Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku
Part 26
Mas Khalid semakin kalap mengetahui semuanya. Kami memang terlambat mengecek rumah Ibu, sebab terlalu sibuk mengurus dan menjaga Ibu di Rumah Sakit. Sekarang, Frisca entah dimana keberadaannya. Tapi aku yakin, bersembunyi di lubang semut pun, pasti kamu akan bisa aku temukan!
“Ibu, maafkan Khalid. Gara-gara Khalid, Ibu harus ikut menanggung akibatnya.” Mas Khalid meratap di tepi ranjang perawatan Ibu.
“Mas, aku dan Mas Kamil sudah membuat laporan ke kepolisian. Aku pastikan, Frisca akan mendapatkan balasan dari perbuatannya!” ujar Mikha.
“Kalau waktu bisa diulang, Mas pasti tidak akan mau kenal dengan Frisca! Mas menyesal! Semua masalah yang datang pada keluarga kita, semua akibat Mas yang bermain api dengan Frisca.”
“Sudahlah, Mas. Semua orang pasti punya kesalahan, yang penting saat ini adalah, kita fokus pada kesembuhan Ibu, dan secepatnya
AKU LEBIH CANTIK DARI GUNDIK SUAMIKU “Jadi ini alasanmu dulu begitu kekeuh menyuruhku untuk tak lagi membantu pekerjaanmu di kantor, Mas? wanita ini yang kau pilih jadi sekretaris sekaligus istri kedua?” kutunjuk wanita perebut suamiku yang kini tertunduk sambil memegangi perutnya yang membuncit. “Maaf, Wid. Mas akui, Mas dan Frisca khilaf. Tapi, semua ini sudah terjadi. Lagipula, bukan cuma kamu di dunia ini yang dimadu. Jadi, terima sajalah! Kalau secara ekonomi, Mas pastikan akan bersikap adil pada kalian berdua.” Mas Khalid dengan entengnya berbicara tanpa merasa bersalah sedikitpun. “Adil? Mas yakin bisa bersikap adil? Aku ini kurang apa, Mas? dari awal kita mulai semuanya, dari nol! Sekarang kamu seenaknya menikah lagi tanpa seizinku, dengan wanita yang sudah kita angkat dari lembah nista ini? Frisca! Dimana letak hati nuranimu?” Meski dengan suara bergetar, tetap kutahan air mata ini agar jangan sampai tumpah. “Maa
Part 2 Pantas saja belakangan Mas Khlaid berubah perangainya. Lelaki yang dulu menikahiku dalam keadaan miskin itu, belakangan mulai menunjukkan perangai aslinya. Aku dilarang mengantarkan makanan ke kantor yang letaknya di lantai dua toko perhiasan kami. Biasanya dia hanya mau makan makanan yang aku masak. Namun semanjak Frisca yang menggantikan tugasku, Mas Khalid sudah enggan menerima kiriman makan siang. Sopir pribadiku terpkasa membawa pulang makanan yang aku kirimkan untuknya. Baiklah, Mas. kalau memang ini jalan yang kau mau. Aku hanya ingin kau tahu,hati perempuan yang bersamamu dalam kurun waktu sepuluh tahun ini sudah sangat terluka. Aku tak akan pergi sebelum mendapatkan apa yang menjadi hakku. “Mama, Papa. Maafkan Widya! Widya terlalu percaya diri bahwa Mas Khalid akan menjadi satu-satunya lelaki yang akan mencintai Widya selain Papa. Hanya do’a yang kini bisa Widya kirimkan. Semoga Papa dan Mama tenang di ala
Part 3“Iya, untuk Mas kawin. Kenapa, sih? Biasa aja, lah! Toh perhiasan koleksimu sendiri juga lebih dari itu, Wid! Sebaiknya sekarang kamu pulang. Temani Frisca, dan jalin komunikasi yang baik dengannya. Akur-akurlah kalian berdua. Jangan bikin Mas jadi pusing, oke?”“Mas, kalian menikah saja aku gak tau! Sekarang tiba-tiba bawa pulang dia sebagai istri. Mas ini lucu, Mas tau bagaimana hancurnya hatiku ini, Mas?”“Wid, sudahlah! Menerima akan membuat perasaanmu jauh lebih baik. Aku yakin kamu akan terbiasa nantinya. Ingat, Wid, anak dalam kandungan Frisca itu adalah harapan terbesarku. Harta kita yang sebanyak ini nantinya harus ada yang mewarisi.”“Anak hasil zina tidak berhak dapat warisan!”Plakk!Akhirnya Mas Khalid melakukan hal terhina itu, menampar pipi wanita yang sudah mendampinginya selama hampir sepuluh tahun hanya karena membela seorang wanita perusak r
Part 4“Gerry … awas kamu, Mbak! Kalau sampai kucing aku mati, aku aduin kamu sama Mas Khalid biar kamu dimarahin!” ancam Frisca.“Kalo si Gerry mati ya tinggal dikubur,” jawabku santai. Kulihat wajah Frisca menggeram marah. Jangan kau pikir kau bisa mengintimidasi aku, Frisca! Kamu yang tidak selayaknya ada di rumah ini. Tunggu saja waktunya.“Lihat saja nanti, aku akan jadi satu-satunya nyona besar di rumah ini,” ujarnya ketus.“Tidur dulu sana! Abis itu ngimpi!” sahutku tak kalah ketus. Frisca menghentakkan kaki kemudian pergi masuk ke dalam kamarnya. Paling juga mau ngadu. Silahkan, aku tak takut.Aku mengajak Mbok Jum makan siang bersama. Lebih baik makan bersama Mbok Jum daripada dengan si Frisca sialan itu. Ponsel di samping piringku berdering. Nomor kantor Mas Khalid memanggil.‘Mau apa lagi nelpon-nelpon? Udah dapat aduan dari istri muda?’
