Suara lantang dari balik pintu terus mengganggu Yoga. Dia mengenal pemilik suara itu. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Yoga segera berlari menuju pintu untuk membukanya dan mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. " Klek...." terdengar suara pintu terbuka.
" Hei....lama amat buka pintunya! apa kau mau lari?" kata kasar keluar dari seorang wanita paruh baya yang berdiri di depan pintu sambil menenteng tangannya di pinggang. Dia melotot tajam ke Yoga.
" Ah ternyata bu Reya...maaf bu, tadi saya baru dari kamar mandi" Jawab Yoga santai. Wanita itu mendengus kesal lalu berbicara tanpa basa-basi, " Yoga...kau sudah menunggak uang kontrakan selama 4 bulan! ayo sekarang bayar!.
" Maaf bu...kasih saya waktu lagi. Saya mohon...saya akan segera melunasinya. Saat ini saya belum ada uang" Jawab Yoga dengan memohon. Tetapi bu Reya kelihatan acuh tak acuh. Dia marah mendengar jawaban Yoga " Kau pikir aku juga tidak mempunyai kebutuhan! aku juga butuh makan! anak-anakku juga harus makan! kalau kau tidak membayar bagaimana aku menghidupi keluargaku! Dasar sampah...ku beri kau waktu tiga hari lagi! Kalau tiga hari lagi kamu belum punya uang untuk bayar, angkat kaki dari sini!"
Bu Reya kemudian berbalik sambil mengumpat "Mau ngontrak ga mau bayar! tidur aja dikolong jembatan!". Bu Reya pergi tanpa menoleh lagi.
Yoga terpaku memandang bu Reya yang pergi menjauh hingga tidak tampak lagi. Dalam hatinya mengumpat pada dirinya sendiri " Hancurlah aku". Yoga kembali masuk ke dalam rumah kontrakannya. Dia langsung ke kamar untuk merebahkan badannya di kasur. Hari ini dia terlalu pusing dan lelah. Banyak masalah yang dipikirkannya. Yoga tidur terlentang sambil menatap langit-langit. Teringat dengan apa kata-kata Michelle. Yoga merasa semua yang dikatakan Michelle benar. Yoga senyum-senyum sendiri. Baru kali ini Michelle memberikan motivasi kepadanya. Ya...walaupun kata-katanya sedikit kasar tetapi tidak masalah baginya. Sejak awal dia memang selalu mengagumi Michelle. Yoga menyadari hal itu. Bohong kalau dia tidak mengaguminya. Banyak laki-laki di kampusmya yang mengejar cinta Michelle, tetapi semua ditolak. Ya maklum...Michelle adalah salah satu dari tiga bintang kampus selain Alice dan Jasmine.
Yoga terbayang-bayang Michelle tetapi dia segera menepis pikirannya. Mana mungkin gadis seperti Michelle akan menyukainya. Dia menghela nafas dan tertidur.
****
Burung-burung berkicau saling bersahutan. Ayam jantanpun tidak kalah melantunkan suara kokoknya yang nyaring dan merdu. Mengiringi naiknya sang surya menampakkan diri pertanda pagi. Terlihat sejuk sekali pagi ini. Banyak orang yang sudah lalu lalang di jalan raya, ada yang joging pagi, ada yang bersiap ke pasar dan yang lainnya.
Di sebuah kamar yang terbilang cukup luas. Seorang gadis sedang menikmati mimpinya dibawah kehangatan selimut yang menutupi tubuhnya. Tampak seorang wanita paruh baya masuk ke kamar tersebut. Dia menggelengkan kepalanya melihat putri kesayangannya masih tertidur pulas. Dibelailah putri cantik itu "Jasmine...bangun sayang".
Jasmine hanya sedikit menggerakkan tubuhnya. Dia menguap malas "Masih pagi ma...". Jasmine langsung membalikkan tubuhnya kembali tertidur. "Hei...malah tidur lagi, cepat bangun sayang. ini udah jam enam".
Jasmine terkejut bangkit dari tempat tidurnya. lalu dia bergegas ke kamar mandi yang ada di ujung kamarnya. Ibunya hanya geleng-geleng sambil tersenyum melihat tingkah laku putri semata wayangnya itu. kemudian berbalik keluar dari kamar jasmine menuju ke ruang makan.
