Share

Kecewa (Abiyan Pov)

Author: Nada Qotrun
last update Last Updated: 2023-05-10 09:56:32

  Gagal sudah rencana berlibur ku dengan Berliana ke Makassar. Aku relakan tiket pesawat kami karena adanya permasalahan antara kita berdua. Oh tidak, lebih tepatnya masalah yang ibuku timbulkan.


  Lagi dan lagi ibu membuat ulah dan mengganggu rumah tangga kami. Kali ini aku tidak akan tinggal diam, ibu sudah kelewat batas dengan memperkenalkan Dina kepada Berliana. Ibu sukses membuat Berliana naik pitam, dan sekarang wanita itu tengah menuntut penjelasan mengenai siapa Dina dan hubungan seperti apa dulu wanita itu dengan ku.


  Brakkk


  "Abiyan! Apa-apaan sih kamu. Datang-datang banting pintu rumah. Kenapa?!"


  "Seharusnya aku yang tanya, kenapa bu? Kenapa ibu lancang sekali?"


  "Lancang apa sih? Gak jelas banget kamu ini!"


  Aku mengacak rambut frustasi, kepalaku terasa berat memikirkan ini semua. Di satu sisi rumah tanggaku sedang runyam, Berliana menuntut penjelasan dan ibuku biang permasalahannya. Harus apa aku? Harus bagaimana agar bisa memberi pengertian kepada ibuku tanpa menghilangkan rasa hormatku sebagai anaknya.


  "Kenapa bu?"


  "Kenapa apa sih?"


  "Kenapa ibu ganggu rumah tangga ku lagi? Kenapa bu? Kenapa harus memperkenalkan Dina pada Berliana? Kenapa bu?"


  "Kenapa bu! Jawab!"


  ***


  Berliana meninggalkan rumah, pikirannya sedang kacau tidak karuan. Sejak tadi ia uring-uringan sendiri dan Sania yang menjadi pelampiasannya.


  It's okay kalau memang benar Tari menginginkan dia dan Abiyan berpisah. Tapi itu bagaikan sinyal perang yang dikirimkan sang mertua untuk Berliana. Karena selama ini Berliana cukup diam dan melihat sejauh mana ibu mertuanya berani bertindak. Ternyata sampai di titik ini, "Gue mau ibunya Abiyan minta maaf langsung ke gue."


  "Mustahil."


  Berliana menatap spontan ke arah Sania, wanita itu tengah asik meminum kopinya. "Kenapa? Mustahil suami lo bisa buat ibunya minta maaf sama lo. Juga, nenek lampir itu gak bakal mau lah ngerendahin dirinya dengan dia minta maaf ke menantu—eh kayaknya ke wanita yang gak dia suka. Iya kan? Ibu mertua lo enggak suka sama lo kan? Lo bukan menantu yang dia inginkan Lin."


  "Arggghhhh gak tahu lah, pusing gue lama-lama. Kayaknya rumah tangga gue semakin hari makin banyak aja masalahnya, prahara nya ituloh ada aja. Tapi kalau mertua gue gak ikut campur, kayaknya pernikahan gue sama Abiyan adem ayem deh."


  "Gak cuma mertua lo aja biang kerok nya, tapi ipar-ipar lo juga tuh."


  "Makanya, pembelajaran buat kita. Mending nikah sama orang yatim piatu, gak punya kakak gak punya adik. Beres gak ada masalah dari keluarganya." lanjut Sania.


  "Ngawur."


  ***
  "Cinta lama itu gak gampang ilang gitu aja, pasti masih ada sedikit yang tersisa di hati kamu."


  "Ibu tahu kamu sekarang sama Berliana. Pernikahan kalian juga udah menginjak tahun keempat. Tapi Abiyan, dengarkan ibu, kamu juga butuh pewaris, butuh anak buat jadi penerus kamu. Toh sekarang Berliana juga mandul, gak bisa kasih kamu keturunan—"


  "Dia gak mandul! Kami juga sedang program kehamilan bu. Semua butuh proses, gak semuanya harus instan!"


  "Oke, tapi apa selama ini kamu gak kepingin gitu punya anak. Jadi ayah di usia kamu yang sekarang ini, padahal seumuran kamu semuanya udah punya anak loh. Gak kepingin?"


