Home / Romansa / Aku Kira Musibah Ternyata Anugrah / Malam Pernikahan yang Menyedihkan

Share

Malam Pernikahan yang Menyedihkan

Author: Khairin Nisa
last update Last Updated: 2021-05-15 10:02:49

Sinar rembulan menunjukkan malam yang tak pernah dinantikan oleh sepasang pengantin baru ini telah tiba. Ya di sinilah Bella berada, di hotel yang sama dengannya melakukan pernikahan.

Bella berada di suatu ruangan yang banyak dihiasi kelopak bunga yang berwarna merah di atas tempat tidur yang bersepraikan putih polos. Sejak Pak Arka dan juga Pak Andi mengantarkan dirinya menuju kamar pengantin ini Bella masih duduk di sudut ruangan dengan memeluk kakinya sendiri kemudian membenamkan wajahnya di tangannya yang sudah menyatuh. Kenapa nasib buruk ini terjadi padanya sedangkan dia hanya korban di dalam pernikahan ini, Ya Bella merasa sangat dibohongi ketika dia tahu jika Laura berbohong padanya mengenai Airin!

Selesai melaksanakan resepsi pernikahan saat semua tamu undangan sudah pulang semua, di sanalah Bella berjalan mendekati Wilona dan juga Laura yang sedang bersenda gurau, pasti mereka sangat bahagia karena mendapatkan banyak uang dari Pak Arka, mertua Bella. Bella meminta agar Laura menepati janjinya untuk membiarkan Airin tinggal bersamanya namun yang terjadi malah sebaliknya sampai acara pernikahan ini selesai, Airin juga tidak kunjung datang dan sejak awal Bella sudah merasakan akan ada hal yang tidak beres yang terjadi dan ternyata firasatnya itu benar sekali.

Laura mengancam dirinya sendiri jika sampai Bella berani mengatakan apa yang sebenarnya maka Laura tidak akan segan-segan membunuh adik yang sangat Bella sayangi itu dan andaikan Bella berani melaporkan apa yang terjadi pada Pak Arka, Laura tidak akan segan-segan melakukan ancamannya itu, Bella tidak bisa berkutik saat mendengar adik yang sangat dia sayangi berada dalam bahaya besar seperti saat ini, hatinya seakan tidak tenang dan hatinya seperti ditusuk oleh belati tajam namun tidak berdarah, tapi rasa sakitnya tidak bisa di ragukan. Dengan tubuh gemetar dia berusaha sebisa mungkin menahan emosi dan juga air mata yang sudah mengenang di pelupuk matanya saat itu.

Hatinya sakit, tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Sungguh sedih tapi semua ini sudah terjadi dia sudah menikah dengan pria yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. Entah kehidupan seperti apa yang akan Bella jalani keesokan harinya, hanya tuhan saja yang tau. Semua orang yang ikut hadir di resepsi pernikahan itu menatap Bella dengan bisik-bisik pasti mereka sedang membicarakan Bella dan juga keluarganya.

Tengah malam.

Pintu kamar pengantin terbuka, dan dengan perlahan di tutup kembali oleh seorang lelaki lelaki yang memiliki mata setajam elang yang sedang mengamati mangsanya. Seorang pria tampan dengan tinggi badan sekitar 185cm, berkulit putih dengan manik mata berwarna coklat karamel yang sangat indah dan juga tajam, sungguh pria yang sangat sempurna dengan bentuk tubuhnya yang begitu kekar sampai otot-otot di balik kemeja putih polos yang sedang dia perempuan perempuan terlihat seperti meraung-raung ingin keluar dari balik bajunya. Bella berbaring di sudut ruangan itu sekitar pukul 24.00, tepatnya setengah jam sebelum lelaki ini masuk ke dalam ruangan pengantin ini.

Pria tampan itu berjongkok di depan Bella yang sedang tertidur di lantai dengan memakai tangannya sebagai bantal, bahkan gadis itu tidak sempat berganti baju dia masih mengenakan kebaya pengantinya. Pria itu mengamati setiap inci wajah cantik dan juga wanita polos yang ada di hadapannya saat ini dengan tatapan datar yang begitu sulit untuk di artikan.

Dia melihat Bella masih terisak dalam tidurnya bahkan make up di wajahnya terlihat begitu berantakan sekali. Lelaki itu berjalan keluar dari ruangan pengantin ini setelah memastikan suatu hal yang tak bisa dimengerti.

Pagi hari.