Seorang laki-laki paruh baya menunggu di ruang makan bertanya kepada wanita itu "Ma...mana jasmine?". Wanita itu tersenyum "Dia sedang mandi pa". Kedua orang itu tidak lain adalah orang tua Jasmine. Mereka adalah Fahri Albar dan Vaniasari. Pengusaha yang terbilang sukses bergerak di bidang properti.
" Pagi pa...ma" Sapa Jasmine sambil duduk di meja makan. "Pagi sayang" Jawab mereka berdua bersamaan. Fahri memandang Jasmine dengan mengerutkan alisnya. "Nak....bagaimana kuliahmu?. Papa dengar kamu habis berkelahi di kantin kampus dengan gadis lain. Kenapa seperti itu".
" Uhukk..." Jasmine hampir saja tersedak mendangar pertanyaan ayahnya. Makanan dimulutnya nyaris keluar "sial..siapa yang memberi tahu papa kejadian itu" batinnya. Dengan rasa was-was Jasmine menjawab ayahnya. "Iya pah...maaf. Jasmine emang kemarin ribut ma gadis yang nyebelin banget" Jasmine cemberut mengingat kejadian kemarin. Ibu Jasmine membelai lembut rambut Jasmine "Memangnya penyebab kalian bertengkar?".
Jasmine mengangkat wajah memandang ibunya " Dia yang mulai mah...dia ngehina temen Jasmine terus. Ngehina Yoga. Ya jelas Jasmine marah".
"Jasmine". Ayahnya memotong kata-katanya. "Kamu jangan dekat-dekat dengan anak itu. Dia tidak sebanding dengan keluarga kita" Ayahnya cuek sambil meminum air putih di depannya.
Jasmine tidak terima ayahnya melarang dia bergaul dengan Yoga. Dia menggerutu " Kenapa Pah?...Yoga orang baik kok". Fahri tidak suka perintahnya di tentang. Dia melotot ke arah Jasmine "Pokoknya tidak boleh".
"Tapi pah..." Sebelum Jasmine menyelesaikan kata-katanya sudah dipotong oleh Fahri "Tidak ada tapi-tapian". Jasmine cemberut dan diam. Dia kemudian bangkit dari kursinya dan segera berangkat ke kampus. "Mah aku berangkat". langsung mencium tangan mamah dan papahnya lalu keluar rumah langsung masuk ke sebuah mobil toyota Yaris keluaran terbaru. Dia menghidupkan mobil itu dan langsung melaju keluar rumah.
Di perjalanan, Jasmine memikirkan kata-kata ayahnya. Dia kesal kenapa orang tuanya tidak suka dengan Yoga. Dalam hatinya dia bertekat pokoknya dia harus bisa membuktikan bahwa Yoga adalah anak baik. Penilaian orang tuanya selama ini salah. Jasmine terus mengemudi mobilnya sampai ke kampus. Dan memarkirkan mobilnya diujung parkiran lalu masuk ke kampus.
Sesaat kemudian muncul mobil Daihatsu Sirion melaju ke parkiran setelah Jasmine meninggalkan parkiran. Dia menempatkan mobilnya di samping mobil Jasmine. Dia tersenyum kecut " Tunggulah pembalasanku nenek lampir. Lihatlah apa yang akan aku lakukan kepadamu hari ini". Alice mengepalkan tangannya memandang punggung Jasmine dari belakang. Alice sangat membenci Jasmine. Dia selalu menganggapnya saingan. Itulah mengapa Jasmine dan Alice selalu bermusuhan. Perkelahian mereka kemarin bukanlah keributan mereka yang pertama kali. Jasmine pun juga sangat membenci Alice. Jadi perkelahian kemarin tidak semata-mata disebabkan oleh Yoga. Melainkan perasaan persaingan yang kuat diantara keduanya.
Alice meraaih sesuatu dari jok belakang mobilnya. "Saatnya beraksi...".
