Share

Dia marah padaku

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-30 16:11:30

-Kinerja dan pretasi bukan diraih dengan kerja keras dan ambisi. Melainkan dari rasa cinta dan memiliki profesi dengan sepenuh hati.- Audrey

Siapa yang tidak seperti sceleton in the closet ketika netranya dihunus tajam oleh atasan yang pernah menegurnya terang-terangan. Apa lagi aku pernah ditegur karena membicarakan pribadinya bersama Anjar, teman satu kubikelku. Kentara sekali jika Pak Asmen memiliki sisi menarik yang layak diperbincangkan namun sayangnya aku lupa kondisi.

Pak Asmen itu menarik dilihat dari mana saja. Tuhan begitu baik dengan menganugerahinya raga yang sempurna, wajah yang terukir indah bila disandingkan dengan sang surya, dan karir secemerlang bintang bertaburan kala musim semi. Ia seperti memiliki topik kehidupan yang tidak ada habisnya untuk dikupas termasuk saat ia diam sekalipun. 

Konon kata orang, atasan yang masih muda, tampan, dambaan staf perempuan, memiliki sifat sok jual mahal yang teramat. Belum lagi sikap dinginnya yang menambah rasa penasaran makhluk hawa super kepo sepertiku. 

"Lo habis ada masalah sama Pak Asmen Drey?" Tanya Mas Fajar saat kami menyiapkan hal hal yang perlu dibawa ke lokasi proyek. 

Aku mengangguk dengan wajah muram. "I made little mistake."

"Apa?"

Aku menghentikan aktivitas memasukkan dokumen ke ransel lalu menatap Mas Fajar. "Talking about him quietly and then.... caught."

Mas Fajar melotot tidak percaya. "Untung lo masih selamat. Lain kali jangan diulangi. Paham?"

Aku mengangguk seraya menerima helm dan masker standar keamanan. Itu adalah barang-barang wajib yang harus dipakai siapapun ketika berkunjung ke lokasi proyek.

Thank you very much for Mas Fajar who has been so kind in guiding me so far.

"Kita makan siang bentar yuk? Pak Asmen biasanya baru telfon setengah jam lagi."

"Oh.. Kita dibarengin mas?" Tanyaku saat kami berjalan ke kantin kantor.

"Iya. Pak Asmen itu sebenarnya enak banget orangnya. Cuma ketutup sama diem dan angkuhnya aja."

Mendengar ucapan Mas Fajar kentara sekali jika ia begitu mengenal Pak Asmen luar dalam. Mungkin mereka sering terlibat proyek kerjasama seperti ini.

Baiknya lagi, dia sebagai seorang atasan bersedia memberi tumpangan gratis untuk bawahan seperti kami, once in the blue moon. Plus tidak membuat kami menunggu lama di lobby. 

Satu hal baik tentangnya yang jarang dibicarakan rekan-rekan kantor adalah sisi baiknya pada bawahan. Beruntung kemarin dia hanya menegur kesalahanku saat membicarakannya, bukan langsung menciwir bajuku ke ruang HRD. 

Semenit kemudian mobil sedan hitam mengkilat Pak Asmen berhenti di depan kami dengan plat cantik 710 KIY.

'Wow.... Young, smart, and moneyable.'

He is really the blue-eyed man.

Wajar jika ia digilai beberapa staf perempuan kantor karena mulai dari wajah, penampilan, bahkan isi dompetnya cukup prestisius. Siapa yang tidak menyukai laki-laki tampan dan mapan seperti dirinya. Apapun bisa diwujudkan olehnya, asal bukan meminta jet pribadi.

Aku beralih menikmati interior mobil Pak Asmen yang didominasi warna abu-abu. Hampir tujuh puluh persen interiornya telah dimodifikasi. 

Dia memiliki gaji yang lumayan besar, wajar jika mobilnya begitu terawat. Wangi, bersih, sejuk, dan empuk. Jika sudah begini aku pasti betah berlama-lama di dalam mobilnya. 

Dari tempatku duduk, siluet wajahnya tetap saja....... tampan. Astaga!! 

Aku duduk di bangku belakang sedang Mas Fajar duduk disamping Pak Asmen. Karena mereka sudah lama bekerja sama, Mas Fajar menanggapi obrolan itu dengan enteng tapi sopan. Sedang aku hanya menjadi pendengar setia.

Toh obrolan yang mereka bahas hanya seputar dunia pekerjaan, pekerjaan, dan pekerjaan. Jiwa muda pekerja keras yang menempel dalam jati dirinya terpancar dari gaya bicara dan segala yang menempel padanya.

Setelah satu jam perjalanan, kami sampai di lokasi proyek. Pak Asmen keluar mobil seraya memakai topi hitam Givenchy.

Yang kutahu harga topi itu tidaklah murah. Topi hitam yang kontras dengan warna kuning kulit wajahnya. Lalu ia menenteng ransel dan drafting tube dari bagasi. 

