MasukHari berikutnya, Steve Hart bangkit dari kasurnya dengan mata merah.
Steve Hart sulit untuk tidur sehingga harus terjaga sepanjang malam, alasannya sebab sesuatu bernama sistem terus menganggu pikirannya.
"Sistem, kau mengatakan dengan bantuanmu aku bisa membalas dendam. Apa itu benar?" tanya Steve Hart.
Tidak lama kemudian, layar hologram berisi pesan langsung muncul.
[Benar, Tuan Rumah]
"Dengan cara bagaimana?" tanya Steve Hart.
[Bagaimanapun caranya, Tuan Rumah akan mengetahuinya sendiri tidak lama lagi]
Steve Hart mengacak-acak rambutnya, sudah semalaman ia mencoba memenuhi rasa penasarannya tetapi sistem selalu memberi jawaban serupa.
"Sudahlah, aku bisa terlambat jika terus seperti ini," ucap Steve Hart seraya keluar kamar.
Steve Hart langsung membersihkan rumah mewah keluarga istrinya guna menyelesaikan tugasnya, ia sedikit terburu-buru sebab nanti dirinya harus pergi ke suatu tempat.
Sekitar jam 8 pagi, Steve Hart akhirnya selesai dengan pekerjaannya. Steve bahkan sudah berganti pakaian dan membersihkan diri bersiap berangkat.
"Ingin pergi kemana pagi-pagi seperti ini?"
Steve Hart menoleh untuk melihat siapa yang berbicara, Agatha ternyata tengah duduk di ruang tamu sembari membaca majalah kesukaannya.
Steve Hart tidak langsung menanggapi, dirinya kembali menoleh ke sana kemari seolah mencari sesuatu.
"Callista sudah pergi pagi tadi, tidak perlu risau," ucap Agatha seolah dapat membaca pikiran Steve.
Steve menghembuskan napas lega mendengar itu, sebab ia tidak perlu lagi diperlakukan buruk oleh Callista yang memang hanya sementara tinggal di rumah mewah tersebut.
"Siang nanti, ibu dan ayahku akan kembali dari perjalanan bisnis mereka. Jika dirimu benar ingin pergi, sebaiknya cepat kembali atau mereka akan marah," sambung Agatha tidak lama kemudian.
Kepala Steve seperti di sambar petir mendengar ini. Sepupu istrinya baru saja pergi tetapi ayah dan ibu mertuanya akan kembali, hal ini tidak berbeda dengan keluar kadang buaya tetapi masuk ke kandang harimau setelahnya, sebab sikap mereka pada Steve tidak jauh berbeda.
"Aku mengerti, tidak akan lama sampai aku kembali," ucap Steve Hart.
"Kalau begitu, ambil ini," ucap Agatha sembari menyerahkan dua lembar pecahan 100 dollar pada Steve.
Steve Hart hanya menerima uang pemberian Agatha tanpa banyak bicara, meski posisinya di sana adalah sebagai seorang suami, hal tersebut tidak pernah benar-benar ada dan Steve dengan lapang dada akan menerima jika ternyata Agatha hanya menganggapnya sebagai pembantu sekalipun.
"Jangan terlalu merasa buruk, lagipula ini merupakan ketentuan kontraknya bukan, Suamiku?" ucap Agatha tiba-tiba, seolah mengetahui isi pikiran Steve.
Steve mengepal erat uang 200 dollar di tangannya, hanya perlu menunggu 1 tahun tersisa hingga ia mendapatkan 500.000 dollar yang dijanjikan Agatha sebagai bayaran pernikahan kontrak mereka.
Selama masa itu, Steve Hart sudah memutuskan untuk menerima konsekuensi menjadi menantu tidak berguna keluarga Cattegirn yang gemar menindasnya.
Steve Hart pada akhirnya berpamitan pada Agatha, ia keluar rumah dengan wajah murung memikirkan perlakuan buruk macam apa lagi yang akan diterimanya nanti.
[Kenapa Tuan rumah bersedih? Bukankah tidak ada yang perlu Tuan rumah khawatirkan sebab ada Sistem di sini?]
Steve Hart hanya melirik sekilas pesan sistem, setelahnya berkata, "Diamlah, bagaimana aku bisa mengandalkanmu ketika mengetahui kegunaanmu saja bahkan tidak."