Bella membuka matanya yang terasa berat karena terlalu lama menangis, kelopak mata mulai terbiasa dengan cahaya matahari pagi yang masuk melalui celah jendela dalam ruangan pengantin ini, Bella beranjak duduk dari posisi tidurnya setelah lebih dulu merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena dirinya tidur dalam posisi meringkuk semalam di atas lantai pualam ruangan ini. Bella melihat kenyamanan pengantin yang masih belum tersentuh, Bella merasa ada yang aneh dengan suaminya karena awal bertemu dengan Veron di rumahnya pria itu terlihat begitu baik dan juga ramah, tapi kenapa waktu pernikahan Veron seperti menjadi sosok yang lain dan sikapnya begitu dingin seperti awal mereka bertemu.

Tok. . . tok. . . tok!

“Nak Bella, apa kamu sudah bangun?” tanya seseorang dari balik pintu ruangan Bella.

Ya orang itu tidak lain ialah Pak Arka dan Bella hafal betul dengan suaranya yang lembut dan juga kelihatan hangat seperti suara mendiang ayahnya.

“Saya baru saja bangun,” sahut Bella dari dalam kamar dengan mulai beranjak berdiri dari lantai kemudian mengarahkan pandangannya ke arah jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul 07.00, dan ini untuk kali keduanya Bella bangun kesiangan karena nasibnya tadi malam.

“Kamu bersihkan tubuhmu terlebih dahulu, setelah itu Pak Andi akan menjemputmu untuk sarapan pagi,” ucap Pak Arka sambil berlalu pergi dari depan pintu kamar anak menantunya itu.

Di restoran yang ada di lantai bawah.

Restoran ini memiliki pemandangan yang sangat asri dan juga indah karena terletak di tengah-tengah taman bunga, udaranya yang sejuk mampu membuat semua orang betah berada di dalam restoran yang memang menjadi tempat favorit bagi pengunjung hotel berbintang lima ini untuk makan di sini. Cukup banyak pengunjung yang makan di restoran ini, tapi hanya ada satu meja yang kelihatan beda dari meja lainnya. Ya itu ialah meja Pak Arka dan juga anaknya Veron. Mereka berdua kelihatan sekali sedang berdebat jika dilihat dari raut wajahnya yang kelihatan begitu serius dan juga datar.

“Kenapa kamu kemarin malah pergi dari acara pernikahan itu?” nada suara Pak Arka tertahan sebagiannya di tenggorokan mungkin karena dia tidak mau membuat semua orang yang ada disekitarnya merasa terganggu.

“Bukankah aku yang menginginkan pernikahan ini, tapi Papa sendiri,” balas seorang pria yang sangat tampan dan juga berkulit putih seperti susu, pria ini begitu mirip dengan Pak Arka. Dan pria ini juga yang tadi malam masuk ke dalam kamar pengantin Bella secara diam-diam.

“Veron! Papa sudah menuruti keinginan kamu untuk membawa pelayan rumah kita menyamar sebagai dirimu dan Nak Bella tetap saja tetap menerima siapapun dirimu yang sudah kalah dalam permainan ini,” balas Pak Arka dengan mulai mengatur nafasnya karena dia tidak mau sampai anak menantunya itu mengetahui jika mereka berdua sedang berdebat seperti ini.

Lebih lagi Bella belum mengetahui kejadian yang sebenarnya dan siapa suaminya ini. Kilas balik. Sebelum Pak Arka datang berkunjung ke rumah Bella, pria itu lebih dulu merayu anaknya untuk mau menikah dengan putri dari sahabatnya. Dan Veron menolak mentah-mentah apa yang diinginkan Pak Arka, namun paling tidak itu di menangkan oleh Pak Arka karena dia mengancam akan mencabut semua hak waris yang akan jatuh ke tangan putra tunggalnya yaitu Veron Syahputra.

Mengetahui akan hal itu Veron tidak memiliki cara lain untuk menerima perjodohan ini, tentunya dengan syarat. Jika yang datang untuk melamar Bella bukanlah dirinya sendiri pelayan yang bekerja di rumah Papanya, jika wanita itu mau menerima Veron apa adanya maka acara pernikahan akan segera di gelar. Tapi yang tidak diduga Veron ialah Bella menyetujui pernikahan itu dengan sangat mudah.

