Share

Malam Pernikahan yang Menyedihkan

Sinar rembulan menunjukkan malam yang tak pernah dinantikan oleh sepasang pengantin baru ini telah tiba. Ya di sinilah Bella berada, di hotel yang sama dengannya melakukan pernikahan.

Bella berada di suatu ruangan yang banyak dihiasi kelopak bunga yang berwarna merah di atas tempat tidur yang bersepraikan putih polos. Sejak Pak Arka dan juga Pak Andi mengantarkan dirinya menuju kamar pengantin ini Bella masih duduk di sudut ruangan dengan memeluk kakinya sendiri kemudian membenamkan wajahnya di tangannya yang sudah menyatuh. Kenapa nasib buruk ini terjadi padanya sedangkan dia hanya korban di dalam pernikahan ini, Ya Bella merasa sangat dibohongi ketika dia tahu jika Laura berbohong padanya mengenai Airin!

Selesai melaksanakan resepsi pernikahan saat semua tamu undangan sudah pulang semua, di sanalah Bella berjalan mendekati Wilona dan juga Laura yang sedang bersenda gurau, pasti mereka sangat bahagia karena mendapatkan banyak uang dari Pak Arka, mertua Bella. Bella meminta agar Laura menepati janjinya untuk membiarkan Airin tinggal bersamanya namun yang terjadi malah sebaliknya sampai acara pernikahan ini selesai, Airin juga tidak kunjung datang dan sejak awal Bella sudah merasakan akan ada hal yang tidak beres yang terjadi dan ternyata firasatnya itu benar sekali.

Laura mengancam dirinya sendiri jika sampai Bella berani mengatakan apa yang sebenarnya maka Laura tidak akan segan-segan membunuh adik yang sangat Bella sayangi itu dan andaikan Bella berani melaporkan apa yang terjadi pada Pak Arka, Laura tidak akan segan-segan melakukan ancamannya itu, Bella tidak bisa berkutik saat mendengar adik yang sangat dia sayangi berada dalam bahaya besar seperti saat ini, hatinya seakan tidak tenang dan hatinya seperti ditusuk oleh belati tajam namun tidak berdarah, tapi rasa sakitnya tidak bisa di ragukan. Dengan tubuh gemetar dia berusaha sebisa mungkin menahan emosi dan juga air mata yang sudah mengenang di pelupuk matanya saat itu.

Hatinya sakit, tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Sungguh sedih tapi semua ini sudah terjadi dia sudah menikah dengan pria yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. Entah kehidupan seperti apa yang akan Bella jalani keesokan harinya, hanya tuhan saja yang tau. Semua orang yang ikut hadir di resepsi pernikahan itu menatap Bella dengan bisik-bisik pasti mereka sedang membicarakan Bella dan juga keluarganya.

Tengah malam.

Pintu kamar pengantin terbuka, dan dengan perlahan di tutup kembali oleh seorang lelaki lelaki yang memiliki mata setajam elang yang sedang mengamati mangsanya. Seorang pria tampan dengan tinggi badan sekitar 185cm, berkulit putih dengan manik mata berwarna coklat karamel yang sangat indah dan juga tajam, sungguh pria yang sangat sempurna dengan bentuk tubuhnya yang begitu kekar sampai otot-otot di balik kemeja putih polos yang sedang dia perempuan perempuan terlihat seperti meraung-raung ingin keluar dari balik bajunya. Bella berbaring di sudut ruangan itu sekitar pukul 24.00, tepatnya setengah jam sebelum lelaki ini masuk ke dalam ruangan pengantin ini.

Pria tampan itu berjongkok di depan Bella yang sedang tertidur di lantai dengan memakai tangannya sebagai bantal, bahkan gadis itu tidak sempat berganti baju dia masih mengenakan kebaya pengantinya. Pria itu mengamati setiap inci wajah cantik dan juga wanita polos yang ada di hadapannya saat ini dengan tatapan datar yang begitu sulit untuk di artikan.

Dia melihat Bella masih terisak dalam tidurnya bahkan make up di wajahnya terlihat begitu berantakan sekali. Lelaki itu berjalan keluar dari ruangan pengantin ini setelah memastikan suatu hal yang tak bisa dimengerti.

Pagi hari.

Bella membuka matanya yang terasa berat karena terlalu lama menangis, kelopak mata mulai terbiasa dengan cahaya matahari pagi yang masuk melalui celah jendela dalam ruangan pengantin ini, Bella beranjak duduk dari posisi tidurnya setelah lebih dulu merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena dirinya tidur dalam posisi meringkuk semalam di atas lantai pualam ruangan ini. Bella melihat kenyamanan pengantin yang masih belum tersentuh, Bella merasa ada yang aneh dengan suaminya karena awal bertemu dengan Veron di rumahnya pria itu terlihat begitu baik dan juga ramah, tapi kenapa waktu pernikahan Veron seperti menjadi sosok yang lain dan sikapnya begitu dingin seperti awal mereka bertemu.

