Beranda / Romansa / Aku Bukan Perempuan Mainanmu / Apa aku kandidat simpanannya?

Share

Apa aku kandidat simpanannya?

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-15 21:54:04

-Bagi perempuan sepertiku, dari sentuhan bisa tumbuh menjadi CINTA.- Audrey

Ketahuan memandangi wajah dan penampilan Pak Affar adalah sebuah kebodohan yang menggelikan. Apa lagi yang menangkap basah kelakuanku itu adalah Pak Affar sendiri. Setelah ini mau ditaruh dimana mukaku Tuhan?

Pak Affar tersenyum manis karena aku tidak bisa menjawab tuduhan benarnya. Sedang aku hanya bisa menunduk malu sambil memainkan jemari. 

"Ini di Taman Nasional Kakadu. Lalu ini di Blue Mountain." Syukurlah ia tidak lagi membahasnya dan menunjukkan destinasi wisata yang pernah dikunjungi selama menempuh pendidikan disana. 

"Saya jadi ingin kuliah di luar negeri pak."

Foto-foto indah itu memperlihatkan Pak Affar saat masih muda. Demi Tuhan! Tampan sekali. Bedanya dengan sekarang hanyalah bentuk rambutnya saja. Jika saat muda ia bebas mengatur model rambutnya, maka setelah bekerja dan menjadi orang dewasa ia merubah bentuk rambutnya lebih formal. 

Tubuhnya sedikit kurusan dari pada sekarang. 

Pak Affar terkekeh. "Bisa aja yang penting bahasa Inggris kamu harus oke."

"Audrey tangan kamu!" Pak Affar tiba-tiba meraih tanganku yang terpasang selang infus. 

Aku tidak menyadari selangnya tertekuk dan darahku menggenang di selang infus. Pak Affar dengan sigap membetulkan selang infusku agar kembali lurus lalu mengusap-usap punggung tanganku ke atas dengan lembut. 

Ya Tuhan... Ini mendebarkan sekali. Apakah ia melakukan ini semata-mata hanya ingin bermain ke kamarku atau bagaimana? 

Bukannya memperhatikan darah yang ada di selang infus, aku malah tertegun dengan sikapnya yang hampir mengambil seluruh atensiku.

"Darahnya udah mulai hilang."

Aku mengangguk menatap tangan hangat nan lembut milik Pak Affar yang masih mengusap punggung tanganku. Bagaimana aku tidak jatuh cinta lebih dalam jika perlakuan Pak Affar sebegini romantisnya.

"Nggak ada yang marah kan kalau tanganmu aku pegang?"

"Tidak ada pak." 

"Syukurlah."

Apa dia bersyukur karena status jomblowatiku?

Entah dia sudah beristri atau belum, yang pasti aku ingin Pak Affar bersamaku, kalau perlu jadi pacarku.

'Am I evil? I don't care. Toh aku sendiri juga korban dari pihak ketiga.'

Nafsu menyuruhku memperjuangkan perasaan ini padanya. Walau ada secuil kewarasan menyuruhku berhenti. 

"Kamu ada I*******m?"

"Ada pak."

"Mau aku follow?" 

Kedekatan kami jauh diluar ekspektasi. Kalaupun aku besar rasa dengan menganggapnya jatuh cinta padaku, sepertinya itu tidaklah salah. Perempuan mana yang sanggup bertahan menahan cintanya sendiri demi lelaki yang rajin memberi perhatian?

"Audrey?" 

"A...i...iya pak."

Pak Affar malah terkekeh dengan tanganku masih dalam genggamannya. Astaga aku terlihat bodoh sekali di hadapannya. 

"Aku bikin kamu nggak konsen ya?"

Aku hanya nyengir dan menggigit bibir bawahku.

"Jangan digigit, nanti berdarah." Tangan Pak Affar terulur mengusap bibir bawahku.

"I*******m kamu sudah aku follow. Jangan lupa folback ya Drey?"

"Iya pak." Jawabku tersipu malu.

"Boleh minta nomer kamu?".

"No....nomer saya pak?" Terkejutnya aku.

"Nomer telfon, w*, akun line atau apapun itu. The important things, I can contact you quickly."

Aku tidak menduga dengan pendekatan super cepat ala Pak Affar yang membuat degup jantungku berlarian.

"Aku pulang ya? Udah malam." Pak Affar melihat jam tangannya sekilas. "Kamu harus istirahat."

Sebenarnya aku enggan jika ia berpamitan.

"Makanan dihabiskan. Jangan banyak mikir kerjaan dulu. Jangan stres. If you need everything, you can call me. Kalau teman kamu pas lagi repot."

"Aku balik ya?" Pak Affar mengelus lengan kananku. Kemudian memasukkan ponselnya.

Setiap gerakannya tak luput dari rekam pandangku, he really catch my eye.  Bahkan jika sekarang aku ketahuan flirting pun I really don't care.

"Ya pak saya juga ingin segera sehat dan bisa bekerja lagi...... dengan bapak."