  Menjadi seorang ayah adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi para suami di luar sana. Sebelum menikah dengan Berliana pun, Abiyan sudah membayangkan memiliki keluarga bahagia dengan dua anak, laki-laki dan perempuan. Tapi mungkin Tuhan berkehendak lain, sampai sekarang pun Berliana masih belum diberi kesempatan untuk mengandung.


  Sudah berbagai cara mereka lakukan, tapi dokter pernah memvonis bahwa Berliana sulit untuk hamil. Sulit, bukan tidak bisa hamil. Jadi masih ada kemungkinan meskipun itu kecil.


  Siapa yang tidak mau menjadi ayah, Abiyan sangat ingin memiliki seorang anak dari wanita yang dia cintai. Tapi apa boleh buat, mungkin belum waktunya. Mungkin Tuhan masih ingin melihat dia dan sang istri berusaha dan bersabar lagi.


  "Berliana bukan menantu yang ibu inginkan Abiyan. Bukan Berliana yang ibu inginkan buat jadi istri kamu. Seharusnya kamu sadar itu."


  Abiyan menoleh, ibunya benar-benar tidak bisa ia mengerti. "Kalau bukan Berliana, lalu siapa bu? Dina?"


  "Iya. Dina. Ibu sejak dulu sudah cocok dengan wanita itu, tapi sayang duli takdir tidak berpihak pada kita. Tapi sekarang—"


  "Ah, Abiyan paham sekarang. Disini ibu hanya memanfaatkan Berliana? Ibu cuma memanfaatkan istriku saja kan untuk menggapai keinginan ibu. Apa itu benar?" mata Abiyan memerah, dia mencoba menahan emosinya.


  Sekali lagi, dia mengingatkan diri kalau wanita baya di depannya ini adalah ibu yang sudah melahirkannya.


  "Iya. Itu benar. Dari dulu ibu gak setuju kamu sama wanita itu. Dia anak orang kaya, mau bagaimanapun juga orang kaya akan tetap merendahkan kita si orang miskin. Dia akan merasa lebih unggul dan bisa semena-mena sama kita—"


  "Apa pernah Berliana semena-mena sama ibu?!"


  Tari terkejut, Abiyan membentak nya.


  "Apa pernah dia merendahkan ibu? Merendahkan aku? Merendahkan keluarga kita?"


  "Yang aku tahu, istriku lah yang mengangkat derajat kita, perekonomian kita dan menjadikan kita sampai di titik ini. Dan apa ini balasan ibu untuk dia? Ya Tuhan, aku gak nyangka kalau jalan pikir ibu selama ini begini."


  "Terserah apa yang kamu bilang, ibu tetap ingin kamu kembali sama Dina. Kita sudah kaya, ayah nya Dina sudah pasti memberi restu."


  "Enggak!"


  "Kenapa enggak? Dina bisa kasih kamu anak. Dia wanita subur, dia pasti bisa ngasih kamu keturunan gak kayak istri kamu yang mandul."


  "Sampai kapanpun juga aku gak akan tinggalin Berliana hanya karena masalah sepele kayak gini. Bagiku anak itu nomor dua setelah istriku. Lagian pernikahan itu gak melulu tentang anak."


  "Tapi anak yang menjadi alasan pernikahan itu bertahan."


  Sorot mata Abiyan memancarkan kekecewaan yang mendalam kepada ibunya. Ibunya sendiri ingin menghancurkan pernikahannya dengan wanita yang dia cintai.


  Tidak. Memikirkan berpisah dengan Berliana saja rasanya Abiyan tidak sanggup. Bukan berat karena istrinya dari keluarga kaya, tapi Abiyan sangat mencintai wanita itu.


  Jika anak menjadi alasan untuk sebuah pernikahan bertahan. Maka Abiyan akan menjadikan cintanya sebagai alasan untuk dia bertahan bersama-sama dengan Berliana. Dia yakin suatu saat Tuhan akan memberikan kepercayaan kepada mereka untuk menjadi orang tua. Mungkin ini bagian dari ujian rumah tangganya. Ini badai kecil, bukan badai yang sesungguhnya.


