Share

Aku Bukan Pecundang!
Aku Bukan Pecundang!
Penulis: ShenShen

Bab 1

Penulis: ShenShen
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-26 22:29:50

Seorang pria awal 20-an tahun tengah berdiri di hadapan dua orang wanita seumurannya sembari menunduk, ia tidak tau alasannya dipanggil ke sana tetapi dirinya menyadari dua wanita tersebut menatapnya dengan rasa tidak suka. 

“Apa kau sadar kesalahanmu hingga kami panggil ke sini, Sampah?" 

Callista Cattegirn, salah satu dari dua wanita tersebut berbicara. Nada merendahkan dari suaranya benar-benar melekat untuk Steve, sehingga ia tidak perlu mendongak untuk mengetahuinya.

Steve Hart mencoba mengingat apa ada kesalahan telah dilakukan olehnya, ia tengah membersihkan rumah mewah keluarga istrinya yang merupakan tugas sehari-harinya sebagai menantu di sana. Tidak ada hal lain seingatnya, sampai tiba-tiba di panggil ke ruang tamu dan dicerca tanpa alasan jelas seperti ini.

“Aku tidak ingat ada kesalahan telah aku lakukan, Nona Callista," ucap Steve Hart.

Ucapan yang keluar dari mulut Steve langsung di balas tatapan sinis oleh Callista, wanita itu nampak tersinggung mengetahui Steve berani membalas ucapannya.

“Tutup mulutmu, kalung berlianku hilang dan hanya kau satu-satunya orang di rumah ini yang paling mungkin mencurinya!" seru Callista Cattegirn sembari menunjukkan jemarinya ke wajah Steve.

Steve Hart mengeryitkan dahinya, dirinya sadar ada permainan coba wanita di hadapannya lakukan yang mana ini bukan sekali dua kali terjadi.

Callista Cattegirn memang seringkali menuduh Steve melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukannya, selama ini Steve terus diam dan kali ini dirinya tidak yakin apakah bisa kembali melakukan itu.

Tanpa sadar, Steve Hart mengarahkan sorot mata tajamnya pada Callista. Menyadari hal tersebut Callista sempat tersentak, sebab baru kali ini Steve berani menatapnya dengan cara demikian.

“Sampah, sejak kapan kau menjadi seberani ini? Kau seharusnya sadar diri, kau hanya gelandangan sebelum Kak Agatha berbaik hati bersedia menikah dengan sampah sepertimu!" Callista Cattegirn dengan nada tinggi.

Amarah yang sempat bergejolak dalam diri Steve hilang begitu saja sesaat mendengar hal tersebut, ia harus ditampar kenyataan menyedihkan kalau dirinya memanglah bukan siapa-siapa.

“Nona Callista, benar aku yang mencuri kalung berlianmu. Sekarang katakan apa yang harus aku lakukan sebagai gantinya?" tanya Steve Hart dengan suara pelan penuh getaran.

Mengakui hal yang tidak pernah dilakukannya bukan pertama kali Steve lakukan, ia menganggap ini sebagai caranya bertahan walau itu berarti membuang harga dirinya.

Callista Cattegirn tersenyum penuh kemenangan, ekspresi puas tampak dari wajah wanita itu yang sekali lagi berhasil membuat Steve bermain di antara telapak tangannya.

Steve Hart menyadari ini hanya bisa mengepal erat jemarinya, muncul dugaan kalau Callista mendapat kesenangan dengan mempermalukan dirinya.

“Karena kebaikan hatiku, kau tidak akan mendapat hukuman kali ini. Sekarang pergilah dengan merangkak layaknya anjing keluar dari sini," ucap Callista Cattegirn dengan entengnya.

Steve Hart merasakan lonjakan amarahnya kembali, ia sudah menduga Callista tidak akan melepaskannya begitu saja.

Di tengah amarahnya, Steve mulai mengambil posisi untuk melakukan apa yang Callista pinta. 

Steve Hart mungkin marah, tetapi tidak ada hal bisa ia lakukan untuk membalas semua perlakuan buruk yang diterimanya.

Dalam posisi merangkak, Steve secara tidak sengaja bertatap mata dengan wanita di samping Callista yang sedari awal hanya diam memerhatikan.