Alice langsung meraih cat pilox warna merah yang ada di kursi belakang. Lalu keluar dan langsung menyemprot cat pilox itu ke mobil Jasmine. Dia menulisi body mobil Jasmine dengan kata-kata jorok dan menghina. "Mampus kau..." Batin Alice."Alice...Apa yang kau lakukan?". Alice terkejut dan menoleh. Tampak Yoga berdiri dibelakang Alice.Alice mendengus "Pergilah!! Bukan urusanmu!". Yoga menggelengkan kepalanya. Dia maju dan memperhatikan mobil yang di coret-coret Alice itu. Mata terbelalak "Astaga...bukankah ini mobil Jasmine" Kata Yoga sambil menatap tajam ke Alice.Alice melotot " Memangnya kenapa kalau memang mobil si cewek murahan itu!! Dia pantas mendapatkannya! Ini akibatnya kalau berani melawan aku". Alice lalu memasukkan cat piloxnya ke dalam tas lalu meninggalkan Yoga yang masih berdiri disitu.Yoga gemetar sambil menyentuh mobil Jasmine. Bagaimanapun dia merasa ini adalah kesalahan dia. Kalau bukan gara-gara dia Jasmine tidak akan berkelahi dengan
Jasmine dan Alice terus berjalan menuju gedung olahraga. Kedua gadis ini sangat cantik dan menawan. Tidak sedikit para pria yang memandang mereka berjalan hanya untuk mengagumi kedua diva kampus ini. Tetapi Jasmine dan Alice tak pernah memperdulikan mereka.Mereka masuk ke dalam gedung olah raga yang saat itu sepi. Tidak ada kegiatan satupun. Akhirnya Alice membalikkan badan berhadap-hadapan dengan Jasmine. Dia melotot ke arah jasmine “ Kau sengaja cari gara-gara denganku?” .Jasmine tertawa mendengar kalimat Alice. “ Hahaha...sungguh aku tidak menyangka kau begitu tidak tahu malu! Bukankah kau yang mencari gara-gara denganku duluan. Ingat! Siapa yang mencoret-coret mobilku! Ban kempes ga seberapa, jadi kita impas!.“ kau “ Alice maju mendekat ke hadapan Jasmine. Mata mereka bertemu. Tapi terlihat keduanya sedang menahan amarah. Wajah mereka berhadap-hadapan. Hidung mereka nyaris bersentuhan. Mereka bisa merasakan harumnya aroma nafas satu sama lain. Tangan mereka
Mereka terkejut melihat Alice dan Jasmine sudah terbaring lemas di lantai akibat perkelahian diantara keduanya. Mereka lari berinisiatif untuk menyelematkan keduanya. Saat itu kondisi keduanya sangat memprihatinkan. Wajah mereka dipenuhi dengan darah yang mengalir. Wajah Jasmine merah pucat dan darah mengalir di ujung bibirnya. Serta terdapat bekas cakaran Alice di pipi kirinya. Sedangkan Alice mengeluarkan darah dari kedua lubang hidungnya. Seketika mereka langsung pingsan. Yoga segera mengangkat Jasmine dan Rudi mengangkat Alice. “ Ayo kita bawa ke rumah sakit.” Rudipun mengangguk. “ Pakai mobilku “ Michelle mengajukan usul. Keempatnya mengangguk pertanda setuju. Mereka lalu bergegas keluar ruang olahraga dan menuju rumah sakit. *** Di rumah sakit, “ Aku sudah menghubungi orang tua Jasmine. Sebentar lagi mereka pasti akan segera sampai di sini.” Ratu mengabarkan kepada teman-temannya. “ Aku juga sudah menelpon orang tua Alice
Pria itupun langsung memanggil perawat agar Yoga segera tertangani. Dan kemudian memesankan kamar VVIP untuk perawatan Yoga. Michelle dan Anneth masih kebingungan melihat situasi tersebut. Saat Yoga mendapatkan perawatan, pria itu memanggil anak buahnya dan memberi perintah. " Cari orang yang berani melukai tuan muda! beri mereka pelajaran! " kata pria itu dingin. " Siapp " anak buahnya menjawab serempak dan langsung keluar dari rumah sakit. Pria itu lalu mengambil ponsel di sakunya dan menelpon seseorang. " Tu...tuan besar, kami telah menemukan tuan muda. tetapi kondisi tuan muda sekarang terluka karena tusukan. beberapa preman telah melukainya." Terdengar suara dingin di ponsel yang membuat pria itu bergetar. " Buat perhitungan dengan orang-orang sialan yang berani melukai putraku! kalau perlu patahkan tangan mereka! pastikan putraku dalam keadaan baik-baik saja." " Baik Tuan Besar, siap laksanakan! " Pria itu menjawab dengan hati-hati kemudian menu
