“Cinta itu sungguh aneh, bukan? Dia hadir disaat tidak tepat, hanya membuat luka semakin menganga. Bahkan membuat seorang penakluk wanita, menjadi ciut dibuatnya, lucu” gerutunya, namun dapat terdengar jelas ditelingaku. Biarlah dirinya ingin mengoceh apapun yang di mau, aku tidak peduli.Dua hari lagi jadwal pembacaan ikrar talak ceraiku dengan Safeea, aku ingin tampil sempurna di hadapannya nanti, walaupun dengan keterbatasanku yang duduk tak berdaya di kursi roda. Tidak sabar rasanya untuk bertemu dengannya, saling menatap dan berbincang ringan. Walaupun kutau, itu hanyalah mimpi, tidak mungkin Safeea mau berbincang denganku, kan? ====================POV SafeeaSetelah satu bulan full aku menjalani tugas kemanusiaan di Jawa Timur, akhirnya malam tadi aku tiba di Jakarta, Mas Essa dan Tiara sengaja menjemputku di Bandara, kemudian membawaku makan malam, di salah satu resto fast food, yang identik dengan icon om badut berpakaian kuning merahnya. Sejujurnya aku ingin langsung pulan
Tanpa sempat sarapan, aku segera berangkat ke rumah sakit dengan menggunakan ojek online, yang sudah menungguku di lobby. Entah mengapa aku merasa seperti diperhatikan seseorang, namun saat kuteliti ke sekeliling depan apartemen, aku tidak mendapati apapun yang mencurigakan. Apa ini hanya perasaanku saja? Tapi aku seperti mendengar suara kamera terjepret, siapa yang memotreku?================== Merasa dikejar waktu, aku memilih untuk mengabaikan kecurigaanku, menepisnya dan mencoba meyakinkan diriku jika itu hanyalah perasaanku saja. Segera aku naik ke atas motor, meminta bapak ojol untuk cepat beranjak dari sini menuju rumah sakit. Aku tidak ingin telat untuk kesempatan besar hari ini.Sekitar dua puluh menit kemudian aku tiba di rumah sakit, setelah mengembalikan helm kepada bapak ojol, aku segera memasuki lobby, berjalan cepat ke mesin absen otomatis, menyapa sekedarnya kepada rekan sejawat yang berpapasan denganku. Aku sempat menangkap pandangan menilai dari beberapa rekan peraw
Safeea duduk tenang di sampingku, tanpa menoleh sedikitpun ke arahku. Nyeri, kami berdekatan, namun jarak tak kasat mata membentang begitu lebar. Aku berada di sampingnya, namun diabaikan olehnya, apa ini yang dulu Safeea rasakan, berada didekatku, namun selalu kuabaikan?“Baiklah, sidang pembacaan ikrar talak akan kita buka,” Degh, seperti ada sebuah tamparan yang mengenai telak ke wajahku, menyuruhku untuk bangun dan tersadar, jika sudah tidak ada sedikitpun harapan untukku meraihnya.===============Prosesi pembukaan sidang talak perceraianku dan Safeea pun di gelar, hakim ketua berbasa basi dengan menanyakan kabar kami berdua, dan hanya kami jawab sekedarnya saja, mungkin maksudnya ingin mencairkan suasana, namun sungguh itu tidak bekerja sedikitpun bagiku.Sejak kehadiran Safeea di ruangan ini, sungguh hatiku terasa sangat tidak nyaman, berdebar begitu cepat dan nyaring. Andai Safeea duduk lebih dekat lagi denganku, pasti dirinya akan mendengar suara derap jantungku yang berdetak
“Oh, jadi gitu ya, Ameera, ada bu dokter, papa di lupain, cukup tau, deh!” ucap Pak Yuda merajuk, karena merasa diabaikan oleh Ameera.“He . . . he . . . he, enggak, dong, masa Ameera lupa sama papa, kan kalau papa sudah sering jemput Ameera, kalau bu dokter kan baru hari ini, jadi Ameera senang banget,”“Ooh, begitu, okedeh, yaudah yuk, kita makan!”“Ayo!!” ucapku dan Ameera bersamaan.================= Kuhabiskan sisa hariku dengan bermain bersama Ameera, mendengarnya bicara dan tertawa membuatku ikut merasakan kebahagiannya. Ameera anak yang baik, ceria dan sopan. Kurasa Pak Yuda berhasil mendidiknya walaupun tanpa seorang pendamping yang membantunya, Ameera terlihat seperti tidak kekurangan kasih sayang walaupun hanya memiliki seorang ayah.Tepat pukul lima sore, aku tiba di depan apartemen Tiara, dengan diantarkan Pak Yuda dan Ameera, namun karena sudah terlalu sore, mereka berdua tidak turun untuk mampir. Aku baru saja keluar dari mobil Pak Yuda, saat kudapati seorang pria baru