Tok. . . tok. . . tok!

“Nak Bella, apa kamu sudah bangun?” tanya seseorang dari balik pintu ruangan Bella.

Ya orang itu tidak lain ialah Pak Arka dan Bella hafal betul dengan suaranya yang lembut dan juga kelihatan hangat seperti suara mendiang ayahnya.

“Saya baru saja bangun,” sahut Bella dari dalam kamar dengan mulai beranjak berdiri dari lantai kemudian mengarahkan pandangannya ke arah jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul 07.00, dan ini untuk kali keduanya Bella bangun kesiangan karena nasibnya tadi malam.

“Kamu bersihkan tubuhmu terlebih dahulu, setelah itu Pak Andi akan menjemputmu untuk sarapan pagi,” ucap Pak Arka sambil berlalu pergi dari depan pintu kamar anak menantunya itu.

Di restoran yang ada di lantai bawah.

Restoran ini memiliki pemandangan yang sangat asri dan juga indah karena terletak di tengah-tengah taman bunga, udaranya yang sejuk mampu membuat semua orang betah berada di dalam restoran yang memang menjadi tempat favorit bagi pengunjung hotel berbintang lima ini untuk makan di sini. Cukup banyak pengunjung yang makan di restoran ini, tapi hanya ada satu meja yang kelihatan beda dari meja lainnya. Ya itu ialah meja Pak Arka dan juga anaknya Veron. Mereka berdua kelihatan sekali sedang berdebat jika dilihat dari raut wajahnya yang kelihatan begitu serius dan juga datar.

“Kenapa kamu kemarin malah pergi dari acara pernikahan itu?” nada suara Pak Arka tertahan sebagiannya di tenggorokan mungkin karena dia tidak mau membuat semua orang yang ada disekitarnya merasa terganggu.

“Bukankah aku yang menginginkan pernikahan ini, tapi Papa sendiri,” balas seorang pria yang sangat tampan dan juga berkulit putih seperti susu, pria ini begitu mirip dengan Pak Arka. Dan pria ini juga yang tadi malam masuk ke dalam kamar pengantin Bella secara diam-diam.

“Veron! Papa sudah menuruti keinginan kamu untuk membawa pelayan rumah kita menyamar sebagai dirimu dan Nak Bella tetap saja tetap menerima siapapun dirimu yang sudah kalah dalam permainan ini,” balas Pak Arka dengan mulai mengatur nafasnya karena dia tidak mau sampai anak menantunya itu mengetahui jika mereka berdua sedang berdebat seperti ini.

Lebih lagi Bella belum mengetahui kejadian yang sebenarnya dan siapa suaminya ini. Kilas balik. Sebelum Pak Arka datang berkunjung ke rumah Bella, pria itu lebih dulu merayu anaknya untuk mau menikah dengan putri dari sahabatnya. Dan Veron menolak mentah-mentah apa yang diinginkan Pak Arka, namun paling tidak itu di menangkan oleh Pak Arka karena dia mengancam akan mencabut semua hak waris yang akan jatuh ke tangan putra tunggalnya yaitu Veron Syahputra.

Mengetahui akan hal itu Veron tidak memiliki cara lain untuk menerima perjodohan ini, tentunya dengan syarat. Jika yang datang untuk melamar Bella bukanlah dirinya sendiri pelayan yang bekerja di rumah Papanya, jika wanita itu mau menerima Veron apa adanya maka acara pernikahan akan segera di gelar. Tapi yang tidak diduga Veron ialah Bella menyetujui pernikahan itu dengan sangat mudah.

“Pa, tapi aku sangat yakin jika wanita itu pasti memiliki tujuan lain menikah denganku misalnya mengenai harta,” ucap Veron dengan berfikiran realistis di jaman sekarang semua wanita akan menghalalkan semua cara demi bisa hidup mewah. “Aku sangat yakin mengenai hal itu,” imbuh Veron lagi dengan wajah datarnya dan juga emosi yang masih bisa pria itu kendalikan.

“Papa tidak mau tau mengenai hal itu, tapi yang harus kamu ingat! Kamu sudah memiliki istri dan jaga sikapmu itu jangan seperti biasanya yang suka pulang malam,” Pak Arka menunjuk Veron dengan jari telunjuknya, memberikan ancaman yang tidak bisa dia bantah.

Veron hanya bisa mendengus kasar dengan membuang pandangannya ke arah orang lain. Kesal. “Aku dan wanita itu akan tinggal di apartemen milikku saja, aku tidak mau jika Papa mencampuri urusan pribadi ku, kata Veron memberikan syarat yang langsung disetujui oleh Pak Arka mantap. “Tapi biar saja aku yang memberitahukan pada wanita itu jika yang kemarin datang untuk melamarnya adalah pelayan rumah kita,” imbuh Veron lagi sambil menatap ke arah Pak Arka yang langsung menganggukkan kepalanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status