Share

Awal Pernikahan

Tebet-jakarta

        Malam hari Bella di antar oleh Pak Arka dan juga Pak Andi sampai di depan apartemen milik Veron, suaminya. Lorong apartemen yang kelihatan sangat sepi sekali membuat Bella takut karena baru kali pertama ini ia menginjakkan kakinya di rusun mewah seperti ini. Bella menghirup nafas dalam kemudian menghembuskannya pelan dari mulut mencoba menenagkan dirinya sendiri jika pria yang ada di dalam sana tidak akan pernah menyakitinya.

        Bella menoleh kearah Pak Arka yang ada di sampingnya, "Papa, apakah Mas Veron ada di dalam?" tanya Bella. Dia sangat takut jika harus berada di dalam apartermen sebesar ini sendirian.

       "Iya Nak, Veron ada di dalam kamu masuk saja nanti beberapa hari lagi Papa akan datang berkunjung," ucap Pak Arka mencoba menenangkan Bella. Pria paruh baya ini bisa melihat dengan jelas guratan kecemasan di wajah cantik menantunya.

        "Iya, Papa dan juga Pak Andi hati-hati di jalan," ucap Bella seraya mengecup punggung tangan Papa mertuanya itu.

      "Kamu juga hati-hati dan jangan keluar rumah sendirian karena akan sangat berbahaya." Selesai bicara Pak Arka langsung pergi menjauh dari tempat ini.

       Kini Bella sudah masuk kedalam apartemen yang memiliki satu ruangan kamar saja, apartemen ini sangat besar dan juga begitu mewah bahkan semua perabotan di dalamnya juga begitu lengkap. Bella bisa melihat betapa megah rumah yang akan dia tempati ini.

       "Mas Veron dimana kamu?" Teriak Bella beberapa kali menyerukan kalimat yang sama dengan celinggukan kesana-kemari mencari sosok suaminya.

       "Berisik sekali kau ini," teriak seseorang pria dari arah belakang Bella berada saat ini.

      Bella langsung memutar tubuhnya menghadap suara pria yang ada di belakang punggungnya, Bella langsung membulatkan bola matanya dengan begitu sempurna ketika ia melihat pria tampan yang mengganggunya waktu sarapan pagi di hotel yang ada di kota Surabaya tadi.

      

       "Loh kenapa kamu yang ada di sini Mas? Bukankah tadi Bella memanggil nama Mas Veron," tanya Bella dengan menatap kearah pria yang ternyata adalah suaminya sendiri tapi Bella belum mengetahuinya.

       "Aku adalah Veron, Suamimu," jelas pria itu dengan menajamkan pandangannya. Bella bergidik ketakutan melihat mata nyalang pria itu.

        "Kau jangan berbohong Mas, kau kira aku ini sudah lupa ingatan? Jelas sekali yang datang untuk melamar aku waktu itu bukanlah kamu," ucap Bella dengan memundurkan langkah kakinya takut. Bella merasa terancam berdua dengan pria di hadapannya saat ini hingga bella mundur beberapa langkah kebelakang.

      Bella langsung mengambil ponsel yang ada di dalam saku celana jeans miliknya, tanpa tunggu waktu panjang Bella langsung mengeser layar di ponselnya dan menghubungi Papa mertuanya. Pada deringan pertama telepon tersebut langsung di angkat oleh Pak Arka.

      "Assalamualaikum Pa," ucap Bella di telepon dengan suara tergagap.

      "Walaikumsallam, apakah kamu sudah bertemu dengan Veron?" tanya Pak Arka. Dari cara bicara Bella pria paruh baya itu sudah mengetahui jika anak menantunya tersebut sudah bertemu dengan Veron yang asli.

      "Saya belum bertemu dengan Mas Veron. Tapi saya justru bertemu dengan pria yang sempat sarapan dengan kita tadi pagi, dan pria itu mengatakan jika dia adalah Mas Veron yang asli," jelas Bella lagi masih tetap menjaga jarak dengan pria berwajah datar di hadapannya saat ini.

      "Biar Papa jelaskan, yang kamu lihat tempo hari itu adalah tukang kebun di rumah Papa," berhenti sejenak memberikan jeda untuk kelimatnya. "sedangkan pria yang berada di hadapan kamu saat ini adalah Veron, putraku," jelas Pak Arka lagi.

      "Kenapa kalian berdua berbohong?" tanya Bella tidak mengerti. 

    Pak Arka menjelaskan apa yang terjadi sejak awal dan mengenai syarat yang di berikan oleh Veron kepadanya. Bella membutuhkan waktu untuk mencerna apa yang terjadi saat ini, dan setelah dia mengerti apa yang sedang terjadi barulah panggilan telepon tersebut di akhiri.

        "Sekarang kau sudah percaya jika aku Veron yang asli?" Ucap Veron dengan menatap kearah Bella sinis.

