Share

BAB 6

Suara lantang dari balik pintu terus mengganggu Yoga. Dia mengenal pemilik suara itu. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Yoga segera berlari menuju pintu untuk membukanya dan mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. " Klek...." terdengar suara pintu terbuka.

" Hei....lama amat buka pintunya! apa kau mau lari?" kata kasar keluar dari seorang wanita paruh baya yang berdiri di depan pintu sambil menenteng tangannya di pinggang. Dia melotot tajam ke Yoga.

" Ah ternyata bu Reya...maaf bu, tadi saya baru dari kamar mandi" Jawab Yoga santai. Wanita itu mendengus kesal lalu berbicara tanpa basa-basi, " Yoga...kau sudah menunggak uang kontrakan selama 4 bulan! ayo sekarang bayar!.

" Maaf bu...kasih saya waktu lagi. Saya mohon...saya akan segera melunasinya. Saat ini saya belum ada uang" Jawab Yoga dengan memohon. Tetapi bu Reya kelihatan acuh tak acuh. Dia marah mendengar jawaban Yoga " Kau pikir aku juga tidak mempunyai kebutuhan! aku juga butuh makan! anak-anakku juga harus makan! kalau kau tidak membayar bagaimana aku menghidupi keluargaku! Dasar sampah...ku beri kau waktu tiga hari lagi! Kalau tiga hari lagi kamu belum punya uang untuk bayar, angkat kaki dari sini!"

Bu Reya kemudian berbalik sambil mengumpat "Mau ngontrak ga mau bayar! tidur aja dikolong jembatan!". Bu Reya pergi tanpa menoleh lagi.

Yoga terpaku memandang bu Reya yang pergi menjauh hingga tidak tampak lagi. Dalam hatinya mengumpat pada dirinya sendiri " Hancurlah aku". Yoga kembali masuk ke dalam rumah kontrakannya. Dia langsung ke kamar untuk merebahkan badannya di kasur. Hari ini dia terlalu pusing dan lelah. Banyak masalah yang dipikirkannya. Yoga tidur terlentang sambil menatap langit-langit. Teringat dengan apa kata-kata Michelle. Yoga merasa semua yang dikatakan Michelle benar. Yoga senyum-senyum sendiri. Baru kali ini Michelle memberikan motivasi kepadanya. Ya...walaupun kata-katanya sedikit kasar tetapi tidak masalah baginya. Sejak awal dia memang selalu mengagumi Michelle. Yoga menyadari hal itu. Bohong kalau dia tidak mengaguminya. Banyak laki-laki di kampusmya yang mengejar cinta Michelle, tetapi semua ditolak. Ya maklum...Michelle adalah salah satu dari tiga bintang kampus selain Alice dan Jasmine.

Yoga terbayang-bayang Michelle tetapi dia segera menepis pikirannya. Mana mungkin gadis seperti Michelle akan menyukainya. Dia menghela nafas dan tertidur.

****

Burung-burung berkicau saling bersahutan. Ayam jantanpun tidak kalah melantunkan suara kokoknya yang nyaring dan merdu. Mengiringi naiknya sang surya menampakkan diri pertanda pagi. Terlihat sejuk sekali pagi ini. Banyak orang yang sudah lalu lalang di jalan raya, ada yang joging pagi, ada yang bersiap ke pasar dan yang lainnya. 

Di sebuah kamar yang terbilang cukup luas. Seorang gadis sedang menikmati mimpinya dibawah kehangatan selimut yang menutupi tubuhnya. Tampak seorang wanita paruh baya masuk ke kamar tersebut. Dia menggelengkan kepalanya melihat putri kesayangannya masih tertidur pulas. Dibelailah putri cantik itu "Jasmine...bangun sayang".

Jasmine hanya sedikit menggerakkan tubuhnya. Dia menguap malas "Masih pagi ma...". Jasmine langsung membalikkan tubuhnya kembali tertidur. "Hei...malah tidur lagi, cepat bangun sayang. ini udah jam enam".

