Share

Chapter 2

Author: Rara Radika
last update Last Updated: 2024-01-11 22:31:24

21+ Happy Reading

I'M NOT A VIRGIN ANYMORE!

“Kenapa harus aku, Daddy? Kenapa harus aku yang berkorban, dan menikah dengan pria yang usianya saja berkali-kali lipat dari usiaku!”

“Karena kau yang dia inginkan, Clara!” seru Alice.

“Your virgin, Clara!” imbuh Hanna dengan senyum simpul mengarah kepada Clara.

"Hanna!" pekik Patricia kepada putri sulungnya.

I’m virgin? Jadi itu adalah alasan kenapa Clara dipilih dibandingkan dengan saudarinya yang lain? Mereka semua menjadikan Clara tumbal untuk mendapatkan uang. Bukan pria tua Bangka itu yang memilih Clara, namun keluarganyalah yang menawarkan Clara kepada pria itu. Karena dilihat dari segi penampilan tentu saja dua saudarinya lebih unggul daripada Clara.

“I’M NOT VIRGIN ANYMORE!” pekik Clara lantang. Ya, aku sudah tidak perawan lagi!

Satu tamparan keras mendarat tepat pada pipi putih mulus milik wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu. Tamparan keras yang mengakibatkan tubuh rampingnya tersungkur, dan lunglai ke atas lantai. Clara meringis, sebelah telapak tangannya memegangi pipi dengan luka memar bekas tamparan tadi.

“Tidak tahu diri!” pekik pria paruh baya yang berdiri tepat di hadapan Clara. Robert Royce yang tak lain adalah kepala keluarga Royce, daddy kandung Clara. “Untuk apa aku membesarkanmu? Jika kau sama sekali tidak bisa membantu! Hanya membuat malu saja!” cerca Robert pada putri semata wayangnya.

Seluruh keluarga berada di dalam satu ruangan. Robert, Patricia, serta kakak Clara. Hanna dan Alice. Mereka hanya mampu terdiam melihat Robert memperlakukan Clara dengan kasar. Tidak satupun dari mereka yang maju untuk membela Clara, atau lebih tepatnya membiarkan semuanya itu terjadi begitu saja karena Clara memang pantas mendapatkan semuanya.

Sudah dua bulan waktu berjalan semenjak perusahaan keluarga mereka diambang kebangkrutan. Selama itu pula keluarga mereka resah mencari seorang investor. Tidak hanya Robert, bahkan kedua putrinya yang lain mencoba membantu sebisa mungkin agar perusahaan keluarga mereka tidak mengalami kebangkrutan.

“Kau lihat mereka, dua kakakmu rela berkorban demi perusahaan!” Tunjuk Robert pada dua putrinya yang lain.

Clara mendongakan wajahnya, menatap ke arah Robert dengan sengit, lalu tak lama Ia menatap ke arah Hanna dan juga Alice dengan tatapan bengis. Daddy macam apa yang rela menjual putrinya sendiri kepada seorang pria yang bahkan lebih tua darinya dengan alasan untuk menyelamatkan perusahaan keluarga. Jelas Clara menolak, Ia tidak mau menjadi istri ke sekian pria tua bangka itu.

“No dad, they don't help anything!” pekik Clara seraya mencoba menatih tubuhnya untuk kembali berdiri. Namun belum sempat Clara berdiri, satu telapak tangan mendarat kembali di pipi mulusnya, dan berhasil membuat tubuh Clara kembali tersungkur.

“Tidak tahu diri!” cemooh Hanna berdecih malas sembari menatap ke arah Clara.

Jemari Clara mengepal erat setelah mendengar perkataan dari kakak pertamanya itu. Bukankah mereka semua yang tidak tahu diri, mengorbankan Clara sebagai tumbal untuk mendapatkan sejumlah uang. Dan Robert, bukankah pria itu adalah Daddy kandung Clara, lantas kenapa perilakunya sama sekali tidak mencermintakan sebagai seorang daddy yang baik. Sikap Robert malah sebaliknya.

Lagi, Clara mendongakkan wajahnya tepat dan menatap sengit ke arah Hanna. “Berkacalah, Hanna!”

Mereka bukanlah keluarga yang sesungguhnya. Clara, Hanna dan juga Alice. Ketiganya bukanlah saudara kandung. Clara adalah putri tunggal Robert, sedangkan Hanna dan juga Alice adalah putri Patricia. Mommy Clara meninggal di saat usia Clara lima tahun, dan beberapa hari setelah kematiannya Robert menikahi Patricia. Wanita yang entah dari mana datangnya. Dan semenjak hari pernikahan Robert, hari demi hari Clara yang bagaikan hidup di neraka dimulai.