'What the hell this boss. He is so...sexy.'

Dengan terampil tangan Pak Asmen membuka kertas kalkir yang dikeluarkan dari drafting tube lalu berdiskusi dengan Mas Fajar.

Tunggu!

'Apa dia seorang arsitek?'

Bagaimana bisa sebagai bawahan, aku tidak mengetahui job desk Pak Asmen?

Tidak berapa lama, wakil customer datang lalu Pak Asmen menjabat tangannya dengan senyum ramah.

Satu kata, tampan! Kalau mau senyum.

Ia mulai menjelaskan bestek dan runtutannya. Kemudian giliranku menjelaskan laporan purchasing dengan terbata-bata karena ini pertama kalinya berhadapan dengan customer. Untung Mas Fajar berbelas kasih menolong saat ada pertanyaan yang tidak bisa kujawab.

Setelah selesai, kami bertiga duduk di kursi kayu panjang yang ada di gubuk darurat. Dengan Pak Asmen melepas topi mahal dan mengibas-ngibaskannya ke wajah.

Aku yang tadi sempat membeli dua botol air mineral di kantin kantor pun berinisiatif menawarkan satu botol untuknya. 

"Minum pak?" Aku menyodorkannya.

Pak Asmen menggeleng. "Tidak. Terimakasih."

Tiba-tiba perwakilan customer memintaku menilik kembali laporan keuangan. Kami berdiskusi selama setengah jam di bawah pancaran terik matahari. 

Setelah berpanas ria hingga keringat terasa mengucur di punggung, dengan langkah cepat aku keluar lokasi proyek untuk membeli air mineral yang baru.

Sekembalinya ke gubuk darurat, Pak Asmen dan Mas Fajar tidak berada ditempat. Air mineral yang kutinggalkan tadi pun masih utuh di tempat.

This is the real start of my stupidity.

Saat Pak Asmen menangkap keberadaanku ada kilat amarah dimatanya. Mata elang itu seakan siap mengulitiku saat ini juga.

'Ya Tuhan, apa yang harus gue lakuin?'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Terlanjur mencintai kakak ipar

    POV RADO Tak terasa, sudah tiga bulan lamanya, Mbak Sasha tinggal di rumah ini bersama aku dan Mama. Berkat kegigihan dan terapi yang setiap hari dilakukan bersama tenaga medis yang selalu datang ke rumah, akhirnya Mbak Sasha bisa berjalan dengan lancar. Selama tiga bulan itu juga, ketika Mas Kian tidak memiliki waktu pulang ke rumah karena dituntut pekerjaan yang padat, akulah yang menggantikan perannya sebagai ayah untuk Shakira dan .... suami untuk Mbak Sasha. Mau bagaimana lagi, Mama sudah berusia lima puluh tahun lebih, wajar jika tidak bisa ikut membantu Mbak Sasha begadang bila Shakira rewel. Entah karena demam setelah imunisasi, tidak mau tidur malam, mengganti popok, dan lain sebagainya. Aku tidak keberatan karena dengan begitu akhirnya Mbak Sasha bisa lebih dekat denganku. Bukankah jika aku menemani Mbak Sasha, itu artinya aku bisa satu kamar dengannya? Bahkan dia mulai bergantung padaku jika membutuhkan sedikit banyak hal. Aku tidak keberatan jika dia repotkan karena m

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Bahagia setelah pernikahan

    POV PARALIOKetika Sasha mengucap kata cintanya padaku setelah pertikaian dan perpisahan kami selama ini, betapa bahagianya aku. Hatiku seperti disiram air surga. Hanya sekedar kata cinta dan pelukan tulus darinya saja, aku begitu bahagia. Ya, hanya untuk sekedar kembali mendapatkan ketulusan cinta Sasha, banyak yang harus kuperjuangkan dan kukorbankan. "Aku mencintaimu, Mas."Aku mengurai pelukan kami lalu menangkup wajahnya yang menggemaskan. Maklum, usia Sasha terpaut sebelas tahun denganku. Betapa beruntungnya aku memiliki istri daun muda seperti dirinya. Mau menerima duda sepertiku dengan segenap cinta tulusnya. Dan kali ini aku tidak akan melepaskannya lagi.Aku menarik pelan wajahnya lalu kusatukan kening kami berdua. Saat hatinya dipenuhi oleh cinta untukku, aku tidak akan melepaskan kesempatan ini untuk makin merayunya. "Jangan ragu sama cintaku, Sha. Kali ini aku sungguh-sungguh.""Sebenarnya, aku kadang masih ragu sama kamu, Mas. Tapi, aku sadar kalau perasaanku ke kamu