Steve Hart pergi menuju halte bis cukup jauh dari rumah mewah keluarga istrinya, ia menaiki bis yang berhenti sebelum kembali melaju menuju daerah pusat kota Avebury.
Setelah turun dari bis, Steve Hart kembali berjalan cukup jauh hingga akhirnya sampai di sebuah rumah sakit besar sekitar sana.
"Ada yang bisa kami bantu?" tanya resepsionis pada Steve.
"Aku ingin menjenguk Adaline Hart, apa dirinya sudah bisa ditemui?"
"Oh, Nyonya Adaline ada di kamar 30 lantai 3. Setelah sempat kritis beberapa waktu lalu, sekarang kondisinya sudah cukup baik sehingga sudah diperbolehkan menerima kunjungan," ujar resepsionis.
Steve Hart menghela napas lega, ia benar-benar merasa bersalah sebab baru bisa berkunjung sekarang.
"Aku akan pergi menemuinya jika begitu," ucap Steve seraya mengambil langkah.
Tidak perlu waktu lama hingga Steve sampai di kamar yang di maksud, ia memasuki kamar tersebut sebelum melihat wanita paruh baya nampak terpejam dengan wajah pucatnya.
"Ibu ...."
Steve Hart duduk di samping ranjang wanita paruh baya sembari menggengam erat telapak tangan wanita itu, lintasan ingatan segera memenuhi kepalanya membawanya kembali ke sekitar 3 tahun lalu.
Tepat di hari kelulusan SMA, Steve Hart harus menerima kabar buruk terkait ibunya yang mengalami kecelakaan.
Hal ini membuat ibunya jatuh dalam kondisi kritis berkepanjangan dan harus menerima perawatan intensif dengan biaya tidak main-main, membuat hidup Steve terasa begitu suram sebab uang sebanyak itu dirinya tidak tau harus mendapatkannya dari mana.
Entah kebetulan atau apa, Agatha Cattegirn yang merupakan murid populer di sekolahnya tiba-tiba menawari Steve pernikahan kontrak tidak lama setelah hari kelulusan mereka.
Agatha Cattegirn yang mengetahui kondisi ibu Steve, menjanjikan uang 500.000 dolar di akhir kontrak berjangka waktu empat tahun dan biaya perawatan ibunya selama masa kontrak tersebut. Tidak hanya itu, Steve juga akan di beri uang harian sebesar 200 dolar dan tawaran ini benar-benar terlalu sulit untuk Steve tolak.
Seperti itulah bagaimana pernikahan Steve dengan Agatha terjalin atas nama kontrak, hanya dirinya juga Agatha yang mengetahui ini sehingga keluarga istrinya menganggap Steve sebagai parasit yang mencoba terus menempel pada Agatha.
"Semua hinaan yang aku terima selama ini ... itu semua setimpal jika untukmu, Ibu." Steve menatap Ibunya yang belum juga sadar bahkan setelah sekian lama.
Steve masih asik menatapi wajah Ibunya saat pintu kamar di buka dengan paksa, suara pintu yang didobrak terdengar nyaring membuat Steve menoleh untuk mencari tau siapa pelakunya.
"Bajingan, apa kau tidak tau ada ibuku tengah dirawat di sini?!" ujar Steve geram.
Steve terbelalak saat mengenali siapa orang yang baru mendobrak pintu tersebut, tidak lain merupakan wanita yang paling tidak Steve harapkan bertemu di sana.
"Apa? Kau berani mengumpatku?" tanya Callista nampak marah.
"Kau ... bagaimana bisa ada di sini?" Steve Hart penuh tanda tanya.
"Kenapa tidak? Lagipula rumah sakit ini milik keluargaku. Belum lagi, akulah sekarang yang akan bertanggung jawab atas semua yang terjadi di sini."
Steve Hart mengumpat keras dalam hati, dari banyaknya bisnis keluarga Cattegirn di kota Avebury, dirinya pertanyakan kenapa harus Callista yang ditunjuk mengurus rumah sakit tempat ibunya dirawat.
"Oh... lihat, siapa wanita tua lusuh ini? Aku bertanya-tanya jika sesuatu terjadi padanya, apakah kau masih akan berani mengumpatku seperti barusan?" Callista dengan senyum penuh arti.
