Share

Bab 3

Author: ShenShen
last update Last Updated: 2025-09-26 22:30:34

Steve Hart terlalu terpaku dengan pesan yang masuk ke ponselnya hingga tidak menyadari perubahan ekspresi Callista, rona wajah wanita itu sudah amat merah tanda ia tengah sangat marah.

Tidak cukup hanya dengan menyebutnya bajingan, kini Steve Hart bahkan berani berteriak tepat di hadapannya. Dua hal itu saja sudah cukup membuat Callista berang bukan main.

"Sampah, bicara apa kau barusan?!" seru Callista Categirn.

Steve Hart tersentak, dirinya baru ingat jika Callista adalah seorang wanita yang tumbuh dengan memiliki segala hal tanpa perlu berjuang mendapatkannya.

Percaya tidak percaya, hal ini membuat Callista menjadi sosok wanita yang paling tidak bisa tersinggung sedikit saja.

"Katakan kau ingin melakukan apa jika aku berbuat sesuatu pada ibumu, Sampah?! Jika hal itu benar aku lakukan sekalipun memangnya kau bisa apa?!" seru Callista dengan emosi meledak-ledak.

Steve Hart baru ingin mengucapkan sesuatu ketika Callista tiba-tiba mengambil handohone dari sakunya, wanita itu nampak menelpon seseorang dan memintanya untuk datang ke sana.

Tidak perlu waktu lama sampai beberapa perawat datang dengan langkah terburu-buru ke kamar itu, mereka semua memberi hormat pada Callista yang merupakan kepala rumah sakit tersebut.

"Nona Callista, ada keperluan apa hingga Anda meminta kami datang kemari?" tanya salah satu dari mereka.

Callista Cattegirn menunjuk ibu Steve dengan jemarinya, setelahnya berkata, "Keluarkan wanita tua lusuh itu dari sini, aku tidak ingin melihatnya mengotori rumah sakitku ini."

Para perawat sempat terkejut mendengar itu, meski demikian, tetap mereka turuti sebab itulah yang Callista perintahkan.

"Berhenti, jangan lakukan atau kalian akan menyesal!" seru Steve Hart.

Steve Hart berdiri di sisi ibunya dengan sorot mata tajam, ia melakukan hal ini untuk mencegah para perawat bertindak lebih jauh.

Para perawat pada akhirnya hanya bisa membatu di posisi mereka, bingung terkait langkah apa yang harus mereka ambil selanjutnya.

Callista Cattegirn segera tersenyum sinis, setelahnya berkata, "Apa kau sekarang menyadari posisimu, Sampah?"

Steve Hart mengepal erat tangannya, ia ingin sekali mengumpat tepat di hadapan wajah Callista tetapi tidak mungkin untuk melakukannya.

"Inilah perbedaan antara kita, kau seharusnya sadar dan bertingkah seperti yang seharusnya ... bukan malah menguji kesabaranku seperti ini," lanjut Callista.

Steve Hart dengan sorot mata tajam berkata, "Memang hanya karena aku miskin kau bisa seenaknya memperlakukan aku seperti ini? Lagipula aku membayar biaya rumah sakit ibuku, bagaimana bisa kau sebagai kepala rumah sakit ingin mengusir Ibuku seenaknya?"

Callista Cattegirn sempat tertawa geli mendengar itu, setelahnya berkata, "Tentu saja aku bisa, jangan kau kira aku tidak tau kalau kak Agatha lah yang menanggung semua biaya rumah sakit ibumu selama ini."

Raut wajah Steve Hart seketika memburuk, ini artinya Callista benar-benar dapat mengusir ibunya menggunakan alasan tersebut dan tidak akan ada satupun dari keluarga istrinya keberatan akan hal ini.

"Kenapa? Apa kau semakin sadar akan betapa menyedihkannya hidupmu? Sangat menyedihkan, sampai harus mengemis pada Kak Agatha agar bersedia membayar biaya rumah sakit yang seharusnya menjadi tanggung jawabmu."

Steve Hart hanya bisa memendam emosi yang menggebu dalam dirinya, ia tidak pernah mengemis seperti yang Callista katakan tetapi tidak punya hal untuk diucapkan sebagai sangkalan.

"Tunggu apa lagi? Kalian, cepat keluarkan si tua lusuh ini dari rumah sakitku," perintah Callista pada para perawat di sana.

"Berhenti! Jika semua ini karena uang, maka aku akan bayar!" Steve Hart dengan nada tinggi.