Jasmine terkejut bangkit dari tempat tidurnya. lalu dia bergegas ke kamar mandi yang ada di ujung kamarnya. Ibunya hanya geleng-geleng sambil tersenyum melihat tingkah laku putri semata wayangnya itu. kemudian berbalik keluar dari kamar jasmine menuju ke ruang makan.

Seorang laki-laki paruh baya menunggu di ruang makan bertanya kepada wanita itu "Ma...mana jasmine?". Wanita itu tersenyum "Dia sedang mandi pa". Kedua orang itu tidak lain adalah orang tua Jasmine. Mereka adalah Fahri Albar dan Vaniasari. Pengusaha yang terbilang sukses bergerak di bidang properti.

" Pagi pa...ma" Sapa Jasmine sambil duduk di meja makan. "Pagi sayang" Jawab mereka berdua bersamaan. Fahri memandang Jasmine dengan mengerutkan alisnya. "Nak....bagaimana kuliahmu?. Papa dengar kamu habis berkelahi di kantin kampus dengan gadis lain. Kenapa seperti itu". 

" Uhukk..." Jasmine hampir saja tersedak mendangar pertanyaan ayahnya. Makanan dimulutnya nyaris keluar "sial..siapa yang memberi tahu papa kejadian itu" batinnya. Dengan rasa was-was Jasmine menjawab ayahnya. "Iya pah...maaf. Jasmine emang kemarin ribut ma gadis yang nyebelin banget" Jasmine cemberut mengingat kejadian kemarin. Ibu Jasmine membelai lembut rambut Jasmine "Memangnya penyebab kalian bertengkar?".

Jasmine mengangkat wajah memandang ibunya " Dia yang mulai mah...dia ngehina temen Jasmine terus. Ngehina Yoga. Ya jelas Jasmine marah".

"Jasmine". Ayahnya memotong kata-katanya. "Kamu jangan dekat-dekat dengan anak itu. Dia tidak sebanding dengan keluarga kita" Ayahnya cuek sambil meminum air putih di depannya.

Jasmine tidak terima ayahnya melarang dia bergaul dengan Yoga. Dia menggerutu " Kenapa Pah?...Yoga orang baik kok". Fahri tidak suka perintahnya di tentang. Dia melotot ke arah Jasmine "Pokoknya tidak boleh".

"Tapi pah..." Sebelum Jasmine menyelesaikan kata-katanya sudah dipotong oleh Fahri "Tidak ada tapi-tapian". Jasmine cemberut dan diam. Dia kemudian bangkit dari kursinya dan segera berangkat ke kampus. "Mah aku berangkat". langsung mencium tangan mamah dan papahnya lalu keluar rumah langsung masuk ke sebuah mobil toyota Yaris keluaran terbaru. Dia menghidupkan mobil itu dan langsung melaju keluar rumah.

Di perjalanan, Jasmine memikirkan kata-kata ayahnya. Dia kesal kenapa orang tuanya tidak suka dengan Yoga. Dalam hatinya dia bertekat pokoknya dia harus bisa membuktikan bahwa Yoga adalah anak baik. Penilaian orang tuanya selama ini salah. Jasmine terus mengemudi mobilnya sampai ke kampus. Dan memarkirkan mobilnya diujung parkiran lalu masuk ke kampus.

Sesaat kemudian muncul mobil Daihatsu Sirion melaju ke parkiran setelah Jasmine meninggalkan parkiran. Dia menempatkan mobilnya di samping mobil Jasmine. Dia tersenyum kecut " Tunggulah pembalasanku nenek lampir. Lihatlah apa yang akan aku lakukan kepadamu hari ini". Alice mengepalkan tangannya memandang punggung Jasmine dari belakang. Alice sangat membenci Jasmine. Dia selalu menganggapnya saingan. Itulah mengapa Jasmine dan Alice selalu bermusuhan. Perkelahian mereka kemarin bukanlah keributan mereka yang pertama kali. Jasmine pun juga sangat membenci Alice. Jadi perkelahian kemarin tidak semata-mata disebabkan oleh Yoga. Melainkan perasaan persaingan yang kuat diantara keduanya.

Alice meraaih sesuatu dari jok belakang mobilnya. "Saatnya beraksi...".

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status