Share

Arsitek kesayangan

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2022-02-01 03:41:12

-Keputusan sikap yang kuambil hari ini adalah takdir yang akan menentukan jalan hidupku di masa akan datang.- Audrey

Gaji pertamaku telah terkirim empat hari yang lalu. Masih tersimpan rapi di dalam ATM dan kugunakan seefektif mungkin untuk keperluan sehari-hari.

"Seneng nih gaji pertama cair." Celetuk Anjar.

"Banget!"

"Baru kali ini ya lo pegang duit segitu banyaknya Drey?"

Aku mengangguk dengan wajah berbinar.

"Ini masih trainee ya? Apa lagi kalau udah tetap kayak mas Fajar, lo pasti lompat kegirangan sampe nembus plafon."

Mas Fajar pura-pura membetulkan kerah kemejanya.

"Siapa dulu. Fajar Anggara Syahputra."

"Kalau Mas Fajar sih jangan ditanya lagi. Udah jago." Kuberi jari jempol.

"Asal nggak ada yang nangis di lift terus lupa lantai tempat kerja."

Beberapa hari yang lalu sepulang meninjau lokasi proyek Pradana House bersama Mas Fajar dan Pak Asmen, aku sempat menangis di lobby mendengar ucapan Mas Fajar. Tentang sikap Pak Asmen yang dingin dan bisa saja dengan mudah memberhentikanku dari Antara Karya.

Waktu itu masuk lift khusus karyawan setelah memarkir mobilnya. Padahal ia memiliki jatah untuk menaiki lift khusus direksi yang jauh lebih nyaman. Tetapi ia malah menggunakan lift khusus karyawan, jatah untuk karyawan biasa sepertiku dan Mas Fajar.

Tidak berhenti disitu, ketika Mas Fajar menolak dengan halus tawarannya untuk bergabung satu lift dengannya karena tahu aku sedang bersedih, Pak Asmen malah menekan tombol tahan agar pintu lift tidak tertutup. Walhasil, mau tidak mau aku pun masuk lift dengan mata sedikit berair.

Dan sebelum mencapai lantai tiga tempatku bekerja, aku malah keluar di lantai dua saat pintu lift terbuka. Alasannya aku sangat tertekan berada satu lift dengan Pak Asmen.

"Nanti ke lapangan lagi bareng lo kan mas?" Tanyaku memastikan karena takut bila hanya berdua bersama Pak Asmen menemui customer.

Kemarin surveyor lapangan meminta kami terjun ke lapangan untuk mencocokkan data dan material yang terkirim. Pengalaman salah pengiriman material mengganggu jam kerja dan otomatis yang mendapat limpahan kesalahan adalah aku.

"Iya. Kita berdua aja." 

Aku menghela nafas lega. Berdua bersama Mas Fajar lebih menyenangkan dari pada bersama penjaga neraka Antara Karya, Pak Asmen.

"Syukurlah. Terus Pak Asmen?"

"Orangnya ijin ada keperluan keluarga. He told me for hand in this." Mas Fajar mengangkat drafting tube hitam.

"Ohh... kirain sama dia."

"Cieeee mulai nyariin nih?" Goda Mas Fajar.

Tiba-tiba Anjar menatapku dengan raut berbeda padahal sebelumnya dia sangat fokus dengan laporannya.

"Yeeee apaan sih mas. Orang cuma nanya bakal dikasih tebengan apa kagak." Belaku karena tuduhan konyolnya itu.

"Surely? Terus kemarin waktu bisa berduaan enak nggak? Brunch dimana?" Mas Fajar menaik-turunkan alisnya.

Andai Mas Fajar tahu jika Pak Asmen memiliki dua sisi wajah berbeda seperti mata uang. Bila di kantor ia sangat perfeksionis, begitu bersama customer ia sangat pandai memikat hati. Aku menjulukinya bunglon berkaki seribu.

"Iiiih Mas Fajar, fitnah."

Wajah murung Anjar memunculkan dugaan bahwa ia memiliki rasa untuk Pak Asmen. Tidak hanya sekali ia demikian ketika aku dan Mas Fajar membicarakan dirinya. 

Ingin sekali kukatakan pada Anjar untuk bangun untuk tidur halunya. Dari pada menghabiskan hati untuk mencintai seorang Pak Asmen.

***

Siang harinya kami menuju lokasi proyek perumahan Pradana Group menggunakan taksi online. Maklum cuaca sedang terik-teriknya dan di tengah perjalanan Mas Fajar mendapat telfon. Dari gaya berbicaranya yang formal, aku bisa menebak jika itu dari atasan.

"Siapa mas?" 

"Pak Asmen, mau mastiin nggak ada yang kelewat. Dia juga pesen lo harus fokus sama customer. Nanti kita video call-an bareng customer buat jelasin besteknya."

Dimanapun dia berada, mau sedang izin sekalipun, mengapa dia masih memikirkan pekerjaan? 

Apakah dia tidak memiliki keluarga untuk diprioritaskan? 

"Oh... Jangan-jangan kita mau nafas aja ntar dia juga nanyain?" Selorohku.