“Pa, tapi aku sangat yakin jika wanita itu pasti memiliki tujuan lain menikah denganku misalnya mengenai harta,” ucap Veron dengan berfikiran realistis di jaman sekarang semua wanita akan menghalalkan semua cara demi bisa hidup mewah. “Aku sangat yakin mengenai hal itu,” imbuh Veron lagi dengan wajah datarnya dan juga emosi yang masih bisa pria itu kendalikan.

“Papa tidak mau tau mengenai hal itu, tapi yang harus kamu ingat! Kamu sudah memiliki istri dan jaga sikapmu itu jangan seperti biasanya yang suka pulang malam,” Pak Arka menunjuk Veron dengan jari telunjuknya, memberikan ancaman yang tidak bisa dia bantah.

Veron hanya bisa mendengus kasar dengan membuang pandangannya ke arah orang lain. Kesal. “Aku dan wanita itu akan tinggal di apartemen milikku saja, aku tidak mau jika Papa mencampuri urusan pribadi ku, kata Veron memberikan syarat yang langsung disetujui oleh Pak Arka mantap. “Tapi biar saja aku yang memberitahukan pada wanita itu jika yang kemarin datang untuk melamarnya adalah pelayan rumah kita,” imbuh Veron lagi sambil menatap ke arah Pak Arka yang langsung menganggukkan kepalanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Kira Musibah Ternyata Anugrah    Perubahan Sikap Bella

    Bella melihat ke arah Wilona dan juga Laura yang kini masih melihat ke arah punggung suaminya yang mulai berjalan menjauhi lorong ini. Bella menatap datar ke arah kedua wanita yang ada di hadapannya sekarang, tapi di dalam hati Bella merasa terggangu dan merasa terusik melihat mereka berdua datang ke apartemen ini, namun ini ada baiknya juga karena Bella bisa menagih janji Laura mengenai Airin.“Ibu, Kak. Ayo kita masuk,” ajak Bella.Wilona dan juga Laura tidak menjawab. Kedua wanita itu langsung masuk ke dalam apartermen Bella. Laura dan juga Wilona mulai berkeliling ruangan ini dan melihat semua kemewahan yang ada, bahkan Wilona sampai memekik girang ketika wanita itu melihat kulkas besar yang terisi dengan banyak bahan makanan mulai dari daging, ikan, buah, es krim, susu dan masih banyak lainnya.“Ibu, Wilona ingin menginap beberapa hari di rumah ini,” kata Wilona sembari bergelayut manja di lengan tangan Laura.“Tentu saja, bahkan Ibu juga menyesal tidak datang lebih awal, Ibu beg

  • Aku Kira Musibah Ternyata Anugrah    Kedatangan Laura dan Wilona

    2 bulan kemudian.Bella mencoba menghubungi nomor telepon ibu tirinya namun, tidak tersambung juga, sepertinya wanita itu sudah mengganti nomor ponselnya dengan yang baru. Bella masih tidak mau menyerah, dia mulai menghubungi nomor ponsel Wilona dan tidak tersambung juga, sepertinya mereka berdua memang sengaja mengganti nomor ponselnya untuk memutuskan hubungan dengan Bella."Ibu dan Kak Wilona sangat jahat sekali padaku," batin Bella sembari mengusap air mata yang sudah membasahi pipinya itu."Kenapa kamu menangis?" tanya Veron yang sudah berdiri di belakang Bella. Bella yang sedang bengong dengan posisi duduk di sofa tidak menyadari jika Veron sudah masuk ke dalam ruangan ini dan sedang memperhatikannya. Veron melihat ke arah tangan Bella yang menggenggam erat ponselnya.Selama dua bulan ini hubungan keduanya sudah berubah jauh lebih baik dari pada awal-awal pernikahan mereka dahulu. Tapi Bella maupun Veron masih belum ada yang mengakui perasaan cinta yang sudah mulai tumbuh di ha

  • Aku Kira Musibah Ternyata Anugrah    Dibalik Musibah Terselip Anugerah

    Bella yang mendengar percakapan kedua lelaki itupun segera memutar tubuhnya. Bella melihat ke arah suaminya yang kini sedang menggelengkan kepala, tapi Bella yang masih begitu naif tentu saja tidak mengerti dengan arti isyarat mata dari suaminya itu.Bella melangkah mendekati Papa mertuanya dengan mengulas senyuman manis. Bella mati-matian berusaha untuk berjalan seperti biasanya, lebih baik ia menahan rasa nyeri yang ada di bawah sana dari pada harus membiarkan Papa mertuanya itu melihat perbedaan gaya jalannya.“Assalamualaikum,” kata Bella kemudian mengecup punggung tangan Pak Arka dengan sopan.“Waalaikumsalam,” jawab Pak Arka sembari mengusap puncak kepala Bella dengan penuh kasih sayang.“Apakah Papa mau Bella siapkan sarapan?” tanya Bella sembari melirik ke arah sang suami yang sejak dari tadi memijat pelipisnya yang terasa pusing dan hal itu tentu saja membuat Bella merasa cemas. ““Papa sudah sarapan sebelum menuju kemari,” jawab Pak Arka.“Mas Veron, kenapa? Apakah pusing ke

