Siapa yang bisa menyangka akan mengalami perubaha drastic seperti yang Grace alami? Bahkan Grace sendiri pun tidak pernah menyangkanya.*** Kali ini Grace dan Liam sudah memasuki ruangan. Di sana sudah banyak CEO luar negeri yang hadir, dan sepertinya acara juga akan segera dimulai.“Liam, oh my God, long time no see you.”“Ya, I think so.”“Is this your wife?”“You right, she is my wife. You can call her Grace,” ujar Liam yang mengenalkan Grace pada temannya tersebut.Secara spontan Grace turut tersenyum manis untuk memberikan sapaan pada teman suaminya tersebut.“A beautiful name, according to your wife’s face, liam.”“Thank you, she is beautiful,” timpal Liam yang mmebuat Grace tersipu malu.Belum pernah Grace mendengarkan Liam memujinya sekalipun, entah kali ini dikatakan secara tulus atau tidak oleh Liam, namun Grace tetap cukup senang mendengarnya.“Thank you very much,” ucap Grace yang malu menerima sanjungan-sanjungan dari rekan kerjanya Liam. Acara sudah dimulai dengan
Grace segera bergegas ke kamarnya untuk mencari dompet miliknya, setelah itu ia pun terburu-buru keluar dari kamar. Anak tangga dari lantai 2 dengan cepat ia turuni.Saat itu, Liam yang berjalan dari pintu masuk menuju ruangan tengah, Grace segera menghampirinya.“Ini uang kamu, aku kembalikan 2 kali lipat!”Uang seratus dua lembar ia berikan di depan wajah Liam. Jelas saja Liam pun bingung dengan kekesalan Grace.“Aku sudah bilang jangan dikembalikan, uangku berhamburan daripada ini.”“Tapi kamu bakal minta yang berlebihan dari ini kan?”“Bisa masak?” tiba-tiba pertanyaan ini muncul dari Liam.Grace pun menganggukkan kepalanya, “Ambil uang yang tidak seberapa ini, lalu masaklah untukku.”“Ini beneran?” Grace seakan tidak percaya.“Cepatlah, 1 jam lagi aku harus pergi.”“Mau makan apa?”“Apa pun.”Setelah mengatakan hal tersebut Liam pun masuk ke ruang kerjanya. Begitu juga dengan Grace yang mulai ke dapur, melihat bahan masakan yang kiranya dapat ia gunakan. Sayangnya, di rumah
Pagi itu Grace sudah siap berangkat menuju rumah sakit, beruntungnya tidak ada Liam. Jika ada mungkin saja ia akan dimarahi oleh Liam. Saat itu Liam akan berangkat bersama pengawal Liam. Ia segera menuju depan rumah untuk bersiap magang pertama kalinya. “Mau berangkat sekarang, Bu?”“Iya.”Sudah tiba Grace di rumah sakit, Grace segera turun, namun pengawal Liam menghentikannya sebentar untuk bertanya. “Ibu nanti pulang jam berapa?”“Malam, tidak perlu dijemput.”“Tapi Bu, ini perintah dari Tuan Liam.”“Bilang saja sama Tuan kamu seperti yang saya katakan tadi.”“Baik, Bu.”Magang pertama dipenuhi kekesalan, lelah dan pusing memikirkan hidupnya dengan luka yang tidak berkesudahan. Untuk pertama kalinya magang di rumah sakit, namun wajah Grace tidak cukup baik untuk hari ini. ditambah lagi Sisil, yang tidak ada pada 1 rumah sakit tersebut, ia berada di rumah sakit yang lainnya. Maka dari itu ia hanya memendam ceritanya seorang diri saja.Pukul 20.00“Masih di rumah sakit Grace?”
