Alice langsung meraih cat pilox warna merah yang ada di kursi belakang. Lalu keluar dan langsung menyemprot cat pilox itu ke mobil Jasmine. Dia menulisi body mobil Jasmine dengan kata-kata jorok dan menghina. "Mampus kau..." Batin Alice.
"Alice...Apa yang kau lakukan?". Alice terkejut dan menoleh. Tampak Yoga berdiri dibelakang Alice.
Alice mendengus "Pergilah!! Bukan urusanmu!". Yoga menggelengkan kepalanya. Dia maju dan memperhatikan mobil yang di coret-coret Alice itu. Mata terbelalak "Astaga...bukankah ini mobil Jasmine" Kata Yoga sambil menatap tajam ke Alice.
Alice melotot " Memangnya kenapa kalau memang mobil si cewek murahan itu!! Dia pantas mendapatkannya! Ini akibatnya kalau berani melawan aku". Alice lalu memasukkan cat piloxnya ke dalam tas lalu meninggalkan Yoga yang masih berdiri disitu.
Yoga gemetar sambil menyentuh mobil Jasmine. Bagaimanapun dia merasa ini adalah kesalahan dia. Kalau bukan gara-gara dia Jasmine tidak akan berkelahi dengan Alice di waktu kemarin.
" Yoga...." Sapa seorang gadis dari belakang Yoga.
" Kenapa dengan mobil ini Ga?" Tanya seorang pria yang bersama gadis tersebut.
" Alice yang mencoret-coret mobil ini" Yoga menjelaskan kepada kedua orang itu yang tak lain adalah Rudi dan Ratu. Sahabat-Sahabat Yoga.
Ratu terkejut "I...Ini bukankah mobilnya Jasmine?". Dia kemudian menoleh ke Yoga "Iniii...kerjaan Alice?". Yoga mengangguk.
Begitu mendengar itu Rudi langsung mengumpat "Sial....bakalan terjadi perang dunia ini".
Ratu mengambil ponselnya dari dalam tas kemudian menelpon seseorang.
****
Jasmine duduk-duduk dikelas sendirian sambil membaca novel kesayangannya. Dia memang sangat gemar dengan membaca baik buku pengetahuan maupun buku-buku fiksi.
Ponsel Jasmine yang dia letakkan di meja tiba-tiba berdering. Jasmine meraih ponselnya dan melihat layar terpammpang Ratu memanggil.
" Ya Ratu...sini ke kelas. Aku tunggu".
Ratu bingung harus berkata apa. Kemudian dia memberanikan diri bicara "Jasmine...kamu ke parkiran sekarang".
Jasmine mengerutkan alisnya "Ada apa?".
Ratu langsung menjawab "Jangan banyak tanya...cepet sekarang ke parkiran".
"Baiklah". Jasmine langsung memasukkan ponselnya ke tas begitu Ratu memutuskan panggilannya. Dia keluar menemui sahabatnya.
Sesampinya di parkiran dia menemukan ketiga sahabatnya disitu.
" Ternyata ada Yoga dan Rudi juga. Ada apa Ratu? Tanya Jasmine.
Yoga dan Rudi gemetar menundukkan kepala. Ratu pun juga sama. tapi dia kemudian menatap Jasmine dengan hati-hati kemudian menunjuk ke mobil Jasmine.
Jasmine mengerutkan kening dan langsung melihat apa yang ditunjukan oleh Ratu. Sontak Jasmine terkejut melihat mobilnya yang keadaannya sudah berantakan. Banyak tulisan jorok terpampang. Terdapat tatapan kemarahan di mata Jasmine.
" Siapa yang berani merusak mobilku!!!" Jasmine mengepalkan tangannya.
Ratu langsung memegang lengan Jasmine. Takutnya Jasmine semakin menggila karena kemarahan. Rudi dan Yoga pun hanya diam saja. tidak mengatakan apapun.
Tetapi mata Jasmine jeli. Dia melirik sebuah mobil yang terparkir di sebelahnya. "Jadi dia yang melakukannya!!".
Yoga, Rudi, dan Ratu terkejut. "Jasmine...kau tahu siapa yang melakukannya?".
Jasmine melotot tajam kearah mobil tersebut. Dia sangat marah. "Siapa lagi...pasti si Alice perempuan murahan itu kan?".
Ratu terpaku. Dia takut ini menimbulkan sebuah keributan lagi. "Sabarlah Jasmine".
Jasmine tidak mendengarkan perkataan Ratu. Dia mengambil kunci mobil dalam tasnya dan memencet tombol pembuka..." tit...tit".
