Share

Ikhlaskan Uangmu

"Astaghfirullah, Ibuk!"

Aku terkejut, melihat Ibuk limbung ke lantai. Suci dan Haris, sibuk mengangkat tubuh Ibuk yang bongsor. Mereka terlihat sangat kewalahan, karena tenaganya tidak seimbang.

"Bulik, Ibuk pingsan," teriakku panik, di ambang pintu.

Semua yang ada di rumah ini, langsung menuju kamar. Mereka berbondong-bondong, melihat keadaan Ibuk.

"Nduk, tolong ambilkan minyak kayu putih!" perintah Bulik dengan nada cemas.

Aku pun bergegas mencarinya, di tempat biasa aku meletakan. Meskipun hatiku masih sakit, atas ucapan Ibuk, namun aku juga masih punya hati. Biar bagaimanapun, sisi kemanusiaanku terketuk.

"Lama amat sih, Mbak," sungut Suci.

Andai saja tidak dalam kondisi begini, sudah kujitak, kepalanya dari tadi. Mulutnya luwes sekali, kalau untuk mencari kesalahan orang lain.

"Haris ..., Suci ...," ucap Ibuk pelan.

Akhirnya beliau sadar juga, setelah Haris memberikan minyak kayu putih, tepat di bawah hidungnya.

"Ibuk mau minum?" tanya Haris. Dia begitu perhatian pada Ibunya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status