Setelah pintu tertutup aku memekik histeris, efek dari sebuah touching and saying goodbye seorang Affar Khaleed Dirgantara. Manajer SHE kantorku yang matangnya melebihi mangga tetangga.

Mencintai seseorang yang usianya mungkin hampir dua kali usiaku. I do something differently than I did before. Bukannya aku jijik, malah aku makin menjadi.

"Kenapa lo cengar cengir sendirian?" Amelia baru datang.

"Dia minta nomer dan folback i*******m gue Mel."

"Lo harus pinter ngatur perasaan biar nggak sakit hati kalau nggak sesuai ekspektasi. Lo sendiri juga kagak tau motif dia sesungguhnya apa."

Aku mengangguk.

"Tapi dia kemari cuma pengen njenguk lo kan?"

"Katanya sih cek kolesterol, nunggu hasil lab nya lama jadi dia ke kamar gue."

"Tapi kok tadi dia nggak bawa apa apa ya? Dia jalan terus naik mobilnya yang udah standby."

"Masak sih Mel?"

"Makanya gue tanya lo. Kalau emang dia personally mau njenguk lo sih oke lah lo rada geer geer dikit nggak masalah. Tapi beda ceritanya kalau nunggu hasil lab."

"Gue nggak paham sama perasaan gue."

"Wajar sih kalau lo jatuh cinta sama Pak Affar. Dewasa banget, tajir, masih gagah pula. Mobil mewah plus sopir. Kalau lo jadi gebetannya berasa naik awan tau nggak."

"Lo tadi ingetin gue biar jaga hati, kenapa sekarang jadi nyuruh gue suka?"

Amelia terkekeh. "Kalau tau Pak Affar modelannya kayak gitu ya goyah lah. Mana ada cewek yang nolak pesona dan dompetnya?"

Aku menonyor kepalanya. 

"Tapi gimana kalau seandainya Pak Affar emang udah nikah Mel?"

"Dia pasti ada alasan kenapa deketin lo. Kalau alasannya bisa diterima ya why not."

"Lo ada firasat nggak Mel kalau gue bakal dijadiin mainan atau simpanannya gitu?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Windi Sumarni
semoga citanya terbalas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Terlanjur mencintai kakak ipar

    POV RADO Tak terasa, sudah tiga bulan lamanya, Mbak Sasha tinggal di rumah ini bersama aku dan Mama. Berkat kegigihan dan terapi yang setiap hari dilakukan bersama tenaga medis yang selalu datang ke rumah, akhirnya Mbak Sasha bisa berjalan dengan lancar. Selama tiga bulan itu juga, ketika Mas Kian tidak memiliki waktu pulang ke rumah karena dituntut pekerjaan yang padat, akulah yang menggantikan perannya sebagai ayah untuk Shakira dan .... suami untuk Mbak Sasha. Mau bagaimana lagi, Mama sudah berusia lima puluh tahun lebih, wajar jika tidak bisa ikut membantu Mbak Sasha begadang bila Shakira rewel. Entah karena demam setelah imunisasi, tidak mau tidur malam, mengganti popok, dan lain sebagainya. Aku tidak keberatan karena dengan begitu akhirnya Mbak Sasha bisa lebih dekat denganku. Bukankah jika aku menemani Mbak Sasha, itu artinya aku bisa satu kamar dengannya? Bahkan dia mulai bergantung padaku jika membutuhkan sedikit banyak hal. Aku tidak keberatan jika dia repotkan karena m

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Bahagia setelah pernikahan

    POV PARALIOKetika Sasha mengucap kata cintanya padaku setelah pertikaian dan perpisahan kami selama ini, betapa bahagianya aku. Hatiku seperti disiram air surga. Hanya sekedar kata cinta dan pelukan tulus darinya saja, aku begitu bahagia. Ya, hanya untuk sekedar kembali mendapatkan ketulusan cinta Sasha, banyak yang harus kuperjuangkan dan kukorbankan. "Aku mencintaimu, Mas."Aku mengurai pelukan kami lalu menangkup wajahnya yang menggemaskan. Maklum, usia Sasha terpaut sebelas tahun denganku. Betapa beruntungnya aku memiliki istri daun muda seperti dirinya. Mau menerima duda sepertiku dengan segenap cinta tulusnya. Dan kali ini aku tidak akan melepaskannya lagi.Aku menarik pelan wajahnya lalu kusatukan kening kami berdua. Saat hatinya dipenuhi oleh cinta untukku, aku tidak akan melepaskan kesempatan ini untuk makin merayunya. "Jangan ragu sama cintaku, Sha. Kali ini aku sungguh-sungguh.""Sebenarnya, aku kadang masih ragu sama kamu, Mas. Tapi, aku sadar kalau perasaanku ke kamu