Jasmine membuka mobilnya membuka dashboard dan mengambil sebuah pisau. Melhat adegan ini ketiga sahabatnya semakin khawatir. "Jasmine...apa yang akan kau lakukan" Ketiganya mengatakan itu bersamaan.
Jasmine hanya tersenyum kepada ketiga sahabatnya. Terlihat pancaran licik di mata Jasmine. "Membalas dendam pada musuh bebuyutanku".
Dia lalu mendekati bagian belakang mobil Alice kemudian dengan cepat menggores kedua ban belakang mobil itu. Pastilah kedua ban itu menjadi kempes. Dia kembali memasukkan pisau itu ke dalam mobil. " Ayo kita kembali ke kelas" Ajak Jasmine. Ratu diam tetapi kemudian mengangguk. "Sampai ketemu nanti". Jasmine menoleh ke arah Yoga dan Rudi.
Keduanya mengangguk. Yoga memandang Jasmine dan Ratu yang sudah menjauh. Batinnya terus bergejolak "Jasmine dan Alice...keduanya bener-bener gadis gila". Dia meninggalkan tempat itu menuju kelasnya diikuti oleh Rudi.
****
Di kelas,
Ratu berbisik kepada Jasmine "bagaimana dengan mobilmu".
Jasmine tersenyum " Tenang saja...aku sudah mengirim pesan ke papahku. Dia akan mengutus orang mengambil mobilku dengan kunci cadangan dan membawanya ke bengkel".
Ratu menghela nafas lega. Tiba-tiba ponsel Jasmine kembali berdering. Jasmine tersenyum licik melihat layar panggilan ponselnya. Dia langsung mengangkatnya.
"Kurang ajar kau...hei jalang... Apa kau yang mengempeskan ban mobilku?" bentak seorang gadis di ponsel itu.
Jasmine justru tertawa " Hei gadis laknat...itu hadiah kecil dariku karena kamu sudah menjadi pelukis yang sangat terampil".
Yang menelpon Jasmine adalah Alice. Dia sangat marah ketika tahu bahwa ada yang menggores ban mobilnya. Dia langsung berpikiran bahwa itu adalah perbuatan Jasmine.
"Kau memang benar-benar harus diberi pelajaran!!!" Geram Alice.
Jasmine pun juga tak kalah geramnya. Dia menghentakkan tangannya di meja hingga membuat Ratu yang sedang membaca buku disebelahnya terkejut. Melihat sorot mata Jasmine yang ganas saat itu. Ratu tidak berani bertanya. Dia hanya diam saja.
" Kau duluan yang memulainya!!!" bentak Jasmine.
" Oke...kalau begitu nanti aku tunggu di taman belakang kampus!!!kita selesaikan masalah ini".
"Oke!!!" Jasmine langsung menutup panggilan itu. Dia masih mengepalkan tangannya.
"Kali ini aku akan benar-benar memberi pelajaran gadis laknat itu" batin Jasmine.
Ratu masih diam saja dan berpura-pura tidak mendengar apapun. Dia takut akan kena semprot Jasmine. Sudah jelas sikap Jasmine saat itu sedang tidak enak dipandang.
Jam menunjukkan pukul dua siang. Kuliah hari ini berakhir. Jasmine langsung merapikan barang-barangnya dan memasukkan ke tas. Dia berdiri dan bergegas mau meninggalkan kelas dengan buru-buru. " Ratu aku duluan ya". Belum sempat Ratu menjawab, Jasmine sudah berjalan meninggalkan kelas dengan buru-buru. Dia menuju ke taman belakang sekolah untuk membuat perhitungan dengan Alice. Sesampainya di taman dia melihat sosok Alice yang sudah menunggunya. Jasmine bergegas menemuinya.
" Hei...kau sudah disini!" Sapa Jasmine cuek.
" Aku sudah menunggumu lama tahu!!!" bentak Alice.
" Baiklah...apa maumu sekarang??".
Alice menatap tajam ke arah Jasmine. kemudian berjalan "Ayo kita ke ruang olahraga...disini terlalu ramai".
"Oke..." Jasmine mengikuti langkah Alice.