Agatha Cattegirn merupakan nama wanita tersebut, wanita cantik dengan pesona luar biasa yang bahkan dapat membuat setiap pria terpaku ketika melihatnya.

Agatha Cattegirn sendiri langsung mengalihkan pandangannya dari Steve ketika mata mereka bertemu, ini membuat Steve menghela napas panjang.

Agatha Cattegirn merupakan istrinya dan orang yang bertanggung jawab membuat kehidupan Steve serasa di neraka. Meski demikian, entah mengapa sulit untuk Steve bisa membencinya serupa dengan ia membenci keluarga istrinya.

“Hei, berhenti menatap Kakak sepupuku seperti itu. Kau pikir akan mendapat belas kasihan darinya dengan melakukan itu?!" seru tidak senang Callista Cattegirn, menyadari pandangan mata Steve pada Agatha.

Steve Hart mengepal tangannya erat, setelahnya berkata, “Salahku"

Tanpa banyak bicara, Steve langsung mencoba keluar dari ruang tamu dengan merangkak. Sayang belum dirinya pergi lebih jauh, suara air yang ditumpahkan terdengar.

Steve Hart melirik untuk mencari tahu apa yang terjadi, Callista ternyata tengah menuangkan gelas penuh air ke lantai dengan sengaja.

“Sial, aku tidak sengaja menumpahkannya. Hei... kau, cepat kembali ke sini dan bersihkan ceceran air ini," ucap Callista Cattegirn.

Steve Hart sempat menatap Callista Cattegirn sejenak sebelum berkata, “Aku akan mengambil kain pel kalau begitu."

“Apa, sejak kapan kau membutuhkan hal semacam itu? Merangkaklah kembali ke sini dan jilati saja hingga bersih."

Tatapan Steve pada Callista berubah penuh perasaan campur aduk, dirinya memang sudah sering diperlakukan seenaknya tetapi kali ini sudah begitu keterlaluan.

“Apa kau keberatan melakukannya?" tanya Callista Cattegirn sembari mengangkat alisnya.

Steve Hart dalam diamnya dengan terpaksa melakukan itu semua, yang ada dipikirannya sekarang adalah bagaimana ia harus bertahan, alasan yang selalu ia pegang erat selama ini.

Menjijikan, memalukan dan tidak semestinya dilakukan, itulah apa yang Steve rasakan ketika membersihkan ceceran air dengan menjilatinya.

Sampai lantai itu bersih, Steve Hart langsung merangkak keluar dari ruang tamu secepatnya. Ia segera menuju kamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutnya.

Dalam perjalanan perginya, Steve Hart sempat mendengar tawa puas keluar dari mulut Callista. Hal ini membuat Steve mengumpat dalam hati, mempertanyakan mengapa dirinya harus menerima semua perlakuan buruk ini.

“Sialan, apa kau senang setelah menginjak-injak seseorang?!" Umpat Steve Hart di depan cermin kamar mandi, tidak lagi dapat menahan emosi.

Pikiran Steve Hart melayang jauh, membayangkan apa semua hal ini tetap akan terjadi jika dirinya memiliki kekayaan? Apa Callista juga keluarga istrinya tetap akan merendahkannya jika dirinya memiliki kekuasaan? Dan yang terpenting, apakah dirinya berani membalas dendam jika benar memiliki semua itu?

“Andai saja ... benar, teruslah berandai. Itulah mengapa kau tampak menyedihkan, bajingan," ucap Steve Hart pada pantulan cermin.

Steve Hart membasuh mukanya beberapa kali untuk menjernihkan pikiran, berharap semua ingatan kejadian memalukan barusan ikut terbawa air yang mengalir meski kenyataannya itu tidak berhasil.

[Tuan rumah ditemukan, kehidupan menyedihkan yang terlampau parah, membuat Tuan rumah pantas disebut pecundang. Meski demikian, jangan bersedih karena Tuan rumah layak mendapat kesempatan merubah kehidupan ini!]

[Kekayaan? Kekuasaan? Rasa hormat dan yang terpenting... kesempatan balas dendam, Tuan rumah akan mendapatkan semua itu mulai dari sekarang!]