“Aku masih punya juga kartu yang lain.”“Aku tidak mau terlalu berhutang budi denganmu. Setelah ini kamu juga masih mau menyiksaku?” penasaran Grace pun bertanya.“Kalau tidak ada masalah jelas tidak akan.”Grace diam, memandangi jalanan yang panjang menuju rumah dengan memikirkan laki-laki yang ada di sampingnya ini terus menerus membuatnya berpikir setiap hari. Rasanya tiada hari tanpa memikirkan Liam. Bukan berarti Grace sudah terlalu menyukai Liam, akan tetapi ia justru mengkhawatirkan hidupnya akan bagaimana dengan Liam. Sebenarnya ia memang belum siap untuk menjalani rumah tangga dengan siapa pun. Namun, Ibunya tidak akan mengerti apapun yang dirasakan oleh dirinya. Sesampainya di rumah, mereka segera mulai membawa barang-barang yang sudah dibeli. Akan tetapi saat Grace hendak membawanya, Liam tidak mengizinkannya.“Jangan dibawa, Grace.”“Lalu bagaimana semuanya sampai di dalam rumah?”“Nanti pengawal yang akan menaruh di dalam. Bawa yang kamu perlukan saja.”Akhirnnya Gr
Grace sudah sarapan lebih pagi, meski ia ke rumah sakit pada pukul 07.00, alhasil selama dari pukul 04.30 ia hanya sibuk membaca materi karena masa magangnya tidak lama lagi akan berakhir, artinya ia akan mengalami ujian magangnya.Harinya sama seperti biasanya saja, tidak ada yang berbeda. Akan tetapi, hari ini Grace pulang magang lebih cepat sekali dari biasanya, yakni pada sore hari. Ia terlalu sering pulang saat malam hari, padahal masih dalam proses magang.“Aku hari ini pulang lebih cepat, aku pulang naik angkutan umum, tidak perlu dijemput,” ucap Grace di dalam panggilan pada Liam. Ia menghindari masalah dengan mengatakan kepulangannya ke rumah pada Liam.[“Naiklah taksi.”]“Tidak perlu, Liam.”Panggilan itu berakhir, Grace enggan naik taksi seperti yang disarankan oleh Liam. Entah mengapa meskipun Liam terkadang memperlakukan Grace dengan kasar, ia tidak pernah ketinggalan menjemput Grace dan tidak pernah membiarka
Grace terkejut ada Liam di sana, dengan paha ayam terakhir yang ada di mulutnya.“Itu yang kamu bilang tidak lapar?”“Ini karena dipaksa.”“Cepatlah selesaikan, setelah ini pulang.”Tanpa kata apa pun, Grace tetap menghabiskan makanan tersebut. setelahnya ia juga membersihkan dan membereskan benda di atas meja tersebut.“Besar juga kantormu,” celetuk Grace saat mulai berjalan menuju lift untuk menuju lantai bawah.“Bukankah kamu pernah ke mari?”“Tidak pernah, ini baru pertama kali.”“Sekarang mereka melihatmu dengan penampilan seperti ini,” ucap Liam ketika mereka hanya berdua saja di dalam lift.“Tapi aku tidak pakai yang aneh kok.”“Menurut mereka aneh.”“Letak anehnya di mana?”Liam hanya mengangkat kedua bahunya saja. Ia mengatakannya aneh namun tidak menjelaskannya.“Aku tahu.”“Apa yang kamu tahu?”“Tadi sempat dengar mereka
Ruang operasi sudah disiapkan, beberapa perawat sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Grace tiba di sana dengan sedikit terengah-engah karena dirinya memang berlari agar cepat sampai. “Grace bersiaplah, segera menyusul ke dalam ya. Enggak usah mikir hal lain. nanti lagi dibicarakan.” Seolah tahu apa yang sedang Grace pikirkan, seniornya pun memerintahkan Grace segera bersiap dan fokus pada operasi yang akan mereka lakukan. Grace memang masih dalam fase magang, namun ia cukup piawai dalam berbagai hal untuk menangasi pasien, termasuk kali ini ia diajak bergabung dalam operasi kecil. Entah operasi besar atau kecil tetap saja keduanya dinamakan operasi dan memiliki resiko. Proses operasi memakan waktu selama 1 jam lamanya dikarenakan operasi kecil namun juga beresiko karena pasien sudah memasuki usia lanjut. Selesai operasi Grace melihat jam dinding menunjukkan waktu pukul 02.30 dini hari. “Grace terima kasih banyak ya, maaf kalau merepotkan.”
Masa magang Grace sudah selesai, kini ia disibukkan dengan laporan akhir sekaligus penyusuanan skripsi yang juga hampir selesai.Usai laporan akhir, setelahnya Grace juga akan wisuda. Namun, untuk menjadi dokter tentu prosesnya tidak akan semudah itu. Ia perlu meraih pendidikan setelah meraih sarjana kedokteran. Memang banyak sekali prosesnya. Yang Grace pikirkan, ia juga bingung apakah Liam akan tetap menyekolahkannya sampai ia benar-benar menjadi seorang dokter, atau hanya sebatas ini saja.Ingin sekali Grace mempertanyakan hal tersebut pada Liam, namun teramat sulit dan takut sekali jika menanyakan hal tersenyum Liam akan marah. Meski Grace terlihat sangat tegas, ia juga memiliki sisi penakut jika sudah berhadapan dengan Liam.Bukan berarti tidak berani melawan, akan tetapi jika Liam marah dan Grace melakukan kesalahan yang sakit bukan hanya hatinya saja, tetapi juga fisiknya akan sangat mengalami kesakitan. Secara, Liam itu sangatlah kasar, dan dapat dikatakan tidak berperasaan me