"Eits tapi jangan senang dulu. Jika kali ini kalian tak mau juga bekerja, padahal semuanya telah kami siapkan. Maka setelah ini segera kemasi barang kalian, aku nggak mau melihat wajah kalian di rumahku! Aku sudah lelah selama tujuh bulan ini mengayomi benalu seperti kalian!" ucap Mas Johan tegas."Jangan begitu dong Jo, kami mau tinggal di mana jika kamu mengusir kami?" rengek Mbak Sarah."Yah itu urusan kalian! Kalian berdua itu bukan lagi anak kecil, yang belum bisa berpikir dan mengambil keputusan sendiri!" Mas Johan tetap pada pendiriannya.Sungguh tak pernah ku sangka jika suamiku bisa menjadi seperti saat ini, perubahan yang sangat drastis sekali. Bukannya kurang ajar pada saudara yang lebih tua, tapi mengajarkan pada mereka untuk bisa mandiri dan bangkit kembali dari keterpurukan. Tak bisa kubayangkan sampai kapan mereka akan menjadi benalu terus di rumah kami."Tolong lah Jo, aku berjanji akan bekerja dengan baik di kantor mulai besok. Beri aku kesempatan sekali lagi. Jangan
"Mas kenapa kok kamu sepertinya bersedih begitu?" tanyaku sesaat setelah kami salat dzuhur berjamaah."Aku bingung Dek," jawab Mas johan singkat."Memangnya ada apa Mas?""Sesungguhnya aku ini juga tak tega berkata seperti itu pada Mbak Sarah, karena dia itu satu-satunya keluargaku, dan Ibuku pun dulu berwasiat agar aku selalu menjaganya. Namun jika aku tetap diam, sampai kapan dia akan menjadi benalu kita? Dan mereka pasti juga tak akan pernah berubah selalu saja memanfaatkan kebaikan kita," ucapnya sambil menunduk."Iya Mas aku tahu, sesungguhnya kamu sangat sayang pada Mbak Sarah. Kamu telah memilij jalan yang benar kok Mas, karena jika kamu tetap memanjakannya maka samapi kapanpun dia dan suaminya tak akan maju dan hanya akan berpangku tangan saja pada kita. Kurasa almarhumah ibu di sana juga mengerti kok, kalau semua yang kita lakukan ini semata-mata untuk kebaikan mereka nantinya. Jangan pernah kendor Mas, agar mereka tak merendahkanmu terus. Meski kita lebih muda, tak sepatutn
"Beneran kok Rin. Aku dan Mas Rusli sudah sepakat kok. Nanti kamu juga jadi daftarin Dewi dan Devi sekolah 'kan?""Ya jadilah Mbak. Pokoknya setelah warung mie ayamnya buka, aku akan langsung mendaftarkan mereka." "Oke, kalau begitu aku istirahat dulu ya Rin, sambil ngelonin Desta," ujar Mbak Sarah yang akan pergi, namun dengan sigap ku tangkap tanganya."Eitss tunggu dulu Mbak. Masih ingat kan kalau tadi punya hutang sama aku," kataku sambil masih memegang tanganya."Hutang apaan sih Rin? Ngantuk dan capek banget nih aku," ucapnya sambil berusaha melepaskan tanganya."Hutang tragedi koper tadi pagi loh Mbak, masak sudah lupa?!""Ih masih ingat saja kamu Rin. Terus kamu mau aku ngapain?""Tuh perabot dapur dan bekas piknik tadi 'kan belum di bersihkan, gih bersihkan sekarang Mbak. Sekalian masak Mbak, nanti biasanya bangun tidur pada lapar 'kan, terus satu lagi jangan lupa bersihkan kamar mandi belakang sampai kinclong ya, ampun deh kotornya kayak toilet umum saja Mbak.""Haa sebanya
Aku akan segera melangkah menuju ke kamar, ketika kemudian Mbak Sarah menghampiriku dan memeluk tubuhku erat dari belakang."Apa-apaan sih nih Mbak?!" ucapku kesal."Maafin ucapan Mas Rusli tadi ya, bercanda dia Rin, keceplosan. Hua hua tolong Rin jangan ngadu ke Johan," ucap Mbak Sarah sambil menagis tersedu-sedu."Enak sekali bilang bercanda dan keceplosan! Nggak Mbak kali ini suamimu itu sudah keterlaluan! Minggir Mbak, jangan halangi jalanku! Memang seharusnya sudah dari dulu benalu seperti kalian di tendang dari rumah ini!"Sebenarnya aku tak begitu marah dengan perkataan Mas Rusli tadi, cuman aku ini kan lagi akting saja, hehehe. Rasanya kok terlalu mudah menyingkirakan mereka dari sini kapan saja kumau, namun hal itu tak akan kulakukan sebelum mereka jera dan bisa memetik pelajarannya.Kulengkapi sandiwaraku ini dengan pura-pura mengangkat kakiku dari rangkulan Mbak Sarah."Ya sudahlah kalau begitubń aku panggil Mas Johan dari sini saja deh!" ucapku."Tolong jangan Rin! Maaf ak