Steve Hart sempat tersentak ketika layar tembus pandang serupa hologram muncul secara tiba-tiba di hadapannya, ia mencoba mengusap matanya beberapa kali tetapi hologram berisi pesan itu tetap tidak menghilang.

“Apa ini semua nyata?" Steve Hart penuh tanda tanya.

Steve Hart mungkin tidak memiliki petunjuk terkait apa sebenarnya yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Meski demikian, dirinya berharap isi pesan tersebut adalah kenyataan dan dapat merubah hidupnya entah dengan cara bagaimana.

[Penggabungan sistem dengan tubuh Tuan rumah akan segera dilakukan ....]

[10%]

[38%]

[72%]

[100%]

[Berhasil!!!]

[Sistem balas dendam sang pecundang terpasang!!!]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 130

    Kedatangan Steve yang mendadak sukses bikin seluruh rumah kaget. Ruang tamu memang ramai, kebanyakan keluarga Cattegirn, tapi ada beberapa wajah asing yang bahkan Steve nggak kenal.“Aku ngganggu acara kalian?” tanya Steve Hart, suaranya dingin menusuk telinga siapa pun yang dengar.Pertanyaan Steve jelas nggak disukai orang-orang di sana; salah satu dari mereka bahkan mendekat sambil pasang muka marah.Olivia Cattegirn, ibu mertuanya Steve, langsung menghampiri dan menarik Steve menjauh dari ruang tamu.“Apa lagi niat busukmu datang ke sini?!” bentak Olivia keras, sambil menepis tangan Steve.Steve mengangkat alis. Dia ingat jelas, baru beberapa hari lalu ibu mertuanya ini sampai gemetaran ketakutan setiap berhadapan dengannya. Tapi sekarang? Hilang sudah. Olivia kembali bersikap semena-mena seperti dulu.Steve nggak ambil pusing soal perubahan sikap itu. Dia sudah tahu penyebabnya.“Calon suami pilihan keluarga kalian kali ini punya pengaruh sebesar itu di Avebury sampai kamu berani

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 129

    Di halaman mewah kediaman keluarga Cattegirn, Steve melihat tempat itu ramai dipenuhi tamu undangan. Semua tampak kaget melihat kehadirannya, seolah dia adalah orang terakhir yang mereka harapkan muncul."Apa dia ngapain ke sini? Bukannya dia udah diusir?""Mungkin dia mau beresin urusan cerai sama Agatha. Biarkan aja, nggak usah dilirik."Obrolan orang-orang di sekitar terdengar jelas di telinga Steve, yang langsung bikin emosinya naik.Steve tahu persis kenapa rumah keluarga istrinya ini penuh tamu. Brandon sudah bilang—keluarga Cattegirn diam-diam mau nikahin Agatha sama pria lain di belakangnya."Agatha bahkan belum cerai dari gue, tapi kalian udah sibuk ambil keputusan sendiri," gumam Steve Hart dingin.Dia benar-benar mempertanyakan apa keluarga Cattegirn pikirkan tentang dirinya. Betapa rendahnya dia dianggap sampai keberadaannya saja seperti nggak dihitung.Wajar Steve berpikir begitu, karena perjodohan ini bukan perjodohan biasa. Ini tunangan besar-besaran. Pantas saja mansio

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 128

    Harus menahan rentetan pukulan dari Steve Hart, Howard yang biasanya bikin orang takut dan tunduk, sekarang malah mulai ragu sama dirinya sendiri.Harga dirinya hancur lebur. Kepercayaan dirinya runtuh, keberaniannya ikut lenyap. Berhadapan dengan Steve Hart yang berdiri tegak di depannya, Howard baru sadar betapa besar rasa takutnya—sampai-sampai dia nggak berdaya melawan hantaman Steve.“T-Tunggu, tolong… berhenti mukulin gue,” pinta Howard lirih, menatap Steve Hart. Tapi Steve jelas nggak tertarik berhenti.“Kenapa gue harus nurutin lo?” balas Steve dingin.Howard menggertakkan gigi, nahan perih dan malu, lalu meledak, “Cukup, dasar sinting!”Teriakan Howard sempat bikin Steve kaget sepersekian detik. Melihat celah itu, Howard langsung nekat kabur dari pegangan Steve dan lari secepat mungkin.Steve cuma berdiri memandangi Howard yang kabur. Dia nggak ada niat ngejar—buatnya itu cuma buang-buang waktu.“Dasar pengecut,” gumam Steve Hart. Heran gimana caranya cowok kayak Howard bisa

