Share

Bab 180

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-04-30 20:33:50

Wina pun menutup pintu kamar agar Tere tak mendengar suara mereka.

Anaknya harus diberikan peringatan habis-habisan, jika tidak maka ini bisa saja terulang kembali.

Dia bisa mati berdiri akibat ulah anaknya ini.

Sudah cukup putrinya yang merasakan menderita karena suaminya, jangan lagi ada wanita lainnya dan anaknya yang menjadi penjahatnya.

Tidak.

Kini keduanya berdiri di depan pintu kamar, mulut Wina tak sabar untuk segera mendengar jawaban dari sang anak dari setiap pertanyaannya.

"Zidan, apa yang kamu lakukan?" tanya Wina secara langsung.

Tidak ada basa-basi lagi dan Zidan harus menjelaskan dengan cepat tanpa bertele-tele.

"Ma, Zidan nggak sepenuhnya salah," ucap Zidan yang juga berusaha untuk membela diri.

"Kamu bilang apa?" Wina ingin sekali memukul sang anak saat ini juga.

Mungkin otak anaknya sedang berpindah dari tempatnya hingga akhirnya dia menjadi seperti ini.

"Tidak waras," gerutunya yang tidak bisa menerima jawaban sang anak.

Bahkan tangannya sudah siap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Luthfiya Rahmi
bolak balik cek blm ad tmbhan up pengennya non stop up tp kasian juga sma Authornya hihihi ...
goodnovel comment avatar
Faidhotur Rosyadi
kasihan Tere Thor buat si brengsek Zidan menyesal
goodnovel comment avatar
Susantri Kahitela
Bebannya Tere luarbiasa, 2 hari dibuat nangis sama KK Thor ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 242

    Zidan pun terbangun saat hari sudah terang, tapi dia tidak melihat keberadaan Tere. Namun, suara gemericik air membuatnya yakin jika Tere tengah berada di kamar mandi. Benar saja, sesaat kemudian Tere keluar dengan balutan handuk kimono. "Mas, udah bangun?" tanya Tere dengan perasaan tidak nyaman karena dia lupa membawa pakaiannya. Biasanya keluar dari kamar mandi dia sudah memakai pakaian lengkapnya. Cepat-cepat dia pun mengambil pakaiannya dan segera memakainya. "Mas, Tere nggak usah ikut ke kantor ya? Tere di rumah Mama aja, atau sendiri di sini juga nggak papa," ucapnya. "Kita disini saja, Mas sedang malas ke kantor," jawab Zidan. "Kita?" tanya Tere bingung. "Iya, kenapa?" "Bukannya, Mas kerja?" "Iya, tapi Mas pengen di rumah aja." Tere pun semakin was-was saja dibuatnya. "Kita pulang ke rumah Mama aja kalau gitu, soalnya Tere pengen diajarin masak," ucap Tere yang tidak ingin berdua saja di dalam rumah tersebut bersama dengan Zidan. Tapi sayangnya kei

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 241

    "Ya udah, Mas aja yang Tere pijat," katanya karena tak ingin Zidan terus memijatnya. "Nggak masalah sih, sebenarnya kita bisa saling pijatkan? Maksudnya saling bergantian," ujar Zidan. "Nggak usah, Tere nggak bisa dipijat," tolak Tere. Zidan pun menatapnya dengan serius, tapi Tere memilih untuk menatap arah lainnya. "Baiklah," Zidan pun kembali berbaring telentang menatap Tere, menunggu pijatan. Katanya menunggu pijatan, padahal ada modus yang lain yang ingin dia jalankan. Dasar otak Zidan tidak beres, tapi bagaimana pun juga dia adalah pria normal. "Mas, harusnya kan tengkurep," kata Tere. "Kan depan dulu, kemudian belakang." Jika bisa berteriak Tere ingin sekali berteriak keras karena ulah Zidan. Bahkan dia bingung kenapa bisa Zidan memintanya untuk memijat. Dia langsung memegang kulit Zidan yang biasanya masih berlapis pakaian, kini tidak sama sekali, dada pria itu terlihat sangat indah. Sial. Kenapa dia jadi begini? "Mas, tengkurep aja ya," pintanya.