Ucapan Steve sekali lagi berhasil menghentikan para perawat yang ingin mengambil tindakan, membuat mereka semua kembali menatap Callista menunggu perintah selanjutnya.

"Menunggu apa? Lakukan saja apa yang aku perintahkan, kalian pikir sampah sepertinya benar memiliki uang itu?" Callista Cattegirn dengan entengnya.

Steve Hart ingin kembali bersuara, tetapi belum dirinya melakukan itu, ia teringat jika masih ada Ibunya tengah terbaring lemah di kasur.

"Mari pergi ke resepsionis, kita lihat apa aku benar punya uang atau tidak," ucap Steve Hart pelan penuh getaran, tidak ingin membuat kebisingan yang mungkin akan memperburuk kondisi Ibunya.

Callista Cattegirn sempat menaikan alisnya, dirinya yang penasaran apakah ucapan Steve benar atau hanya omong kosong belaka akhirnya mengiyakan.

"Kita lakukan tetapi dengan satu syarat," ucap Callista Cattegirn, tidak ingin melepaskan Steve begitu saja kalau-kalau semua itu hanya omong kosong.

"Katakan apa syaratnya," ucap Steve Hart.

"Ibumu harus pergi sekarang juga jika kau tidak mampu membayar sesuai dengan apa yang baru kau katakan."

Steve Hart mengangguk, setelahnya berkata, "Lalu bagaimana jika aku benar dapat membayarnya?"

Callista Cattegirn hanya tersenyum sinis, ia yakin itu tidak mungkin sehingga mempersilahkan Steve mengatakan hal yang harus dilakukannya.

"Aku memintamu berlutut memohon maaf atas semua tindakan tidak pantasmu, apa kau keberatan?" tanya Steve Hart.

"Tidak sama sekali," ucap Callista Cattegirn dengan senyum meremehkan.

Mereka pada akhirnya turun ke lantai dasar rumah sakit menuju meja resepsionis, kedatangan Callista di sana membuat para pegawai rumah sakit menghentikan aktivitas mereka hanya untuk menyapanya.

"Jangan hiraukan aku, lanjutkan saja pekerjaan kalian dan berhenti menganggu kesenanganku," ucap Callista Cattegirn pada para pegawainya.

Para pegawai hanya mengangguk tanpa berani membantah apalagi menanyakan kesenangan yang dimaksud, mereka lebih peduli dengan posisi mereka di sana sehingga tidak ingin membuat Callista semakin marah.

"Menggangguku bahkan ingin menyentuhkan tangan kotormu pada Ibuku adalah caramu bersenang-senang? Mari kita lihat apa kau akan mendapat kesenangan serupa ketika berlutut di hadapanku," gumam Steve Hart yang tersinggung akan ucapan Callista.

"Nona Callista, apa ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu?" tanya resepsionis ketika Callista juga Steve menghampirinya.

"Sampah ini ingin membayar biaya rumah sakit Ibunya, layani dia," ucap Callista sembari menyilangkan tangannya.

"Tuan, bisa beritahu aku nama pasiennya?" tanya resepsionis.

"Adaline Hart."

"Oh, bukankah Anda yang menejenguk barusan?"

"Benar."

Resepsionis nampak mengecek dari komputernya akan berapa biaya tagihan rumah sakit ibu Steve, tidak lama kemudian resepsionis berkata, "Maaf, Tuan. Seluruh biaya rumah sakit atas nama Nyonya Adaline sudah dibayarkan hingga sekarang."

Steve yang tau hal ini pasti akan terjadi segera melirik Callista, wanita itu nampak tidak puas dengan situasinya.

"Apa yang mau kau banggakan? Itu semua uang Kak Agatha. Jika kau hanya ingin memperlihatkan ini, maka bersiaplah untuk mencarikan tempat baru untuk Ibumu," ucap Callista Cattegirn dengan nada kesal.

Steve Hart pada akhirnya tetap melakukan pembayaran untuk tagihan ibunya beberapa bulan kedepan, uang 50,000 dollar yang baru didapatnya ia kirimkan seluruhnya untuk pembayaran tersebut.

"Total 50,000 dollar sudah kami terima, ini akan menjadi biaya rumah sakit Nyona Adaline selama 3 bulan kedepan," ucap resepsionis.

Steve Hart mengangguk pelan sebelum melirik Callista, wanita itu nampak tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya.

"50,000 dollar? Kau pikir aku akan percaya sampah ini memiliki uang sebanyak itu?"

