini mempersiapkan diri untuk tahap berikutnya dalam perjalanannya sebagai seorang penulis.

Dalam pemandangan terakhir, Vionna kembali duduk di meja tulisnya.

Dia menatap layar komputernya dengan semangat yang baru, mengetik dengan kepastian dan tekad.

Wajahnya penuh harapan dan semangat untuk mengejar impian yang selama ini ia idamkan.

Vionna: (berbisik pada dirinya sendiri) Inilah awal dari perjalanan yang luar biasa. Saya tidak akan melepaskan kesempatan ini.

Dengan kepastian yang tak tergoyahkan, Vionna terus mengetik, menyusun bagian-bagian berikut dari kisah hidupnya dalam novelnya.

ini menunjukkan kesuksesan Vionna dalam menaklukkan rasa takut, kegundahan, dan kekhawatirannya saat dia mendapatkan keberhasilan pertama dalam perjalanannya sebagai seorang penulis.

Ini merupakan titik awal bagi Vionna dalam mewujudkan impian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status