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 240

    "Santai saja," kata Zidan setelah melepaskan tautan mereka. Santai? Bagaimana mungkin Tere bisa santai? Yang ada dia sangat panik karena ulah Zidan. Kemudian dia pun menangis karena tidak tahu bagaimana caranya mengatakan bahwa dirinya belum siap dan sangat takut. Tapi Zidan justru tertawa melihatnya menangis. "Kamu ini lucu sekali, kesannya Mas seperti sedang melecehkan seorang wanita," katanya sambil diiringi dengan tawa kecil. Seketika itu Tere pun berhenti menangis, mungkin dia sedang mencerna apa yang telah dikatakan oleh Zidan. Kemudian Zidan pun mulai mengusap wajahnya yang basah dengan kedua tangannya. Lalu menangkup wajah Tere dengan kedua tangannya. "Kenapa kamu harus takut? Kita sudah pernah melakukannya kan?" Tere pun tercengang, bagaikan tidak percaya mendengar pertanyaan Zidan. Tapi Zidan masih menunggu jawabannya. "Aku takut, kamu seperti orang kesurupan," kata Tere. Zidan pun mengacak rambutnya sendiri karena merasa malu. Kemudian kembali

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 239

    Keduanya pun berbelanja di supermarket dan Zidan yang mendorong troli, sedangkan Tere memilih beberapa barang yang akan dia beli. Sesaat kemudian mereka pun kembali ke rumah, Tere tampak sibuk memasak, sedangkan Zidan hanya duduk di kursi sambil terus memperhatikan dirinya. Sebenarnya dia sedang menahan diriku untuk tidak memeluk Tere dari belakang. Bayangkan saja jika itu dia lakukan? Ah kacau! Entah kenapa akhir-akhir ini otaknya agak soak dan menjadi tidak beres. Hingga dia pun mencoba untuk mendekati Tere. "Mas, butuh sesuatu?" tanya Tere. "Enggak, cuma mau tanya, apa ada yang bisa Mas bantu?" Ah, bukan itu. Sebenarnya dia ingin memeluk Tere, tapi tidak jadi karena malu dan Tere terlanjur menyadarkan dirinya dari pikirannya. "Kayaknya nggak usah deh, Mas duduk aja. Lagian Tere cuma masak yang gampang aja," ucap Tere. "Memangnya kamu masak apa?" "Udang goreng, Mas suka udang kan?" tanyanya sambil terus berkutat dengan masalahnya. "Kayaknya sekarang Mas l

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 238

    "Bukannya, Mas pulangnya sore?" tanya Tere yang melihat Zidan sudah kembali. "Kamu tidak suka?" tanyanya. "Bukan begitu, Tere cuma tanya aja, kan sebelumnya Mas bilang pulang sore," kata Tere. Zidan masih ingat dengan apa yang dia katakan sebelumnya. "Kita ke rumah lama kamu sekarang bagaimana?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Tere. Mata Tere seketika berbinar, dia tidak menyangka jika Zidan akan mengajaknya lebih cepat. "Mas, serius?" tanyanya seakan tak percaya. "Tapi kamu harus kiss di sini?" kata Zidan tiba-tiba. Glek. Senyuman manis berubah menjadi tegukan saliva yang sangat sulit, dia benar-benar tidak menyangkan Zidan akan berkata demikian. "Kenapa? Kalau kamu tidak mau sekalian saja kita tidak usah pergi," kata Zidan lagi. "Mas," Tere panik tapi dia juga bingung harus bagaimana. "Cepat, atau aku benar-benar berubah pikiran!" Tere pun mulai mendekatinya tapi dia masih begitu tegang untuk melakukan perintah Zidan. Tere pun memegang dasi Zidan karen

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 237

    "Apa dia berulangtahun?" tanya Zidan sambil menatap layar laptopnya. Kemudian dia pun segera menghubungi adiknya, dia yakin Ayunda pasti tahu. "Halo, Kak," jawab Ayunda. "Apa Tere ulang tahun?" tanyanya secara langsung. "Iya," jawab Ayunda. Kemudian panggilan pun terputus, Zidan yang memutuskannya. Dia pun meletakkan ponselnya pada meja sementara matanya terus menatap layar laptopnya dimana ada Tere disana. *** Tok tok tok. Tere pun segera meletakkan foto sang Mama pada tempat sebelumnya, kemudian dia pun membuang lilin ke tempat sampah. Setelah itu meletakkan sepotong kue yang masih di atas ranjang pada meja nakas. Tok tok tok. Tere pun mengusap wajahnya dengan cepat dan segera membuka pintu. Ternyata Wina dan Ayunda yang datang dengan membawa kue dengan lilin menyala di atasnya. "Happy birthday to you!!!!" seru Ayunda. Tere tak percaya tapi dia sangat bahagia dengan kejutan yang diberikan oleh Ayunda dan Wina. "Bukannya Mama sama Yunda arisan?" tanyan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status