Jasmine dan Alice terus berjalan menuju gedung olahraga. Kedua gadis ini sangat cantik dan menawan. Tidak sedikit para pria yang memandang mereka berjalan hanya untuk mengagumi kedua diva kampus ini. Tetapi Jasmine dan Alice tak pernah memperdulikan mereka.Mereka masuk ke dalam gedung olah raga yang saat itu sepi. Tidak ada kegiatan satupun. Akhirnya Alice membalikkan badan berhadap-hadapan dengan Jasmine. Dia melotot ke arah jasmine “ Kau sengaja cari gara-gara denganku?” .Jasmine tertawa mendengar kalimat Alice. “ Hahaha...sungguh aku tidak menyangka kau begitu tidak tahu malu! Bukankah kau yang mencari gara-gara denganku duluan. Ingat! Siapa yang mencoret-coret mobilku! Ban kempes ga seberapa, jadi kita impas!.“ kau “ Alice maju mendekat ke hadapan Jasmine. Mata mereka bertemu. Tapi terlihat keduanya sedang menahan amarah. Wajah mereka berhadap-hadapan. Hidung mereka nyaris bersentuhan. Mereka bisa merasakan harumnya aroma nafas satu sama lain. Tangan mereka
Mereka terkejut melihat Alice dan Jasmine sudah terbaring lemas di lantai akibat perkelahian diantara keduanya. Mereka lari berinisiatif untuk menyelematkan keduanya. Saat itu kondisi keduanya sangat memprihatinkan. Wajah mereka dipenuhi dengan darah yang mengalir. Wajah Jasmine merah pucat dan darah mengalir di ujung bibirnya. Serta terdapat bekas cakaran Alice di pipi kirinya. Sedangkan Alice mengeluarkan darah dari kedua lubang hidungnya. Seketika mereka langsung pingsan. Yoga segera mengangkat Jasmine dan Rudi mengangkat Alice. “ Ayo kita bawa ke rumah sakit.” Rudipun mengangguk. “ Pakai mobilku “ Michelle mengajukan usul. Keempatnya mengangguk pertanda setuju. Mereka lalu bergegas keluar ruang olahraga dan menuju rumah sakit. *** Di rumah sakit, “ Aku sudah menghubungi orang tua Jasmine. Sebentar lagi mereka pasti akan segera sampai di sini.” Ratu mengabarkan kepada teman-temannya. “ Aku juga sudah menelpon orang tua Alice
Pria itupun langsung memanggil perawat agar Yoga segera tertangani. Dan kemudian memesankan kamar VVIP untuk perawatan Yoga. Michelle dan Anneth masih kebingungan melihat situasi tersebut. Saat Yoga mendapatkan perawatan, pria itu memanggil anak buahnya dan memberi perintah. " Cari orang yang berani melukai tuan muda! beri mereka pelajaran! " kata pria itu dingin. " Siapp " anak buahnya menjawab serempak dan langsung keluar dari rumah sakit. Pria itu lalu mengambil ponsel di sakunya dan menelpon seseorang. " Tu...tuan besar, kami telah menemukan tuan muda. tetapi kondisi tuan muda sekarang terluka karena tusukan. beberapa preman telah melukainya." Terdengar suara dingin di ponsel yang membuat pria itu bergetar. " Buat perhitungan dengan orang-orang sialan yang berani melukai putraku! kalau perlu patahkan tangan mereka! pastikan putraku dalam keadaan baik-baik saja." " Baik Tuan Besar, siap laksanakan! " Pria itu menjawab dengan hati-hati kemudian menu
Di kamar rumah sakit, Yoga sedang bersantai sendirian sambil menonton salah satu channel youtube di ponselnya. Dia sedang menikmati acara komedi yang ditayangkan di channel tersebut. Acara yang penuh dengan adegan lucu membuatnya tertawa karena terbawa suasana. Sehingga meringankan sedikit beban rasa sakit akibat tusukan kemarin. Sedang asik Yoga menonton acara tersebut, tiba-tiba pintu rumah sakit dibuka. “ Selamat pagi tuan muda, bagaimana keadaan anda? “ Sapa seorang laki-laki kekar di depan pintu. Yoga mengernyitkan keningnya menatap lelaki tersebut, “ Kau? “ “ Saya Roni tuan, Saya diperintahkan ayah anda untuk melayani tuan “ Jawab Roni dengan penuh sopan. Yoga menghela nafas panjang “ Masuklah “ Roni pun melangkahkan kaki masuk ke ruangan itu. Dia kemudian berdiri di samping tempat tidur Yoga. “ Duduklah “ Perintah Yoga. Roni pun duduk dan kemudian mengambil sebuah dokumen dari tasnya. “ Tuan muda, ada yang ingin saya sam