Callista yang tidak puas segera mengambil alih komputer resepsionis untuk memeriksanya sendiri, apes untuknya sebab apa yang dikatakan resepsionis itu benar adanya.

"Bagaimana bisa?" Agatha menatap kosong layar monitor di hadapannya.

Steve Hart sempat menyunggingkan senyumnya sebelum berkata, "Jadi, Nona Callista. Kapan kau akan berlutut dan meminta maaf padaku?"

Callista Cattegirn menatap Steve dengan sorot mata tajam, nampak ada banyak hal ingin wanita itu ucapkan namun semuanya tertahan di tenggorokan.

"Kau ... sialan!" seru Callista sebelum melangkah pergi ke ruangannya, nampak menahan malu sebab semua kejadian itu.

Steve Hart hanya menghela napas panjang, dirinya tidak benar-benar berharap sosok angkuh seperti Callista akan bersedia berlutut di hadapannya dan itu terbukti tidak pernah terjadi.

"Tapi wajah sombongnya yang tiba-tiba berubah menyedihkan seperti itu ... entah mengapa membuatku merasakan perasaan aneh," gumam Steve Hart.

[Ting!]

[Misi membuat Callista Cattegirn bungkam berhasil Tuan Rumah selesaikan!]

[Uang yang Tuan rumah gunakan selama menjalani misi adalah 50.000 dollar, dengan ini tuan rumah akan mendapat 100.000 dollar sebagai hadiah kenerhasilan]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 130

    Kedatangan Steve yang mendadak sukses bikin seluruh rumah kaget. Ruang tamu memang ramai, kebanyakan keluarga Cattegirn, tapi ada beberapa wajah asing yang bahkan Steve nggak kenal.“Aku ngganggu acara kalian?” tanya Steve Hart, suaranya dingin menusuk telinga siapa pun yang dengar.Pertanyaan Steve jelas nggak disukai orang-orang di sana; salah satu dari mereka bahkan mendekat sambil pasang muka marah.Olivia Cattegirn, ibu mertuanya Steve, langsung menghampiri dan menarik Steve menjauh dari ruang tamu.“Apa lagi niat busukmu datang ke sini?!” bentak Olivia keras, sambil menepis tangan Steve.Steve mengangkat alis. Dia ingat jelas, baru beberapa hari lalu ibu mertuanya ini sampai gemetaran ketakutan setiap berhadapan dengannya. Tapi sekarang? Hilang sudah. Olivia kembali bersikap semena-mena seperti dulu.Steve nggak ambil pusing soal perubahan sikap itu. Dia sudah tahu penyebabnya.“Calon suami pilihan keluarga kalian kali ini punya pengaruh sebesar itu di Avebury sampai kamu berani

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 129

    Di halaman mewah kediaman keluarga Cattegirn, Steve melihat tempat itu ramai dipenuhi tamu undangan. Semua tampak kaget melihat kehadirannya, seolah dia adalah orang terakhir yang mereka harapkan muncul."Apa dia ngapain ke sini? Bukannya dia udah diusir?""Mungkin dia mau beresin urusan cerai sama Agatha. Biarkan aja, nggak usah dilirik."Obrolan orang-orang di sekitar terdengar jelas di telinga Steve, yang langsung bikin emosinya naik.Steve tahu persis kenapa rumah keluarga istrinya ini penuh tamu. Brandon sudah bilang—keluarga Cattegirn diam-diam mau nikahin Agatha sama pria lain di belakangnya."Agatha bahkan belum cerai dari gue, tapi kalian udah sibuk ambil keputusan sendiri," gumam Steve Hart dingin.Dia benar-benar mempertanyakan apa keluarga Cattegirn pikirkan tentang dirinya. Betapa rendahnya dia dianggap sampai keberadaannya saja seperti nggak dihitung.Wajar Steve berpikir begitu, karena perjodohan ini bukan perjodohan biasa. Ini tunangan besar-besaran. Pantas saja mansio