"Inget, lo udah pernah dapet red flags dari dia. Jangan asal ngomongin dia biar nggak kebiasaan."

Aku memberengut. "Iya-iya gue salah. Makanya ini lagi memperbaiki diri."

Mas Fajar terkekeh. "For one thing, karyawan sebelum lo pernah ngumpat di depan Pak Asmen. Bilangnya Pak Asmen terlalu perfeksionis, banyak nuntut dan nggak menghargai usaha dia. Pak Asmen kasih dua pilihan, minta maaf atau angkat kaki. Berhubung Pak Asmen itu blue-eyed man-nya Pak Rudy, ya lebih baik kantor kehilangan kacung kampret anak itu tadi lah."

"Pak Asmen kesayangan banget ya mas?"

"Banget. Dia berprestasi, potensial, banyak designnya yang dapat pujian dari customer. Nggak heran kalau perusahaan anggap dia kayak aset berharga."

"Akhirnya dia kayak semaunya sendiri ya mas?"

"For beginner like you, pasti mikir dia orang yang keras, always talk turkey. Padahal dia tuh enakan banget kalau kita rajin dan nurut."

"Enak apanya, orang killer gitu. Eh mas, Anjar kayaknya naksir Pak Asmen deh."

Mas Fajar terkekeh. "Bukan rahasia umum Drey. Dia tuh dambaan cewek-cewek jomblo di kantor. Atau lo juga naksir?"

"Apaan sih? Orang dia kayak snowdrop. Bukan tipe gue lah."

"Kan pas, lo yang cerewet dia yang diem. Lo yang panas dia yang dingin. Saling melengkapi."

"Amit-amit."

Begitu sampai lokasi, kami bertemu customer lalu membahas laporan pembangunan. Syukurlah customer puas dengan revisi laporan keuangan dan bestek terbaru Pak Asmen.

Ada berlembar-lembar gambar bestek di meja gubuk proyek yang diletakkan Mas Fajar sembarangan saat ia pamit ke toilet. Aku ingin perancang bestek ini lah yang akan mendesain rumah idamanku kelak.

"Paralio Kian Mahardika M.Ars." Gumamku saat membaca namanya yang tertulis di pojok kanan bawah. 

"Siapa dia?"

"Apa itu nama asli Pak Asmen?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Terlanjur mencintai kakak ipar

    POV RADO Tak terasa, sudah tiga bulan lamanya, Mbak Sasha tinggal di rumah ini bersama aku dan Mama. Berkat kegigihan dan terapi yang setiap hari dilakukan bersama tenaga medis yang selalu datang ke rumah, akhirnya Mbak Sasha bisa berjalan dengan lancar. Selama tiga bulan itu juga, ketika Mas Kian tidak memiliki waktu pulang ke rumah karena dituntut pekerjaan yang padat, akulah yang menggantikan perannya sebagai ayah untuk Shakira dan .... suami untuk Mbak Sasha. Mau bagaimana lagi, Mama sudah berusia lima puluh tahun lebih, wajar jika tidak bisa ikut membantu Mbak Sasha begadang bila Shakira rewel. Entah karena demam setelah imunisasi, tidak mau tidur malam, mengganti popok, dan lain sebagainya. Aku tidak keberatan karena dengan begitu akhirnya Mbak Sasha bisa lebih dekat denganku. Bukankah jika aku menemani Mbak Sasha, itu artinya aku bisa satu kamar dengannya? Bahkan dia mulai bergantung padaku jika membutuhkan sedikit banyak hal. Aku tidak keberatan jika dia repotkan karena m

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Bahagia setelah pernikahan

    POV PARALIOKetika Sasha mengucap kata cintanya padaku setelah pertikaian dan perpisahan kami selama ini, betapa bahagianya aku. Hatiku seperti disiram air surga. Hanya sekedar kata cinta dan pelukan tulus darinya saja, aku begitu bahagia. Ya, hanya untuk sekedar kembali mendapatkan ketulusan cinta Sasha, banyak yang harus kuperjuangkan dan kukorbankan. "Aku mencintaimu, Mas."Aku mengurai pelukan kami lalu menangkup wajahnya yang menggemaskan. Maklum, usia Sasha terpaut sebelas tahun denganku. Betapa beruntungnya aku memiliki istri daun muda seperti dirinya. Mau menerima duda sepertiku dengan segenap cinta tulusnya. Dan kali ini aku tidak akan melepaskannya lagi.Aku menarik pelan wajahnya lalu kusatukan kening kami berdua. Saat hatinya dipenuhi oleh cinta untukku, aku tidak akan melepaskan kesempatan ini untuk makin merayunya. "Jangan ragu sama cintaku, Sha. Kali ini aku sungguh-sungguh.""Sebenarnya, aku kadang masih ragu sama kamu, Mas. Tapi, aku sadar kalau perasaanku ke kamu