Part 5Selanjutnya aku langsung mengatur rencana untuk malam nanti. Semuanya sudah aku jabarkan pada Mikha melalui pesan di aplikasi hijau. Mikha sudah mengerti apa yang harus ia lakukan jika nanti malam aku memberinya kode, maka ia harus meneleponku.Selesai sholat isya, Mas Khalid dan juga Frisca belum juga kembali ke rumah. Entah kemana mereka. Jam sepuluh malam barulah kulihat sorot cahaya lampu mobil Mas Khalid memasuki halaman. Aku langsung mengirim chat pada Mikha.“Mas Khalid sudah pulang. Standby!”“Oke, Mbak!” balasnya tak lama kemudian.Kulihat Frisca bergelayut manja di lengan Mas Khalid sambil menenteng begitu banyak belanjaan. Ooh, ternyata mereka habis pulang dari shopping. Bukan main, royal sekali Mas Khalid pada istri barunya itu.“Baru pulang, Mas?” tanyaku.“Iya, abis nemenin Frisca belanja kebutuhan bayi. Fris, kamu masuk ke kamar! Mas mau mandi!
Part 6“Mas, bangun!” ujarku subuh itu, sambil mengguncang tubuh Mas Khalid.“Ah! Apa, sih, Wid?” ujarnya sambil menggeliat malas.“Bangun! Sholat subuh!”“Duuh, kamu ganggu aja, sih? Masih ngantuk tau? Semalam gak bisa tidur!”“Gak bisa tidur? Ngorok sampai saat ini itu apa namanya gak bisa tidur? Kamu lupa kewajibanmu, Mas? sholat, Mas!”“Kamu duluan aja, deh!”“Mas! kamu bener-bener berubah total sekarang! Bahkan sholat pun kamu sengaja lalai!”“Udahlah, kamu kalau mau sholat, sholat aja sendiri! Gak usah maksa-maksa!”“Bener-bener kamu, Mas! belum dapat azab aja kamu!” ujarku kesal. Aku sudah sengaja membangunkannya setelah aku selesai sholat, nyatanya masih saja malas.Aku bergegas ke dapur menemui Mbok Jum. Sarapan sedang dimasak
Part 7PoV Frisca“Aaarggghh … keseeeelll …. Mas Khalid bener-bener keterlaluan. Masa iya pagi-pagi begini aku sudah dipaksa keluar dari rumah." Kulihat supir Mas Khalid sekilas melirikku dari pantulan kaca spion.“Mbak, mau saya anter kemana?” tanyanya takut-takut. Pastinya dia takut melihat wajahku yang masih acak-acakan dan marah.“Ke hotel dekat kantor Mas Khalid saja!” jawabku ketus. Sialan! Aku cuma bawa ponsel, gak sempat bawa dompet. Udah bagus aku bela-belain bangun pagi supaya Mas Khalid gak tahu kalau tadi malam aku dugem. Ya abisnya aku kesel, lah. Mas Khalid gak percaya waktu aku bilang aku kehilangan perhiasan itu, dan dengan entengnya Mas Khalid marah-marah gara-gara aku keceplosan. Iiiih … ini semua pasti ulah Mbak Widya.Aku benci kesepian. Dulu, saat masih menjadi wanita simpanan, aku tak bebas. Hanya keluar sesekali bersama Mas Khalid. Aku hanya bisa keluar jika Mas
Part 8“Aamiinn ….” Aku sengaja menyahuti ucapan Mikha supaya Ibu merasa senang.“Ya sudah, aku mau langsung balik aja, ya, Mbak, Mas! soalnya mau packing barang-barang aku sebelum berangkat besok. Aku titip Ibu. Aku janji, kalau nanti udah balik lagi ke Indonesia, Ibu aku yang rawat.” Mikha berkata dengan raut wajah sumringah. Sudah berhasil mengambil alih barang-barang mahal milik Frisca, plus dapat uang saku dari Mas Khalid. Lebih baik begitu, kan? Uangnya untuk keluarga sendiri.“Kamu hati-hati, ya, Kha! Gak usah khawatir, Ibu pasti betah di rumah ini. Mbak yang akan mengurus semua keperluan Ibu.”“Duuh … makasih banyak, ya, Mbak Wid. Mbak baik banget, deh. Gak salah Masku milih Mbak jadi istri. Udah cantik, baik, lembut. Pokoknya kebangetan kalau sampai Mas Khalid tega melirik perempuan lain. Itu gak boleh terjadi. Ya, kan, Mas?” ucap Mikha, membuat Mas Khalid semakin k