Tidak ada cinta, belas kasih, ataupun perhatian. Bahkan Robert sekalipun mengabaikannya. Tidak ada lagi cinta di kehidupan Clara sehingga wanita cantik itu tumbuh menjadi pribadi yang terbilang sangat menutup diri. Keseharian Clara hanya diisi dengan kegiatan di dalam kamar. Itu semua karena Patricia yang selalu mengurung dan tidak pernah mengijinkannya pergi kemanapun. Bahkan Clara menjalani homeschooling yang membuatnya sama sekali tidak mempunyai teman.

“Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu, Clara.” Beberapa kalimat yang selalu Patricia ucapkan. Sekilas terdengar seperti sebuah ucapan perhatian, namun jika ditelisik lebih dalam tentu semua itu mempunyai alasan tertentu.

Hari ini, akhirnya Clara mengerti kenapa selama dua puluh tahun kehidupanya Ia tidak pernah sekalipun diperbolehkan untuk keluar rumah dan bergaul. Ternyata itu semua dilakukan untuk hari ini. Hari dimana dirinya akan dijual untuk uang.

“Kau tidak membantu apapun, Hanna!” decih Clara yang kemudian mendapatkan tendangan keras di rahang bagian kirinya oleh Hanna menggunakan high heels yang wanita cantik dan sexi itu kenakan.

Lagi-lagi Clara harus tersungkur ke atas lantai. Tidak ada rasa sakit ataupun harga diri. Semua ini sudah Ia terima semenjak dua puluh terakhir kehidupanya. Clara benar-benar sangat menderita hidup di bawah naungan ibu dan kakak tirinya, terlebih Ia mempunya seorang daddy yang sama sekali tidak peduli.

Hanna bersimpuh di hadapan Clara, menarik lengan Clara dengan kasar lalu memegang rahang adik tirinya kuat. Sementara Clara hanya bisa mengeratkan genggaman jemarinya menahan semua rasa sakit yang Ia terima. Memar di rahang, pipi, dengan bibir yang sudah mengeluarkan darah. Kini ditambah dengan cengkraman erat jemari Hanna.

“Kau bergurau, Clara? Apa hari ini kau ingin melawan?”

Selama dua puluh tahun Clara diam atas semua tindakan tidak adil yang mereka berikan. Dan hari ini apakah Clara akan diam lagi? Kehidupannya tidak lebih baik dari sebuah kematian. Mungkin mati akan lebih baik. Pikir Clara.

”You really don't help anything! You are only the source of the problem. You, your mother and sister! all of you jerks!” pekik Clara. Rasa sakit hatinya selama dua puluh tahun ini Ia ungkapkan di hari ini. Dan tentunya perkataanya itu langsung dihadiahi oleh kepalan tangan berat sang ayah. Seketika pandangan Clara buyar, rasa pusing dan sakit mendominasi dirinya. Dan gelap. Tidak lama kemudian Clara tidak sadarkan diri.

**

“Aku yang akan mengurusnya.”

Terdengar suara gaduh dari luar sana. Clara mencoba membuka matanya secara perlahan untuk melihat apa yang terjadi. Sebuah jeruji besi, Clara terkurung pada sebuah jeruji besi.

“Help!” pekik Clara kepada orang-orang yang berlalu lalang di luar sana. Namun tidak ada satupun dari mereka yang bersimpati untuk membantunya. Dan hanya tatapan datar yang Ia terima.

Namun tiba-tiba seseorang mendekat. “Hello, baby,” sapanya dengan seringai. Pria ini, Clara mengenal siapa pria ini.

“Jordan, help me please!” pinta Clara dengan raut wajah cemas, meminta dan memohon kepada pria bernama Jordan tersebut. Dia adalah Jordan, kekasih Hanna. Itu yang Clara tahu.

“Calm down, Baby. I'll get you out of here right away,” ujarnya mencoba menenangkan Clara. Wanita cantik itu hanya bisa berharap jika ucapan pria di hadapanya ini benar, mengingat jika Jordan adalah kekasih Hanna.

“Jordan apakah kau sudah siap dengan barang bawaanmu?” tanya seseorang di belakang sana.

“Tentu, Madam. Clara Alunna akan menjadi barang lelang dengan harga jual tertinggi malam ini.”

LELANG?

***

See You Next Chap... babay.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Clarissa Putriprasetya
jngn pakai English kak, minim english
goodnovel comment avatar
Arni Junum
...... seronok membaca
goodnovel comment avatar
July Elly
apa rencana ayah selanjutnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Masih Perawan   Chapter 221

    Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka

  • Aku Masih Perawan   Chapter 220

    Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang

  • Aku Masih Perawan   Chapter 219

    Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke

  • Aku Masih Perawan   Chapter 218

    Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl

  • Aku Masih Perawan   Chapter 217

    Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah

  • Aku Masih Perawan   Chapter 216

    Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status