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cinta di hati keduanya

    POV RADO Satu botol berisi obat penenang yang kusimpan baik-baik akhirnya kukeluarkan setelah beberapa minggu ini kutinggalkan. Aku tidak kuat menahan ledakan di dalam dada akibat melihat Mas Kian yang mulai bersikap sangat manis pada Mbak Sasha. Aku tidak terima!!!Aku segera mengeluarkan satu pil itu dari wadah lalu menelannya dengan sisa air yang ada di tas sekolah. Setelah tertelan dengan benar, aku terduduk di tepi ranjang dengan menundukkan wajah. Tidak lama berselang seulas senyum disertai kekehan pelan keluar dari bibirku. Ini artinya reaksi obat telah bekerja dengan baik menenangkan syarafku akibat ledakan emosi yang tidak bisa kukendalikan. "Mas Kian sialan! Ngapain dia sok manis ke Mbak Sasha. Kemarin bilang nggak mau ujung-ujungnya doyan!" "Kenapa harus kamu sih, Mas? Kenapa harus kamu yang ketemu Mbak Sasha? Kenapa bukan aku?!" "Tapi nggak masalah, aku bakal cari cara buat deketin Mbak Sasha. Waktuku sama dia lebih banyak ketimbang sama kamu. Lihat aja nanti, Mas!"

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Aku, kau, dan suamimu

    POV RADO "Apa maksudmu tanya kayak gitu, Do? Memangnya siapa yang benar-benar suka sama aku?" Tanya Mbak Sasha yang masih setia duduk di kursi rodanya. Aku mengambil kursi lalu memposisikan di dekat kursi roda Mbak Sasha. Lalu duduk di sebelahnya dengan tatapan begitu lekat lengkap dengan seragam sekolah putih abu-abu yang sudah kukenakan di pagi hari ini. "Seseorang, mungkin." Kepala Mbak Sasha menggeleng. "Nggak ada, Do. Kamu ini bercanda aja sukanya." "Dari pada Mbak Sasha nggak bahagia sama Mas Kian." "Sebelum Masmu nikahin aku, statusku ini cuma perempuan hamil tanpa suami. Bayangin, betapa jeleknya aku di mata orang. Lalu seseorang dari masa laluku nawarin pernikahan karena anaknya butuh kasih sayang seorang ibu dan anakku butuh sosok ayah. Intinya kami saling melengkapi tapi nggak ada rasa cinta." "Kalau kamu sekarang tanya kenapa aku kayak nggak bahagia sama Masmu, gimana aku bisa bahagia kalau dia adalah orang bikin aku nggak bisa percaya sama apa itu cinta dan kesetia

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Nekat melakukan pendekatan

    POV RADO Masih menggenggam tangan Mbak Sasha dengan tidak tahu malunya sembari menatap wajahnya yang masih setengah lesu itu, aku kembali berucap. "Ya karena aku sayang sama kamu, Mbak." "Sayang?" Beonya dengan nada tidak mengerti. "Sayang yang gimana maksud kamu Rado? Aku nggak ngerti." "Kamu berubah baik, berubah hangat, dan ... membingungkan." Wajar jika Mbak Sasha bingung menghadapi perubahan sikapku yang terlalu mendadak ini. Sedang perasaanku sendiri juga berubah begitu cepat setelah berulang kali aku menciumnya tanpa tahu siapapun. "Sayang ... sebagai ..." "Rado, maaf." Mbak Sasha kemudian menarik tangannya dari genggamanku. "Kita ini ipar dan nggak seharusnya kamu pegang tanganku kayak gini." Imbuhnya. Binar cinta dimataku untuk Mbak Sasha meredup karena ucapannya kemudian kepalaku tertunduk lesu karena seperti menelanjangi diriku sendiri dihadapan Mbak Sasha. Aku melupakan pelajaran mengendalikan diri dan emosi yang biasa dokter Rafael ajarkan padaku. Bahwa ledak

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Pulangnya si cinta pertama

    POV RADO Sejak Mbak Sasha dinyatakan sadar dari tidur panjangnya, aku dan segenap penghuni rumah sangat berbahagia. Akhirnya, penantian dan doa yang terus kami panjatkan membuahkan hasil. Apalagi jika itu bukan karena bayi mungil yang belum memiliki nama ini sangat membutuhkan Mbak Sasha. Mas Kian melarang kami memberi dia nama karena itu akan menjadi hak Mbak Sasha sepenuhnya. Apapun itu aku tidak masalah asal Mbak Sasha siuman dan bisa segera pulang. "Mama mau ke rumah sakit sekarang?" Ini sudah dua hari sejak Mbak Sasha siuman, dan kemarin Mas Kian sudah kembali ke kota untuk bekerja. "Iya, besan mau pulang ganti baju. Giliran Mama yang jaga sekarang." "Titip salam buat Mbak Sasha ya, Ma." "Iya, Rado ganteng. Kamu sanggup kan sama si mungil di rumah?" "Sanggup, kan ada pengasuhnya juga." "Ya udah, Mama berangkat dulu. Taksinya udah nungguin." Tanpa Mama, Mas Kian, bahkan orang tua Mbak Sasha sekalipun, mereka tidak tahu jika aku sudah berulang kali mencium bibir Mbak Sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status