Di kamar rumah sakit, Yoga sedang bersantai sendirian sambil menonton salah satu channel youtube di ponselnya. Dia sedang menikmati acara komedi yang ditayangkan di channel tersebut. Acara yang penuh dengan adegan lucu membuatnya tertawa karena terbawa suasana. Sehingga meringankan sedikit beban rasa sakit akibat tusukan kemarin. Sedang asik Yoga menonton acara tersebut, tiba-tiba pintu rumah sakit dibuka. “ Selamat pagi tuan muda, bagaimana keadaan anda? “ Sapa seorang laki-laki kekar di depan pintu. Yoga mengernyitkan keningnya menatap lelaki tersebut, “ Kau? “ “ Saya Roni tuan, Saya diperintahkan ayah anda untuk melayani tuan “ Jawab Roni dengan penuh sopan. Yoga menghela nafas panjang “ Masuklah “ Roni pun melangkahkan kaki masuk ke ruangan itu. Dia kemudian berdiri di samping tempat tidur Yoga. “ Duduklah “ Perintah Yoga. Roni pun duduk dan kemudian mengambil sebuah dokumen dari tasnya. “ Tuan muda, ada yang ingin saya sam
Yoga mengerutkan alisnya. Seketika membaca pesan dalam kertas tersebut. Tangannya mengepal. Tubuhnya bergetar. Tampak kecemasan di wajahnya. Anneth melihat ekspresi Yoga menjadi takut dan mengumpulkan keberanian untuk bertanya.“Ada apa Yoga” Tanyanya dengan hati-hati.Yoga menghela nafas panjang. Dia berkata lirih “Michelle dalam bayaha.”Anneth terkejut, “Apa yang harus kita lakukan?” Anneth menangis dan menundukkan kepalanya, “Aku tidak ingin Michelle kenapa-napa, dia sahabatku.”Yoga maju dan memeluk Anneth. “Sudah, tenanglah. Aku akan berusaha menyelamatkannya.”“Sebenarnya siapa yang melakukan ini semua?” Batin Yoga.Anneth terus menangis kemudian melepaskan pelukan Yoga. Dia memandang Yoga dengan tatapan memohon, “Yoga, aku mohon kamu harus melakukan apapun demi menyelamatkan Michelle.’’Yoga mengangguk, dia menoleh Roni yang berdiri tidak
Mereka langsung menuju ke ruang tamu yang luas. Sambil mengobrol dan bercanda sebelum ke pembahasan yang serius.“Wah rumahmu benar-benar luar biasa Ga” Rudi tampak antusias. Yoga hanya membalas dengan tersenyum.“Kalau aku tinggal dirumah seperti ini, aku akan setiap hari bersantai dan mengundang banyak wanita cantik untuk menemaniku. Benar-benar rumah yang luar biasa.” Rudi terkekeh.“Maaf sayang, kamu ngomong apa barusan?” Ratu menyipitkan matanya.“Itu, rumah yoga sangat luar biasa.” Jawab Rudi dengan tersenyum.“Sebelum itu?” Ratu menyilangkan tangannya.“Aku akan bersantai dan......glek” Rudi baru tersadar. Sebelum membela diri telinganya ditarik oleh Ratu.“Aduh, ampun” Rintih Yoga.“Dah mulai ganjen nih ya!” Ratu cemberut.Semua orang yang melihat adegan itu langsung tertawa terbahak-bahak. Mereka lalu duduk di sofa ya
Jasmine, Rudi, Ratu dan Alice telah pulang ke rumahnya masing-masing. Yoga duduk di halaman belakang dekat dengan sebuah kolam ikan hias. Dia terlihat lesu karena memikirkan Michelle. Baru saja mereka jadian malah terjadi hal seperti ini. Ponsel Yoga berdering. “Halo?” “Hei anak bodoh, dimana kau?” bentak seorang wanita di telpon. “Sial, ibu-ibu rempong!” Batin Yoga. “Saya di rumah orang tua saya bu.” “Oh sengaja ya kamu lari biar tidak bayar uang kontrakan!” Wanita itu kesal. “Tidak bu, saya akan bayar. Tolong kirimi saya nomor rekening ibu, biar saya transfer.” “Ini serius? Awas kalau kau lari lagi!” Bentak wanita itu. “Saya serius, kirim saja.” Yoga mulai kesal dengan sikap wanita itu. “Baiklah, aku akan mengirimmu lewat w******p. Awas jangan bohong!” Wanita itu menutup telponnya. Lima menit kemudian muncul notifikasi pesan w******p diponselnya Yoga. Tertera sebuah nomor rekening di layar. Yoga langsung mentr