“Huhuhu, Minna apa yang sebenarnya terjadi denganmu? Apa yang sebenarnya terjadi, sayang?” Martha masih meraung di hadapan tubuh putri kesayangannya.Semakin dipikirkan, dia semakin tidak mengerti. Apalagi melihat suaminya yang bersikap dingin dan cuek seolah memang menginginkan kematian putrinya.Otaknya terus berpikir. Dia, kemudian mencoba menghubungi Nick untuk memecahkan keraguan.“Ada apa, Tante? Kenapa meneleponku? Aku kan sudah bilang, suruh Minna menemuiku dan dia jangan terus bersikap bodoh!” cetus Nick saat masuk dalam panggilan.Melihat reaksi Nick, Martha seolah yakin kalau pelaku yang dia tuduhkan pada Nick, ternyata bukan.“Apa kau nggak bertemu Minna pagi ini?” kata Martha seperti memancing, kalau jawaban Nick meragukan atau ada suaranya yang terdengar kikuk dia pasti menemukannya.“Hah, dasar Minna bodoh, mana ada dia bertemu denganku. Aku disini masih menunggunya, tapi sampai detik ini barang hidungnya pun belum muncul,” dengus Nick semakin menambah keyakinan Martha
Josep pun sama terkejut. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Minna, Minna, bangun, sayang. Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang melakukannya?” teriak Josep.Dia langsung terguncang saat melihat kondisi anaknya yang mengenaskan.Tubuhnya dipenuhi luka dan lehernya masih terlihat bekas jeratan seseorang.Lalu dia tiba-tiba memalingkan wajahnya pada sang istri. Mencoba membangunkan, Martha hanya pingsan sebentar. Kemudian dia, menatap wajah suaminya penuh curiga.“Apa ini semua perbuatan mu? Kau mem bunuh putri kita, Josep. Kau benar-benar sudah buta dan tega! Hatimu benar—benar kejam, Josep!” raung Martha.Dia sedih karena kehilangan anaknya. Juga kecewa pada suaminya yang sudah berubah sikapMartha memukuli dada suaminya. Meminta penjelasan.“Apa yang harus aku jelaskan. Ini bukan salahku. Aku nggak melakukan apapun padanya. Aku kesini, ingin meminta pertanggung jawabanmu,” dengus Josep.Sebagai seorang ayah, sepertinya dia sudah tidak peduli anak dan istrinya hidu
“Ayo teriak, Minna, ah ah ini benar-benar enak sekali!” suara Nicholas seperti sedang menghentakkan dengan penuh semangat.Dia kemudian mengambil ikat pinggang yang dilemparkannya tadi. Tidak jauh dari tangan Minna.“Ah sa sakit, Nick. Aku mohon hentikan. Kau benar-benar orang gila!” cerca Minna.Dia bukan hanya dijadikan bulan-bulanan tapi, Nicholas memang punya kelainan psikis.“Yang lebih keras bodoh, ah ah!” ucap Nicholas masih terus mengabaikan Minna.Dia masih asik melakukan gerakan naik turun di kepemilikan Minna. Sedangkan Minna bukan merasakan enak. Dia menangis lebih keras.“Kau ini harus bisa memuaskan aku. Sebelum aku bisa mendapatkan kakakmu itu, kamu yang harus aku jadikan kelinci percobaan. Aku nggak boleh kasar sama dia.”“Kau tahu, aku sedang berpikir, siapa yang akan lebih hebat saat di ranjang. Apa itu kamu atau kakakmu itu, ah ah!”ucap Nicholas, dia kemudian menaruh ikat pinggang tadi di leher Minna dan mulai menjeratnya dengan keras.“Nah, ah ah benar seperti in
Setelah semalaman Minna sulit tidur. Pagi ini dia berencana untuk mengakhiri semua kekesalan hatinya.Minna harus bisa membuat ayahnya kembali pulang. Apapun caranya.Tanpa ibunya ketahui, dia yang sudah tahu dimana pasti keberadaan sang ayah, Minna merasa harus mendatangi mereka.Tepat mobilnya terparkir tidak jauh dari kediamanan wanita simpanan ayahnya. Minna masih memantau dari kejauhan.Dia harus melihat kondisi sekitar. Rencananya, dia ingin melabrak wanita simpanan ayahnya.Dia merasa harus menegakkan keadilan untuk ibunya.Tak lama sesuai dengan dugaan, Minna melihat mobil ayahnya keluar dari rumah tersebut dan dibarengi dengan kepergian mobil itu, Minna benar—benar melihat seorang wanita.Seperti yang dikatakan ibunya, wanita itu memang tidak berbeda jauh dengan dirinya. Masih sangat muda dan sudah memiliki seorang anak.“Dasar papa nggak berperasaan. Papa benar—benar sudah menghianati mama. Bisa—bisanya dia menyembunyikan hubungan mereka,” geram Minna mengomentari sosok wa
“Ada apa tanda tanya kenapa seharian ini kau sulit dihubungi?” Nick sedang berada dalam panggilan Minna.Sejak pagi siang dan sore Nick coba menghubunginya, Minna terus menghindar.Selain ada alasan lain karena ibunya sedang mengikuti sang ayah. Minna juga tidak ingin dijadikan bulan-bulanan oleh Nicholas.Dia tidak mau jadi alat pelampiasan saat Nicholas marah. “Aku sedang sibuk dengan mama, jadi untuk sementara waktu sebaiknya kita tidak bertemu dulu,” kata Minna menghindar.Dia sedang mencari cara untuk membalas dendam pengkhianatan ayahnya. Bagaimanapun ibunya tidak boleh menderita. Mina ingin ayahnya juga mendapatkan pembalasan setimpal. Hal itu sedang dia pikirkan, dan benar-benar dia akan melakukannya. “Pokoknya aku tidak mau tahu, besok pagi kita harus bertemu. Aku benar-benar kehilangan kontak dengan kakakmu itu!” Suara Nicholas terdengar frustasi dan dia berpikir harus mencari cara agar bisa menemuiku. “Apa kau lupa, kemarin kau sudah tahu. Karena kau tidak berhasil m
“Dasar, laki-laki kaku dan dingin. Dia tadi beneran menembakku?” bisik Rena dalam hati. Di dalam mobil dia masih sedikit terbayang dengan kejadian tadi.Rick mengamati. Anaknya sudah dalam pangkuan Rena dan tertidur.“Ah, maaf, tadi saya tidak menjawab telepon Tuan,” kata Rena, dia merasa tidak enak hati karena mengabaikan panggilan telepon dari Rick.“Em, tidak masalah. Yang terpenting saat ini kau sudah setuju untuk mengasuh Belinda,” ucap Rick penuh makna.Meski sedang fokus menyetir, dia melirik ke arah Rena. “Tadi itu …,” Rena sedikit ragu untuk mengatakan, tapi dia sadar tidak boleh mengabaikan perasaan Billy setelah dia mengungkapkan. “Aku mengerti. Tapi, jika memang dia keberatan, beritahu aku secepatnya!” Sepertinya tidak perlu dijelaskan, Rick sudah memahami posisi gadis itu. “Em, dia tidak masalah. Dia bukan orang yang berpikir sempit dengan melarangku bekerja,” kata Rena, dia berbicara seolah sudah memiliki hubungan yang lama dengan Billy.Setidaknya Rena harus memberi