  • Aku Kira Musibah Ternyata Anugrah    Malunya Sampai Ke Tulang

    Bella melangkah keluar dari kamar mandi, sebagian tubuhnya di balut dengan handuk. Ia melihat ke arah ranjang tempat di mana sang suami berada. Kedua mata Bella langsung membulat penuh ketika ia melihat ke arah Veron yang sedang mengedipkan satu mata ke arahnya.“Astagfirullah, sejak kapan Mas Veron berubah genit begini,” batin Bella di dalam hati. Kedua pipinya sudah merona merah mirip seperti kepiting rebus yang baru saja dimasukkan kedalam air yang mendidih.“Dia manis sekali jika malu-malu seperti ini,” batin Veron dengan melipat kedua tangannya dibelakang kepala.Di dapur.Setelah membersihkan tubuhnya Veron menyusul Bella ke dapur. Kini lelaki itu melangkah menghampiri Bella yang sedang sibuk menaruh sarapan mereka di atas meja. Veron mengulas senyuman tipis ketika ia melihat betapa lihai istrinya dalam urusan dapur, bahkan gadisnya ini tidak takut kotor ataupun tangannya kasar.“Aku merasa penasaran sekali, kenapa dia begitu pintar dalam urusan dapur, ataukah mungkin ia sudah s

  • Aku Kira Musibah Ternyata Anugrah    Malam Pertama yang Tertunda

    Mahesa menundukkan kepalanya karena merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan tempo hari, sedangkan pria paruh baya yang sedang berdiri di samping Mahesa adalah Papa dari lelaki kurang ajar yang tempo hari hampir saja merenggut kesucian yang sudah Bella jaga selama ini.“Ma-mas Veron ... Mas,” teriak Bella dengan nada suara yang mulai bergetar di ujung lidahnya. Bella terus saja melangkah mundur hingga langkahnya terhenti setelah tubuhnya menabrak seseorang yang ia yakini adalah suaminya.Veron melihat ke arah kedua lelaki itu dengan wajah datar. Tangan lelaki itu langsung terulur untuk meraih sang istri masuk ke dalam dekapannya. Bella mulai merasa tenang meskipun rasa takut masih menggelayuti sekujur tubuhnya, kaki Bella gemetaran ketika ia mengingat kejadian malam itu.“Tenanglah, tak akan ada yang terjadi, kamu aman bersamaku,” kata Veron sembari menatap manik mata sang istri dengan begitu lekat.Bella hanya menjawab dengan satu kali anggukan kepala. Tangan Bella mulai melingkar

  • Aku Kira Musibah Ternyata Anugrah    Kedatangan Mahesa

    Melihat Bella kini sudah berdiri dihadapan Veron. Pak Arka langsung membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna dan segera menarik tinjunya kembali."Syukurlah," ucap Veron lirih. Ia merasa lega karena Bella tak sampai menerima pukulan dari Papanya. Jika sampai Bella mendapatkan pukulan itu maka Veron akan menyalahkan dirinya sendiri.Veron langsung meminggirkan tubuh Bella dari hadapannya sembari berkata, "Apa yang kamu lakukan? Bagaimana jika kamu yang kena pukulan tadi," kata Veron sembari melihat kearah Bella dengan tatapan yang sulit untuk di artikan."Ini semua terjadi karena aku Mas, seharusnya Papa tadi memukul aku dan bukannya kamu," ucap Bella dengan mata yang berkaca-kaca melihat kearah pipi kiri Veron yang kemerahan, pasti itu bekas pukulan Papa mertuanya."Nak Bella, kamu jangan ikut campur, biar Papa berikan pelajaran pada anak kurang ajar ini," ucap Pak Arka menimpali ucapan Bella masih dengan bersungut emosi."Masuk ke dalam kamar, dan jangan ikut campur semua urusa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status