Yoga mengerutkan alisnya. Seketika membaca pesan dalam kertas tersebut. Tangannya mengepal. Tubuhnya bergetar. Tampak kecemasan di wajahnya. Anneth melihat ekspresi Yoga menjadi takut dan mengumpulkan keberanian untuk bertanya.“Ada apa Yoga” Tanyanya dengan hati-hati.Yoga menghela nafas panjang. Dia berkata lirih “Michelle dalam bayaha.”Anneth terkejut, “Apa yang harus kita lakukan?” Anneth menangis dan menundukkan kepalanya, “Aku tidak ingin Michelle kenapa-napa, dia sahabatku.”Yoga maju dan memeluk Anneth. “Sudah, tenanglah. Aku akan berusaha menyelamatkannya.”“Sebenarnya siapa yang melakukan ini semua?” Batin Yoga.Anneth terus menangis kemudian melepaskan pelukan Yoga. Dia memandang Yoga dengan tatapan memohon, “Yoga, aku mohon kamu harus melakukan apapun demi menyelamatkan Michelle.’’Yoga mengangguk, dia menoleh Roni yang berdiri tidak
Mereka langsung menuju ke ruang tamu yang luas. Sambil mengobrol dan bercanda sebelum ke pembahasan yang serius.“Wah rumahmu benar-benar luar biasa Ga” Rudi tampak antusias. Yoga hanya membalas dengan tersenyum.“Kalau aku tinggal dirumah seperti ini, aku akan setiap hari bersantai dan mengundang banyak wanita cantik untuk menemaniku. Benar-benar rumah yang luar biasa.” Rudi terkekeh.“Maaf sayang, kamu ngomong apa barusan?” Ratu menyipitkan matanya.“Itu, rumah yoga sangat luar biasa.” Jawab Rudi dengan tersenyum.“Sebelum itu?” Ratu menyilangkan tangannya.“Aku akan bersantai dan......glek” Rudi baru tersadar. Sebelum membela diri telinganya ditarik oleh Ratu.“Aduh, ampun” Rintih Yoga.“Dah mulai ganjen nih ya!” Ratu cemberut.Semua orang yang melihat adegan itu langsung tertawa terbahak-bahak. Mereka lalu duduk di sofa ya
Jasmine, Rudi, Ratu dan Alice telah pulang ke rumahnya masing-masing. Yoga duduk di halaman belakang dekat dengan sebuah kolam ikan hias. Dia terlihat lesu karena memikirkan Michelle. Baru saja mereka jadian malah terjadi hal seperti ini. Ponsel Yoga berdering. “Halo?” “Hei anak bodoh, dimana kau?” bentak seorang wanita di telpon. “Sial, ibu-ibu rempong!” Batin Yoga. “Saya di rumah orang tua saya bu.” “Oh sengaja ya kamu lari biar tidak bayar uang kontrakan!” Wanita itu kesal. “Tidak bu, saya akan bayar. Tolong kirimi saya nomor rekening ibu, biar saya transfer.” “Ini serius? Awas kalau kau lari lagi!” Bentak wanita itu. “Saya serius, kirim saja.” Yoga mulai kesal dengan sikap wanita itu. “Baiklah, aku akan mengirimmu lewat w******p. Awas jangan bohong!” Wanita itu menutup telponnya. Lima menit kemudian muncul notifikasi pesan w******p diponselnya Yoga. Tertera sebuah nomor rekening di layar. Yoga langsung mentr
Yoga duduk ditaman sambil bermain ponsel. Dia tidak henti-hentinya memikirkan bagaimana keadaan Michelle sekarang. hatinya sangat gelisah. Ponselnya berdering."Ya?" Jawab Yoga serius."Tuan muda, kami sudah mendapatkan informasi mengenai jejak nona Michelle. Menurut mata-mata kita, dia disekap di sebuah rumah tua. Anak buah kita sedang menuju kesana.""Bagus, kirim alamatnya! Aku juga akan kesana." Yoga menutup panggilan itu.Tidak lama kemudian dia menerima sebuah pesan tertulis alamat dimana Michelle disekap. Yoga langsung beranjak pergi ke tempat parkir mobilnya dan langsung melaju ke alamat yang dikirim Roni dengan Toyota Etiosnya."Michelle, tunggu aku." Batin Yoga.Setelah lama melaju sampailah dia di sebuah rumah kosong yang sudah mulai ramai dengan orang. Tampaknya Roni dan anak buahnya tela sampai terlebih dahulu."Bagaimana keadaannya?" Tanya Yoga sambil mengamati sekitar rumah tua itu."Kami sedang mengawasi d