"Betul Ma, soalnya menurutku Johan itu sebenarnya sangat mudah dipengaruhi, lagian dia itu sangat sayang padamu Ma. Dia jahat hanya karena nurutin omongan si Rini itu saja!Jadi mulai sekarang kita harus pura-pura baik, dan harus mencoba mengambil hari Johan. Sambil kita pikirkan cara menggugurkan kandungan Rini, dan kalau bisa sih kita singkirkan dia dari rumah ini, he-he-he." Senyum jahat menyeringai ditampakkan oleh Mas Rusli.Tak kusangka mereka punya niat sejahat itu kepadaku. Namun jika hal ini kuadukan sekarang juga pada Mas Johan, mungkin mereka hanya akan di usir dari rumah ini saja. Tetapi kalau nanti bukti ini sudah kuat kuberikan, maka mungkin saja aku bisa menjebloskan mereka ke dalam penjara nantinya. Jadi saat ini biarlah aku ikuti alur mereka, sambil sedikit-sedikit memberi pelajaran, siapa tahu nantinya malah mereka bisa insyaf. Kembali ku perhatikan layar ponselku."Ya sudah Pa, aku lanjutin masak dulu, kasihan juga sih nanti kalau anak-anak bangun pada kelaparan. K
AKU BUKAN PEMBANTU KALIAN 22"Dek, lagi nglihatin apaan sih, kok kayaknya serius banget?!""Eh nggak kok Mas. Sudah sore nih, sana cepat mandi dan shalat. Maaf ya aku tadi sudah shalat duluan," ucapku.Tanpa banyak cakap, suamiku itu pun langsung menuju kamar mandi. Mungkin karena memang hari sudah sore, dan dia sangat tidak suka memundurkan waktu shalat.Sambil menunggu suamiku, aku pun kembali melanjutkan menonton video yang tertunda tadi, nanggung banget kan, pas lagi seru-serunya eh malah tadi Mas Johan kebangun.Ternyata saat ini Mbak Sarah masih asyik di kamar bersama ponsel kesayanganya. Sementara Desta juga asyik menghambur-hamburkan nasi di karpet ruang keluarga. Duo kembar telah selesai menghabiskan soto ceker itu, mereka kini telah berebut cuci tangan di wastafel, tentunya tanpa me mbereskan tulang-tulang bekas makan mereka.Ternyata Mas Rusli telah selesai mencuci motorku, dia pun langsung masuk ke dalam. Dan betapa kagetnya saat diamelihat apa yang dilakukam Desta."Ya am
"Ma, kok ada popok bekas pakai di dalam kulkas sih? Di dalam rendaman tahu pula?!" Devi tiba-tiba berkata dengan polosnya.Mendengar perkataan itu, bocah itu, sontak kami semua menghentikan acara makan ini, dan menoleh ke arahnya. Kemudian dengan santainya Devi mengeluarkan baskom tempat rendaman tahu yang juga berisi popok sekali pakai itu."Tuh, Ma! Kerjaan siapa ini? Eh, ini 'kan popok Desta yang tadi kulepasin! Sobekannya sampai kayak gini, habis alot sih!" Devi mengambil popok itu dari rendaman tahu, dan diacung-acungkan ke atas. Ya ampun jorok banget, langsung saja kutaruh di piring sendok yang telah ku pegang. Lalu aku menutup mulutku menahan rasa ingin muntah.Mbak Sarah dengan sigap langsung mengambil paksa popok dan rendaman tahu itu dari tangan Devi."Kamu ini apa-apaan sih? 'Kan kami lagi makan? Jorok banget sih!" omel Mbak Sarah."Lah kan aku nggak salah, aku cuma nemuin aja kok, di dalam kulkas juga jadi bau pesing semua tuh..salah Mama sih dari tadi main hape melulu!
Hingga kemudian Mas Rusli berkata, "aku punya rencana Ma, agar si Rini itu keguguran!""Rencana apa Pa? Bener banget kita memang harus segera menlenyapkan janin itu dan kembali mempengaruhi Johan," jawab Mbak Sarah dengan senyum jahatnya.Benar-benar jahat mereka, tapi aku harus tetap sabar. Karena sejujurnya aku juga masih mengharapkan perubahan sikap dan kelakuan mereka. Meski mereka jahat, tapi mereka adalah satu-satunya saudara yang kami miliki, jadi sebisa mungkin aku akan membuat mereka berubah, namun jika tetap tak bisa, menyingkirkannya adalah salah satu jalan yang terbaik."Setiap pagi setelah salat subuh dia kan selalu melihat dapur dan kamar mandi tuh. Lah di saat itu aku akan menumpahkan minyak goreng di lantai, agar dia terleleset jatuh dan keguguran deh. Syukur-syukur dia mati sekalian!""Ide yang sangat bagus tuh Pa, sebelum subuh, aku akan menumpahkan banyak minyak di sana, biar kapok dia!" timpal Mbak Sarah."Semua usaha kita akan terasa mudah jika Rini menjadi lemah