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 127

    Begitu mendengar ucapan kurang ajar dari mulut Steve Hart, Howard Harris langsung maju menyerang.Howard mengayunkan pukulan sekuat tenaga, niatnya jelas—jatuhkan Steve dalam satu gebrakan.“Brengsek, lu tau gue siapa?!” Howard membentak sambil menghantamkan tinjunya.Pukulan itu dengan mudah dihindari Steve Hart. Gerakannya enteng, seolah dia cuma geser sedikit tanpa usaha berarti.Howard nggak nyerah. Begitu pukulan pertama meleset, dia langsung mengayunkan tinju kedua, kali ini mengarah ke perut Steve.Steve mundur selangkah ringan sebelum pukulan itu menyentuh tubuhnya—lagi-lagi sukses bikin Howard nyaris jatuh sendiri.“Lumayan juga,” gumam Howard Harris.Steve menyeringai, “Lumayan karena pukulanmu lemah. Nggak ada yang bisa dibanggakan.”Howard melotot tajam. Dia yakin Steve pasti belum tau siapa dirinya sampai berani ngomong begitu.Kalau Steve benar-benar tau reputasinya, nggak mungkin dia berani ngegas begini.“Hey, lu tau gue siapa? Gue Howard Harris. Anggota geng Black Tig

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 126

    Steve Hart keluar dari rumah sakit dengan senyum lebar, sama sekali tidak menyangka rencananya membuat Daniel menyesal bisa berjalan semulus itu. Semua terjadi persis seperti yang ia harapkan.Uang 10 miliar dolar yang kini ada di tangannya adalah bukti keberhasilannya—cukup untuk membuat Steve makin semangat melangkah menuju masa depan yang lebih terang.Namun keberhasilannya membuat Daniel sadar diri belum cukup memuaskan Steve. Ada satu hal lagi yang harus ia lakukan: mendapatkan jawaban dari keluarga Cattegirn soal tawarannya.Setelah beberapa hari berlalu, Steve merasa ini waktu yang tepat untuk meminta keputusan dari keluarga mertuanya. Ia pun menginjak gas menuju rumah utama keluarga Cattegirn.Steve datang dengan harapan tinggi kalau tawarannya diterima—karena semuanya ia lakukan demi kebahagiaan Agatha, istrinya.Di perjalanan menuju rumah keluarga Agatha, Steve melihat seorang gadis yang tampak familiar.Lokasinya tidak jauh dari rumah utama keluarga Cattegirn, jadi Steve la

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 125

    Begitu telepon dari sekretarisnya terputus, Ryan Taylor langsung jatuh ke jurang keputusasaan. Semua saham perusahaannya lenyap seketika.Daniel tentu menyadarinya. Sejak Steve Hart datang, dia tak berani buka suara, tapi akhirnya memberanikan diri, “Ayah… ada sesuatu yang buruk terjadi pada keluarga kita?”Ryan diam. Dia berniat menutupi semuanya dari putranya, setidaknya untuk sementara. Daniel sudah terlihat kacau, dia tak ingin menambah bebannya.Namun Daniel jelas tak puas diabaikan seperti itu. Ia bertanya lagi, “Ayah, sebenarnya ada apa?”“Tidak ada, Daniel. Fokus saja sembuh dulu,” kata Ryan mencoba menenangkan.Steve Hart menyaksikan adegan itu dengan senyum mengejek. Jujur saja, dia lumayan kagum melihat Ryan masih berusaha menutupi semuanya meski kondisinya seberantakan ini.Tentu saja Steve, yang menjadi dalang seluruh kekacauan, tidak akan membiarkan Ryan berhasil menutupinya.“Ada apa? Apa sampai terjadi sesuatu sama sumber uang yang selalu kamu bangga-banggakan itu?” ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status