"Jangan berani-berani kau menyentuh ibuku bahkan dengan seujung jarimu!" Steve Hart dengan nada tinggi kehilangan ketenangannya.
[Misi terpicu, buat Callista Cattegirn bungkam dan buktikan kalau Tuan Rumah bukan lagi orang yang dapat dengan mudah ditindas]
"Bagaimana caranya?" gumam Steve Hart.
[Sistem akan memberikan uang 50.000 dollar sebagai modal awal, gunakan uang itu untuk menyelesaikan masalah ini.]
[Sebagai tambahan, semua uang yang telah Tuan Rumah gunakan untuk keperluan misi akan dikembalikan dua kali lipat ke rekening Tuan Rumah sebagai hadiah keberhasilan]
Tidak lama setelah itu, bunyi suara masuknya pesan terdengar dari handphone Steve. Dirinya segera memeriksa isi pesan tersebut, yang mana pemberitahuan sejumlah uang masuk ke rekeningnya tertampak di sana.
"Apa-apaan ... sesuatu bernama sistem ini benar memberikan aku 50.000 dollar secara cuma-cuma?" gumam Steve Hart sulit percaya.
Kedatangan Steve yang mendadak sukses bikin seluruh rumah kaget. Ruang tamu memang ramai, kebanyakan keluarga Cattegirn, tapi ada beberapa wajah asing yang bahkan Steve nggak kenal.“Aku ngganggu acara kalian?” tanya Steve Hart, suaranya dingin menusuk telinga siapa pun yang dengar.Pertanyaan Steve jelas nggak disukai orang-orang di sana; salah satu dari mereka bahkan mendekat sambil pasang muka marah.Olivia Cattegirn, ibu mertuanya Steve, langsung menghampiri dan menarik Steve menjauh dari ruang tamu.“Apa lagi niat busukmu datang ke sini?!” bentak Olivia keras, sambil menepis tangan Steve.Steve mengangkat alis. Dia ingat jelas, baru beberapa hari lalu ibu mertuanya ini sampai gemetaran ketakutan setiap berhadapan dengannya. Tapi sekarang? Hilang sudah. Olivia kembali bersikap semena-mena seperti dulu.Steve nggak ambil pusing soal perubahan sikap itu. Dia sudah tahu penyebabnya.“Calon suami pilihan keluarga kalian kali ini punya pengaruh sebesar itu di Avebury sampai kamu berani
Di halaman mewah kediaman keluarga Cattegirn, Steve melihat tempat itu ramai dipenuhi tamu undangan. Semua tampak kaget melihat kehadirannya, seolah dia adalah orang terakhir yang mereka harapkan muncul."Apa dia ngapain ke sini? Bukannya dia udah diusir?""Mungkin dia mau beresin urusan cerai sama Agatha. Biarkan aja, nggak usah dilirik."Obrolan orang-orang di sekitar terdengar jelas di telinga Steve, yang langsung bikin emosinya naik.Steve tahu persis kenapa rumah keluarga istrinya ini penuh tamu. Brandon sudah bilang—keluarga Cattegirn diam-diam mau nikahin Agatha sama pria lain di belakangnya."Agatha bahkan belum cerai dari gue, tapi kalian udah sibuk ambil keputusan sendiri," gumam Steve Hart dingin.Dia benar-benar mempertanyakan apa keluarga Cattegirn pikirkan tentang dirinya. Betapa rendahnya dia dianggap sampai keberadaannya saja seperti nggak dihitung.Wajar Steve berpikir begitu, karena perjodohan ini bukan perjodohan biasa. Ini tunangan besar-besaran. Pantas saja mansio
Harus menahan rentetan pukulan dari Steve Hart, Howard yang biasanya bikin orang takut dan tunduk, sekarang malah mulai ragu sama dirinya sendiri.Harga dirinya hancur lebur. Kepercayaan dirinya runtuh, keberaniannya ikut lenyap. Berhadapan dengan Steve Hart yang berdiri tegak di depannya, Howard baru sadar betapa besar rasa takutnya—sampai-sampai dia nggak berdaya melawan hantaman Steve.“T-Tunggu, tolong… berhenti mukulin gue,” pinta Howard lirih, menatap Steve Hart. Tapi Steve jelas nggak tertarik berhenti.“Kenapa gue harus nurutin lo?” balas Steve dingin.Howard menggertakkan gigi, nahan perih dan malu, lalu meledak, “Cukup, dasar sinting!”Teriakan Howard sempat bikin Steve kaget sepersekian detik. Melihat celah itu, Howard langsung nekat kabur dari pegangan Steve dan lari secepat mungkin.Steve cuma berdiri memandangi Howard yang kabur. Dia nggak ada niat ngejar—buatnya itu cuma buang-buang waktu.“Dasar pengecut,” gumam Steve Hart. Heran gimana caranya cowok kayak Howard bisa