  Abiyan meyakinkan dirinya, bahwa Tuhan punya takdir yang begitu indah untuk dirinya dan wanita yang dia cintai


  Ya, bahagia seperti ending yang dia inginkan.


  "Tetap bersama Berliana, tapi jadikan Dina sebagai istri kedua kamu. Ibu juga mau seorang cucu."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Juga Bisa Selingkuh, Mas!   Aku Bahagia?

    Berliana duduk di ruang tamu, merenungkan perjalanan panjang yang telah dia dan Abiyan lalui beberapa waktu dalam memperbaiki rumah tangga mereka. Beberapa bulan terakhir ini, mereka berhasil menyelesaikan masalah-masalah mereka dan merasa hubungan mereka semakin membaik setiap harinya. Berliana merasa tenang dan bahagia jika terus seperti ini. Ya, Berliana harap ini akan bertahan dengan waktu yang lama.Berliana tersenyum puas, ketika melihat suaminya datang menghampirinya, “Mas, akhir-akhir ini rasanya rumah tangga kita semakin harmonis. Aku merasa tenang dan bahagia.”Abiyan duduk di sebelah Berliana, merangkul pinggang wanita itu, “Iya, aku juga merasakannya. Ini adalah hasil dari kerja keras kita bersama dan tekad kita untuk memperbaiki hubungan kita. Aku sangat senang melihatmu bahagia, sayang.”“Terima kasih, mas. Aku benar-benar merasakan perubahan dalam hubungan kita. Dan yang terpenting, tidak ada lagi gangguan dari ibu dan adik-adikmu. Rasanya lebih intim dan kita bisa foku

  • Aku Juga Bisa Selingkuh, Mas!   Quality Time

    Abiyan dan Berliana duduk di balkon kamar mereka, sinar matahari senja menerangi wajah mereka yang penuh harapan. Setelah melewati beberapa masalah rumah tangga, mereka memutuskan untuk mulai menyelesaikan konflik mereka dan berniat untuk menjadi lebih saling terbuka lagi.Ya, setelah pergulatan sebagaimana suami istri lakukan, Abiyan membuka topik pembicaraan yang mengarah pada masalah yang menimpa mereka beberapa waktu lalu.Awalnya Berliana tidak ingin membahas hal itu dan memutuskan akan mencari tahu sendiri. Lagipula dia tidak puas dengan jawaban yang suaminya berikan.Tapi, pagi itu Abiyan memberikan janji bahwa sepulang dia dari kantor, dia akan menyelesaikan semua masalahnya dengan Berliana. Mau bagaimana lagi, Berliana membuka pintu, mengizinkan bila pria itu ingin menyelesaikan kesalahpahaman diantara mereka berdua.Abiyan menggenggam tangan Berliana dengan erat, “Sayang, aku ingin kita mulai mengatasi masalah kita dengan lebih jujur. Aku merasa kita perlu menjadi lebih terb

  • Aku Juga Bisa Selingkuh, Mas!   Suami Kamu Punya Selingkuhan Ya?

    “Tumben lo ngajak gue keluar? Lagi ada masalah ya?”“Gak juga sih. Ya gue cuma pingin aja keluar. Kenapa? Lo keberatan ya Lin?”“Hooh sepertinya. Hahaha.”Mereka berdua terlibat obrolan singkat, sampai pada Sania yang menyinggung persoalan rumah tangga sahabatnya. Berliana.“Gimana masalah lo sama Abiyan? Aman kan?”“Iya. Kemarin kita baikan, dan dia juga udah minta maaf buat kesalapahaman antara kita.”“Ya okelah kalau gitu.”Berliana memperhatikan raut wajah Sania, yang seolah ragu dengan ucapannya sendiri.“Kenapa San?”“Gapapa, emangnya kenapa?”“Lo kayak gimana gitu pas dengar gue udah baikan sama Abiyan. Kenapa?”Yap, tepat sekali. Berliana sangat pintar membaca ekspresi wajah, apalagi Sania yang tidak pandai menyembunyikan mimik wajahnya.“Hmm gimana ya Lin. Gue bingung mau ngomongnya.”“Bingung kenapa?” tanya Berliana. Wanita itu dibuat penasaran dengan perkataan Sania.“Hmm, sorry nih ya. Tapi, suami kamu punya selingkuhan?”***Atas dasar apa Sania bertanya seperti itu.Sani

  • Aku Juga Bisa Selingkuh, Mas!   Aku Cinta Kamu Mas!