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cinta di hati keduanya

    POV RADO Satu botol berisi obat penenang yang kusimpan baik-baik akhirnya kukeluarkan setelah beberapa minggu ini kutinggalkan. Aku tidak kuat menahan ledakan di dalam dada akibat melihat Mas Kian yang mulai bersikap sangat manis pada Mbak Sasha. Aku tidak terima!!!Aku segera mengeluarkan satu pil itu dari wadah lalu menelannya dengan sisa air yang ada di tas sekolah. Setelah tertelan dengan benar, aku terduduk di tepi ranjang dengan menundukkan wajah. Tidak lama berselang seulas senyum disertai kekehan pelan keluar dari bibirku. Ini artinya reaksi obat telah bekerja dengan baik menenangkan syarafku akibat ledakan emosi yang tidak bisa kukendalikan. "Mas Kian sialan! Ngapain dia sok manis ke Mbak Sasha. Kemarin bilang nggak mau ujung-ujungnya doyan!" "Kenapa harus kamu sih, Mas? Kenapa harus kamu yang ketemu Mbak Sasha? Kenapa bukan aku?!" "Tapi nggak masalah, aku bakal cari cara buat deketin Mbak Sasha. Waktuku sama dia lebih banyak ketimbang sama kamu. Lihat aja nanti, Mas!"

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Aku, kau, dan suamimu

    POV RADO "Apa maksudmu tanya kayak gitu, Do? Memangnya siapa yang benar-benar suka sama aku?" Tanya Mbak Sasha yang masih setia duduk di kursi rodanya. Aku mengambil kursi lalu memposisikan di dekat kursi roda Mbak Sasha. Lalu duduk di sebelahnya dengan tatapan begitu lekat lengkap dengan seragam sekolah putih abu-abu yang sudah kukenakan di pagi hari ini. "Seseorang, mungkin." Kepala Mbak Sasha menggeleng. "Nggak ada, Do. Kamu ini bercanda aja sukanya." "Dari pada Mbak Sasha nggak bahagia sama Mas Kian." "Sebelum Masmu nikahin aku, statusku ini cuma perempuan hamil tanpa suami. Bayangin, betapa jeleknya aku di mata orang. Lalu seseorang dari masa laluku nawarin pernikahan karena anaknya butuh kasih sayang seorang ibu dan anakku butuh sosok ayah. Intinya kami saling melengkapi tapi nggak ada rasa cinta." "Kalau kamu sekarang tanya kenapa aku kayak nggak bahagia sama Masmu, gimana aku bisa bahagia kalau dia adalah orang bikin aku nggak bisa percaya sama apa itu cinta dan kesetia

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Nekat melakukan pendekatan

    POV RADO Masih menggenggam tangan Mbak Sasha dengan tidak tahu malunya sembari menatap wajahnya yang masih setengah lesu itu, aku kembali berucap. "Ya karena aku sayang sama kamu, Mbak." "Sayang?" Beonya dengan nada tidak mengerti. "Sayang yang gimana maksud kamu Rado? Aku nggak ngerti." "Kamu berubah baik, berubah hangat, dan ... membingungkan." Wajar jika Mbak Sasha bingung menghadapi perubahan sikapku yang terlalu mendadak ini. Sedang perasaanku sendiri juga berubah begitu cepat setelah berulang kali aku menciumnya tanpa tahu siapapun. "Sayang ... sebagai ..." "Rado, maaf." Mbak Sasha kemudian menarik tangannya dari genggamanku. "Kita ini ipar dan nggak seharusnya kamu pegang tanganku kayak gini." Imbuhnya. Binar cinta dimataku untuk Mbak Sasha meredup karena ucapannya kemudian kepalaku tertunduk lesu karena seperti menelanjangi diriku sendiri dihadapan Mbak Sasha. Aku melupakan pelajaran mengendalikan diri dan emosi yang biasa dokter Rafael ajarkan padaku. Bahwa ledak

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Pulangnya si cinta pertama

    POV RADO Sejak Mbak Sasha dinyatakan sadar dari tidur panjangnya, aku dan segenap penghuni rumah sangat berbahagia. Akhirnya, penantian dan doa yang terus kami panjatkan membuahkan hasil. Apalagi jika itu bukan karena bayi mungil yang belum memiliki nama ini sangat membutuhkan Mbak Sasha. Mas Kian melarang kami memberi dia nama karena itu akan menjadi hak Mbak Sasha sepenuhnya. Apapun itu aku tidak masalah asal Mbak Sasha siuman dan bisa segera pulang. "Mama mau ke rumah sakit sekarang?" Ini sudah dua hari sejak Mbak Sasha siuman, dan kemarin Mas Kian sudah kembali ke kota untuk bekerja. "Iya, besan mau pulang ganti baju. Giliran Mama yang jaga sekarang." "Titip salam buat Mbak Sasha ya, Ma." "Iya, Rado ganteng. Kamu sanggup kan sama si mungil di rumah?" "Sanggup, kan ada pengasuhnya juga." "Ya udah, Mama berangkat dulu. Taksinya udah nungguin." Tanpa Mama, Mas Kian, bahkan orang tua Mbak Sasha sekalipun, mereka tidak tahu jika aku sudah berulang kali mencium bibir Mbak Sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status