Begitu mendengar ucapan kurang ajar dari mulut Steve Hart, Howard Harris langsung maju menyerang.Howard mengayunkan pukulan sekuat tenaga, niatnya jelas—jatuhkan Steve dalam satu gebrakan.“Brengsek, lu tau gue siapa?!” Howard membentak sambil menghantamkan tinjunya.Pukulan itu dengan mudah dihindari Steve Hart. Gerakannya enteng, seolah dia cuma geser sedikit tanpa usaha berarti.Howard nggak nyerah. Begitu pukulan pertama meleset, dia langsung mengayunkan tinju kedua, kali ini mengarah ke perut Steve.Steve mundur selangkah ringan sebelum pukulan itu menyentuh tubuhnya—lagi-lagi sukses bikin Howard nyaris jatuh sendiri.“Lumayan juga,” gumam Howard Harris.Steve menyeringai, “Lumayan karena pukulanmu lemah. Nggak ada yang bisa dibanggakan.”Howard melotot tajam. Dia yakin Steve pasti belum tau siapa dirinya sampai berani ngomong begitu.Kalau Steve benar-benar tau reputasinya, nggak mungkin dia berani ngegas begini.“Hey, lu tau gue siapa? Gue Howard Harris. Anggota geng Black Tig
Steve Hart keluar dari rumah sakit dengan senyum lebar, sama sekali tidak menyangka rencananya membuat Daniel menyesal bisa berjalan semulus itu. Semua terjadi persis seperti yang ia harapkan.Uang 10 miliar dolar yang kini ada di tangannya adalah bukti keberhasilannya—cukup untuk membuat Steve makin semangat melangkah menuju masa depan yang lebih terang.Namun keberhasilannya membuat Daniel sadar diri belum cukup memuaskan Steve. Ada satu hal lagi yang harus ia lakukan: mendapatkan jawaban dari keluarga Cattegirn soal tawarannya.Setelah beberapa hari berlalu, Steve merasa ini waktu yang tepat untuk meminta keputusan dari keluarga mertuanya. Ia pun menginjak gas menuju rumah utama keluarga Cattegirn.Steve datang dengan harapan tinggi kalau tawarannya diterima—karena semuanya ia lakukan demi kebahagiaan Agatha, istrinya.Di perjalanan menuju rumah keluarga Agatha, Steve melihat seorang gadis yang tampak familiar.Lokasinya tidak jauh dari rumah utama keluarga Cattegirn, jadi Steve la
Begitu telepon dari sekretarisnya terputus, Ryan Taylor langsung jatuh ke jurang keputusasaan. Semua saham perusahaannya lenyap seketika.Daniel tentu menyadarinya. Sejak Steve Hart datang, dia tak berani buka suara, tapi akhirnya memberanikan diri, “Ayah… ada sesuatu yang buruk terjadi pada keluarga kita?”Ryan diam. Dia berniat menutupi semuanya dari putranya, setidaknya untuk sementara. Daniel sudah terlihat kacau, dia tak ingin menambah bebannya.Namun Daniel jelas tak puas diabaikan seperti itu. Ia bertanya lagi, “Ayah, sebenarnya ada apa?”“Tidak ada, Daniel. Fokus saja sembuh dulu,” kata Ryan mencoba menenangkan.Steve Hart menyaksikan adegan itu dengan senyum mengejek. Jujur saja, dia lumayan kagum melihat Ryan masih berusaha menutupi semuanya meski kondisinya seberantakan ini.Tentu saja Steve, yang menjadi dalang seluruh kekacauan, tidak akan membiarkan Ryan berhasil menutupinya.“Ada apa? Apa sampai terjadi sesuatu sama sumber uang yang selalu kamu bangga-banggakan itu?” ta