         Dengan susah payah Bella mencoba menelan ludahnya sendiri, dia begitu shock mengetahui jika pria yang menikah dengannya ternyata orang yang masih mudah dan juga begitu tampan walaupun usia mereka terpaut sangat jauh.

       "Ya," jawab Bella singkat.

      "Kita menikah karena perjodohan dan aku tidak pernah mencintai kamu! Jangan pernah kamu ikut campur apa yang akan aku lakukan. Paham," ucap Veron dengan lugas.

      "Pa. . .paham," sahut Bella dengan menundukkan kepalanya. 

     Sakit tidak berdarah itulah yang saat ini sedang Bella rasakan, tapi apa yang bisa ia lakukan karena ini semua sudah menjadi takdirnya, demi Airin Bella tidak boleh menyerah karena ia sudah mengambil pilihan sejauh ini.

   

    _ _ _

       Pukul 06.30, 

       Bella sedang menyiapkan nasi goreng dengan telor ceplok untuk sarapan pagi suaminya, kini dia beralih membuat kopi panas untuk sang suami. Bella sempat bertanya pada Pak Arka mengenai apa saja yang di sukai dan tidak di sukai oleh suaminya. 

             

    Bella menaruh satu cangkir kopi di atas meja makan kemudian dia mulai menarik satu kursi kosong dan mendudukkan tubuhnya di sana. Bella merasakan lelah sekali karena semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Veron menyuruhnya untuk tidur di bawah lantai tanpa mengunakan alas satupun selimut, Bella sudah terbiasa dengan itu semua, tapi tidur di kamar ber-AC itu hal baru untuknya! Apa lagi Veron dengan sengaja menyetel volume ac dengan suhu yang paling dingin hingga membuat sendi-sendi Bella terasa ngilu, bahkan semalaman dia terus mengigil kedinginan.

    

 _ _ _

        "Mas Veron bangun kita sarapan bersama Mas," ucap Bella dengan mencolek lengan Veron dengan jari telunjuknya.

        Sebenarnya Bella sangat malas berhubungan dengan pria yang tidak pernah memperlakukannya dengan baik ini namun sebisa mungkin Bella melakukan tugasnya sebagai seorang istri dengan baik. Ini semua bukan karena Bella mencintainya namun melainkan karena dia melakukan kewajiban sebagai seorang istri saja dan tidak lebih dari itu.

        "Diam kau cerewet! Aku mau makan ataukah tidak itu bukan urusanmu," ucap Veron dengan mata masih terpejam dan tangan pria itu mendorong tubuh Bella dengan kasar sampai Bella terjatuh ke lantai.

        Veron tidak sengaja melakukan hal itu, sontak dia langsung terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara Bella mengadu kesakitan. Veron melihat kepala gadis itu yang bengkak karena sempat bersentuhan dengan nakas yang ada di samping ranjangnya dengan keras.

      "Sudah membangunkan tidurku! Kamu juga begitu merepotkan." Bentak Veron. Hal itu membuat Bella ketakutan sekali sampai tubuhnya gemetar.

         "Maafkan aku Mas karena telah membangunkan tidurmu, aku hanya takut kamu terlambat berkerja saja karena Papa bilang jika kamu sering terlambat datang ke kantor," ucap Bella dengan meringis kesakitan.

          "Kau membangunkan tidurku dan aku tidak menyukai akan hal itu!" Ucap Veron sembari berdiri dari posisi tidurnya.

      Melihat Veron yang sudah menjauh darinya, Bella segera menarik tubuhnya dari lantai marmer ruangan ini. Bella hendak melangkah, namun ia melihat Veron berjalan kearahnya dengan tatapan membunuh.

     "Mau kemana kamu?" tanya Veron dengan wajah yang tidak bersahabat.

      "Saya mau keluar dari kamar," sahut Bella.

     "Duduk di sofa!" perintah Veron. Tanpa menjawab Bella langsung menuruti apa yang suaminya itu bilang.

     Kini Bella sudah duduk di sofa dan ia menundukkan kepalanya, sedangkan Veron berdiri di hadapannya.

      "Kamu boleh memukul aku sesuka hati kamu Mas, karena aku sudah terbiasa dengan semua itu. Tapi aku mohon jangan pukul aku di bagian wajah." Bella memejamkan matanya dengan erat seolah dia sudah siap menerima pukulan dari pria di hadapannya saat ini.

     "Kenapa dia bicara seperti itu? Dan siapa yang selama ini telah memukulnya?" tanya Veron pada dirinya sendiri. Veron langsung mengoyangkan pelan kepalanya saat menyadari apa yang barusan dia pikirkan.

      "Aku tidak pernah memukul wanita!" jelas Veron sembari membuka botol salep yang ada di tangannya dan dengan lembut pria itu mengoleskan salep tersebut di luka Bella.

    

      

         

      

     

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Shalby Biyah
di tunggu kelanjutan nya.seru
goodnovel comment avatar
Julia Samuel
menarik ceritanya 😍 lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status