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 128

    Harus menahan rentetan pukulan dari Steve Hart, Howard yang biasanya bikin orang takut dan tunduk, sekarang malah mulai ragu sama dirinya sendiri.Harga dirinya hancur lebur. Kepercayaan dirinya runtuh, keberaniannya ikut lenyap. Berhadapan dengan Steve Hart yang berdiri tegak di depannya, Howard baru sadar betapa besar rasa takutnya—sampai-sampai dia nggak berdaya melawan hantaman Steve.“T-Tunggu, tolong… berhenti mukulin gue,” pinta Howard lirih, menatap Steve Hart. Tapi Steve jelas nggak tertarik berhenti.“Kenapa gue harus nurutin lo?” balas Steve dingin.Howard menggertakkan gigi, nahan perih dan malu, lalu meledak, “Cukup, dasar sinting!”Teriakan Howard sempat bikin Steve kaget sepersekian detik. Melihat celah itu, Howard langsung nekat kabur dari pegangan Steve dan lari secepat mungkin.Steve cuma berdiri memandangi Howard yang kabur. Dia nggak ada niat ngejar—buatnya itu cuma buang-buang waktu.“Dasar pengecut,” gumam Steve Hart. Heran gimana caranya cowok kayak Howard bisa

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 127

    Begitu mendengar ucapan kurang ajar dari mulut Steve Hart, Howard Harris langsung maju menyerang.Howard mengayunkan pukulan sekuat tenaga, niatnya jelas—jatuhkan Steve dalam satu gebrakan.“Brengsek, lu tau gue siapa?!” Howard membentak sambil menghantamkan tinjunya.Pukulan itu dengan mudah dihindari Steve Hart. Gerakannya enteng, seolah dia cuma geser sedikit tanpa usaha berarti.Howard nggak nyerah. Begitu pukulan pertama meleset, dia langsung mengayunkan tinju kedua, kali ini mengarah ke perut Steve.Steve mundur selangkah ringan sebelum pukulan itu menyentuh tubuhnya—lagi-lagi sukses bikin Howard nyaris jatuh sendiri.“Lumayan juga,” gumam Howard Harris.Steve menyeringai, “Lumayan karena pukulanmu lemah. Nggak ada yang bisa dibanggakan.”Howard melotot tajam. Dia yakin Steve pasti belum tau siapa dirinya sampai berani ngomong begitu.Kalau Steve benar-benar tau reputasinya, nggak mungkin dia berani ngegas begini.“Hey, lu tau gue siapa? Gue Howard Harris. Anggota geng Black Tig

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 126

    Steve Hart keluar dari rumah sakit dengan senyum lebar, sama sekali tidak menyangka rencananya membuat Daniel menyesal bisa berjalan semulus itu. Semua terjadi persis seperti yang ia harapkan.Uang 10 miliar dolar yang kini ada di tangannya adalah bukti keberhasilannya—cukup untuk membuat Steve makin semangat melangkah menuju masa depan yang lebih terang.Namun keberhasilannya membuat Daniel sadar diri belum cukup memuaskan Steve. Ada satu hal lagi yang harus ia lakukan: mendapatkan jawaban dari keluarga Cattegirn soal tawarannya.Setelah beberapa hari berlalu, Steve merasa ini waktu yang tepat untuk meminta keputusan dari keluarga mertuanya. Ia pun menginjak gas menuju rumah utama keluarga Cattegirn.Steve datang dengan harapan tinggi kalau tawarannya diterima—karena semuanya ia lakukan demi kebahagiaan Agatha, istrinya.Di perjalanan menuju rumah keluarga Agatha, Steve melihat seorang gadis yang tampak familiar.Lokasinya tidak jauh dari rumah utama keluarga Cattegirn, jadi Steve la

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 125

    Begitu telepon dari sekretarisnya terputus, Ryan Taylor langsung jatuh ke jurang keputusasaan. Semua saham perusahaannya lenyap seketika.Daniel tentu menyadarinya. Sejak Steve Hart datang, dia tak berani buka suara, tapi akhirnya memberanikan diri, “Ayah… ada sesuatu yang buruk terjadi pada keluarga kita?”Ryan diam. Dia berniat menutupi semuanya dari putranya, setidaknya untuk sementara. Daniel sudah terlihat kacau, dia tak ingin menambah bebannya.Namun Daniel jelas tak puas diabaikan seperti itu. Ia bertanya lagi, “Ayah, sebenarnya ada apa?”“Tidak ada, Daniel. Fokus saja sembuh dulu,” kata Ryan mencoba menenangkan.Steve Hart menyaksikan adegan itu dengan senyum mengejek. Jujur saja, dia lumayan kagum melihat Ryan masih berusaha menutupi semuanya meski kondisinya seberantakan ini.Tentu saja Steve, yang menjadi dalang seluruh kekacauan, tidak akan membiarkan Ryan berhasil menutupinya.“Ada apa? Apa sampai terjadi sesuatu sama sumber uang yang selalu kamu bangga-banggakan itu?” ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status