“Bisa kali, Pak, enggak ngagetin saya!”“Habis si ibu, jalan melamun aja, mikirin siapa, sih?”“Mikirin bapak, sudah sepekan enggak ngapelin saya,” sahutku sekenanya, sebelum akhirnya aku menyesali jawabanku, setelah melihat ekspresi yang Mas Essa tampilkan. Rasain kau, Saf!!================ Aku buru – buru merentangkan tangan ke depan, demi mencegah pergerakan Mas Essa, yang seakan ingin memelukku, namun bukan Mas Essa namanya jika bisa kucegah keinginannya untuk menyentuhku, usahaku seakan sia – sia. Tubuh rampingku dengan sangat mudah masuk ke dalam dekapannya.“Kangen ya, Sayang?”“B aja, sih,”“Yakin?”“Mas, lepasin! enggak enak dilihat orang,” tukasku, mencoba melepaskan dekapannya.“Kenapa?”“Aku janda,” sahutku singkat, seperti ada duri yang menyelinap, saat aku mengatakan hal itu.“Lalu?”“Mas, semua orang tau sekarang kalau aku janda, aku enggak mau disebut janda gatal, karena main peluk – pelukan sama pria lain, bahkan di saat masa iddahku belum selesai,”“Katanya kangen
Kutarik nafas panjang dan membuangnya perlahan, berharap dapat membuat diriku menjadi lebih tenang. “Siapa, Mas?”“Sini, Bun!” Oh Tuhan, ku dengar suara langkah yang mendekat, bagaimana ini? “Kejutaaannn . . .” teriak Mas Essa, ketika bunda berdiri tepat di hadapanku.================ POV AutorSafeea merasa sangat canggung berada di kediaman keluarga Adriyan, dirinya merasa telah menyakiti Adriyan dan keluarganya, karena pernikahannya dengan Damar. Safeea mencoba menyiapkan hatinya, jika sebentar lagi, mungkin dirinya akan mendapat perlakuan buruk dari bunda dan adik – adiknya Adriyan.Seorang wanita paruh baya, terlihat sangat terkejut, melihat wanita yang dulu begitu akrab dengannya, seorang anak yang sudah dianggapnya seperti anak kandungnya sendiri. Sebagai seorang ibu, Dania - bundanya Adriyan, tentu merasa sedikit terluka dengan pilihan Safeea yang menikah dengan pria lain, dan meninggalkan putranya.Namun di satu sisi, dirinya juga prihatin dengan cerita yang putranya samp
"Mantan istrimu itu merekam semua pembicaraan mereka, selama di dalam mobil,""Dari mana kamu mendapatkan informasi itu?""Dia menghubungiku, mengajak bertemu bersama dengan pengacaranya, kemudian memberikan informasi ini, foto yang ku kirimkan tadi, itu dari kamera CCTV. Kau harus berterima kasih kepadanya, Mar, karena dia sudah memberikan bukti yang kuat, untuk menjebloskan mereka ke penjara, itupun jika kau mau," ungkapnya, membuatku terdiam. Safeea melakukan ini untukku? apa itu artinya dia masih peduli kepadaku?===================== Aku mencari nomer ponsel Tiara, mencoba menghubunginya untuk menanyakan berita yang Jerryan sampaikan. Ternyata benar, semua yang Jerryan katakan sesuai dengan informasi yang kudapatkan langsung dari Tiara. Bahkan Tiara juga mengatakan, jika di dalam mobil, Safeea mengalami pelecehan verbal dan nyaris kena pukul oleh papa mertuaku.Hatiku panas mendengarnya, membayangkan Safeea berada dalam posisi sulit ketika berada satu mobil dengan papa mertuaku
"Lalu tinggal di mana kamu selama ini? aku tau, kamu tidak memiliki cukup tabungan untuk sebuah tempat tinggal, bahkan, selama menikah kamu tidak pernah mengambil sepeserpun uang yang aku berikan. Dari mana kamu dapat memenuhi segala kebutuhanmu selama ini, Saf? Apa dengan mengemis kepadanya?" sinis Damar berujar, menyebar tuduhan tidak berdasar, efek dari rasa cemburunya.Safeea tidak tahan dengan tuduhan yang Damar tujukan kepadanya, hatinya sakit, tidak menyangka jika tidak ada perubahan sedikitpun, pada diri mantan suaminya. Safeea memilih meninggalkan pertemuan, dan mengajak Adriyan untuk pergi bersamanya.=================Suasana menjadi sangat tidak nyaman, kepergian Safeea meninggalkan pertemuan, yang bahkan baru saja di mulai, membuat hati Damar semakin tidak karuan. Melihat Safeea pergi bersama Adriyan di depan matanya, seakan memunculkan rasa sakit yang diam – diam menyelinap di lubuk hatinya.Andai dirinya dapat berjalan, Damar ingin sekali menarik paksa Safeea, untuk te