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cinta di hati keduanya

    POV RADO Satu botol berisi obat penenang yang kusimpan baik-baik akhirnya kukeluarkan setelah beberapa minggu ini kutinggalkan. Aku tidak kuat menahan ledakan di dalam dada akibat melihat Mas Kian yang mulai bersikap sangat manis pada Mbak Sasha. Aku tidak terima!!!Aku segera mengeluarkan satu pil itu dari wadah lalu menelannya dengan sisa air yang ada di tas sekolah. Setelah tertelan dengan benar, aku terduduk di tepi ranjang dengan menundukkan wajah. Tidak lama berselang seulas senyum disertai kekehan pelan keluar dari bibirku. Ini artinya reaksi obat telah bekerja dengan baik menenangkan syarafku akibat ledakan emosi yang tidak bisa kukendalikan. "Mas Kian sialan! Ngapain dia sok manis ke Mbak Sasha. Kemarin bilang nggak mau ujung-ujungnya doyan!" "Kenapa harus kamu sih, Mas? Kenapa harus kamu yang ketemu Mbak Sasha? Kenapa bukan aku?!" "Tapi nggak masalah, aku bakal cari cara buat deketin Mbak Sasha. Waktuku sama dia lebih banyak ketimbang sama kamu. Lihat aja nanti, Mas!"

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Aku, kau, dan suamimu

    POV RADO "Apa maksudmu tanya kayak gitu, Do? Memangnya siapa yang benar-benar suka sama aku?" Tanya Mbak Sasha yang masih setia duduk di kursi rodanya. Aku mengambil kursi lalu memposisikan di dekat kursi roda Mbak Sasha. Lalu duduk di sebelahnya dengan tatapan begitu lekat lengkap dengan seragam sekolah putih abu-abu yang sudah kukenakan di pagi hari ini. "Seseorang, mungkin." Kepala Mbak Sasha menggeleng. "Nggak ada, Do. Kamu ini bercanda aja sukanya." "Dari pada Mbak Sasha nggak bahagia sama Mas Kian." "Sebelum Masmu nikahin aku, statusku ini cuma perempuan hamil tanpa suami. Bayangin, betapa jeleknya aku di mata orang. Lalu seseorang dari masa laluku nawarin pernikahan karena anaknya butuh kasih sayang seorang ibu dan anakku butuh sosok ayah. Intinya kami saling melengkapi tapi nggak ada rasa cinta." "Kalau kamu sekarang tanya kenapa aku kayak nggak bahagia sama Masmu, gimana aku bisa bahagia kalau dia adalah orang bikin aku nggak bisa percaya sama apa itu cinta dan kesetia

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Nekat melakukan pendekatan

    POV RADO Masih menggenggam tangan Mbak Sasha dengan tidak tahu malunya sembari menatap wajahnya yang masih setengah lesu itu, aku kembali berucap. "Ya karena aku sayang sama kamu, Mbak." "Sayang?" Beonya dengan nada tidak mengerti. "Sayang yang gimana maksud kamu Rado? Aku nggak ngerti." "Kamu berubah baik, berubah hangat, dan ... membingungkan." Wajar jika Mbak Sasha bingung menghadapi perubahan sikapku yang terlalu mendadak ini. Sedang perasaanku sendiri juga berubah begitu cepat setelah berulang kali aku menciumnya tanpa tahu siapapun. "Sayang ... sebagai ..." "Rado, maaf." Mbak Sasha kemudian menarik tangannya dari genggamanku. "Kita ini ipar dan nggak seharusnya kamu pegang tanganku kayak gini." Imbuhnya. Binar cinta dimataku untuk Mbak Sasha meredup karena ucapannya kemudian kepalaku tertunduk lesu karena seperti menelanjangi diriku sendiri dihadapan Mbak Sasha. Aku melupakan pelajaran mengendalikan diri dan emosi yang biasa dokter Rafael ajarkan padaku. Bahwa ledak

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Pulangnya si cinta pertama

    POV RADO Sejak Mbak Sasha dinyatakan sadar dari tidur panjangnya, aku dan segenap penghuni rumah sangat berbahagia. Akhirnya, penantian dan doa yang terus kami panjatkan membuahkan hasil. Apalagi jika itu bukan karena bayi mungil yang belum memiliki nama ini sangat membutuhkan Mbak Sasha. Mas Kian melarang kami memberi dia nama karena itu akan menjadi hak Mbak Sasha sepenuhnya. Apapun itu aku tidak masalah asal Mbak Sasha siuman dan bisa segera pulang. "Mama mau ke rumah sakit sekarang?" Ini sudah dua hari sejak Mbak Sasha siuman, dan kemarin Mas Kian sudah kembali ke kota untuk bekerja. "Iya, besan mau pulang ganti baju. Giliran Mama yang jaga sekarang." "Titip salam buat Mbak Sasha ya, Ma." "Iya, Rado ganteng. Kamu sanggup kan sama si mungil di rumah?" "Sanggup, kan ada pengasuhnya juga." "Ya udah, Mama berangkat dulu. Taksinya udah nungguin." Tanpa Mama, Mas Kian, bahkan orang tua Mbak Sasha sekalipun, mereka tidak tahu jika aku sudah berulang kali mencium bibir Mbak Sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status