    Berliana duduk di balkon kamar, menatap ke luar dengan wajah penuh kecemasan. Dia merasa sangat sedih dan takut kehilangan Abiyan. Mereka baru saja berbicara dan mencoba menyelesaikan masalah rumah tangga mereka yang sempat terguncang masalah.Abiyan masuk ke kamar dengan wajah yang agak tegang. Dia merasa sangat lega bisa membicarakan masalahnya dengan Berliana, tapi masih ada kekhawatiran di hatinya.Dia berjalan mendekati Berliana dan memegang merangkulnya dari arah belakang."Sayang, aku minta maaf atas semua masalah yang terjadi di antara kita. Aku mencintaimu dan tidak ingin kehilanganmu." ungkap Abiyan. Pria itu menarik tubuh sang istri, di peluknya dengan erat.Berliana menatap Abiyan dengan wajah bingung, namun juga merasa lega dan bahagia mendengar perkataan Abiyan.“Aku juga mencintaimu, mas. Dan aku merasa sangat bersyukur bahwa kita bisa bicara dan menyelesaikan masalah kita.”Ya, tadi pagi sekitar pukul 7. Abiyan sudah balik dari luar kota dan langsung menemui Berliana u

  • Aku Juga Bisa Selingkuh, Mas!   Flashback (satu)

    Suasana pagi di rumah Ibu Abiyan, begitu terasa tenang. Abiyan duduk di ruang tamu sambil sesekali membaca email yang masuk dan mengerjakan proposal perusahaan. Rencananya ia akan balik ke Jakarta hari ini dan meluruskan semua masalahnya dengan Berliana yang semakin merambat kemana-mana.Abiyan juga sudah berbicara dengan ibu dan ketiga adiknya. Menegaskan kepada mereka, bahwa tak seharusnya mereka memperlakukan Berliana seperti itu.Abiyan juga mengungkit-ungkit kehidupan mereka dulu, yang serba kekurangan. Tapi setelah dirinya menikah dengan Berliana, wanita itu mengangkat derajat keluarga Abiyan. Abiyan mengingatkan hal itu, agar keluarganya juga menyadari seberapa berjasanya Berliana bagi kehidupan mereka.Saat sibuk membaca email yang masuk, tiba-tiba bel pintu berbunyi. Sedangkan tak ada orang di rumah, Ibunya pergi entah kemana dan adik-adiknya sejak tadi tidak keluar dari dalam kamar. Mau tak mau Abiyan lah yang membukakan pintu untuk tamu. Tapi saat membuka pintu, Abiyan ter

  • Aku Juga Bisa Selingkuh, Mas!   Merampas Hak Milik Berliana

    Berliana duduk di ruangan HRD. Ia memperhatikan sekitar dan tatapannya kembali terpusat pada satu map yang berisi laporan keuangan perusahaan selama setahun terakhir. Empat orang duduk dihadapan Berliana, meliputi HRD, kepala staf keuangan, karyawan dan Anastasia yang merupakan sekertaris pribadi suaminya."Sesuai yang ibu minta, ini laporan keuangan perusahaan selama setahun terakhir.""Boleh di jelaskan?""Baik Bu."Rasanya oksigen di ruangan ini semakin menipis, Berliana ketakutan sendiri dengan apa yang akan dia dengar setelah ini. Kebohongan apa lagi yang akan Berliana ketahui.Andai semalam tidak ada notifikasi dari bank, mungkin hari ini Berliana tidak akan ke perusahaan. Dan Berliana tidak akan se khawatir ini pada Abiyan."Tidak ada yang aneh selama setahun ini. Tapi dua tahun terkahir Pak Abiyan melakukan transaksi sebesar 3M untuk membeli rumah di daerah Jakarta Selatan. Lalu di bulan Januari ada pengeluaran sebesar 567 juta untuk pembelian tanah di daerah Bandung. Dan bebe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status