Pagi hari, di sebuah mansion mewah. Seharusnya seseorang merasa senang ketika berada di dalam sana. Namun, semua ini tidak berlaku kepadanya.
Hembusan angin yang dihasilkan oleh pendingin ruangan lembut menerpa dan menyentuh inci demi inci kulit putih dan mulus itu. Dingin. Hal yang pertama kali Ia rasakan sebelum akhirnya membuka mata dengan perlahan. Terang. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba beradaptasi dengan lampu ruangan yang dirasa sangat menyilaukan.Seorang wanita cantik terkulai lemah di atas ranjang tanpa menggunakan sehelai kainpun untuk menutupi tubuhnya. Dengan kedua tangan serta kaki yang terikat tali dan mulut yang dibekap lakban. Pandangannya buram dan tubuhnya sangat lemah sehingga dirinya tidak bisa dengan leluasa bergerak ataupun mencoba melepaskan ikatan pada tubuhnya.“Kau sudah sadar?” Tiba-tiba terdengar suara seoarang pria. “Tentu saja, kau harus segera sadar agar tidak menyusahkanku terlalu lama.”Pandangannya mengedar mencari asal sumber suara tersebut, hingga akhirnya pencarian itu terhenti pada satu sosok yang tengah duduk di atas sofa tunggal tepat di depan ranjang. Seorang pria mengenakan kemeja putih tengah duduk dengan kaki yang saling bertumpu dengan sulutan satu batang rokok di selah jemarinya. Siapa dia? Wajahnya tidak bisa Ia lihat dengan jelas.Tidak lama kemudian, pria tersebut beranjak dari tempat duduknya. Melangkah mendekat ke arah wanita cantik yang tengah terkulai lemah di atas ranjang. Pria itu mendekat, naik ke atas ranjang dan mulai merangkak di atas tubuh wanita cantik tersebut.Sebenarnya apa yang tengah terjadi? Kenapa seluruh tubuhnya terasa sangat lemas, dan hampir tidak bisa digerakan sama sekali. Kepalanya juga terasa sangat berat dan juga pusing, ini sangat menyiksa, ditambah pandangannya yang kabur dan tidak bisa melihat dengan jelas. Semakin Ia meronta, maka semakin terasa menyakitkan di seluruh tubuhnya.“Clara Alunna,” serunya seraya memegang rahang wanita cantik yang bernama Clara tersebut dengan sedikit kasar. Lalu PLAK! Satu tamparan keras dilayangkan tepat pada wajah cantik Clara tanpa alasan yang jelas.Clara mengerjapkan matanya beberapa kali, berharap agar pandangannya segera pulih dan jelas untuk melihat kembali. Namun sebelum itu terjadi, satu tamparan keras mendarat lagi di pipi putih mulusnya. Setelah itu, dengan paksa dan kasar pria tersebut membuka lakban yang membekap mulut wanita cantik itu.Itu menyakitkan, air matanya sampai menetes dari ujung mata akibat menahan rasa perih yang teramat. Tapi di balik rasa sakitnya, Clara masih mencoba membuka matanya kembali agar Ia bisa mengetahui siapa pria yang tengah mempermainkanya. Mata yang memerah dengan genangan air itu perlahan terbuka, melihat siluet samar di hadapanya. Who is she? Clara bahkan tidak mengenalnya.“S-siapa kau?” tanya Clara parau.Dahinya mengkerut tajam dengan tatapan yang heran dan juga waspada, bibirnya gemetar dengan bercak darah di ujungnya. Tidak hanya bibir, bahkan seluruh tubuhnya bergetar. Ditambah Ia tidak mengenakan sehelai kainpun untuk menutupi tubuhnya, dan yang lebih parahnya lagi ada seorang pria di sana. Namun perlahan kesadaran Clara berangsur pulih, meskipun rasa pengar di kepalanya masih begitu mendominasi.“Apa kau berhak bertanya seperti itu kepadaku?” tanya pria tersebut, dan lagi-lagi memberikan tamparan keras pada pipi Clara untuk yang ke tiga kalinya.Clara memejamkan matanya dengan bibir yang terus bergetar hebat, rasa perih dan juga sakit akibat tamparan yang bertubi-tubi pada wajahnya setidaknya masih dapat Ia tahan.“Kau tidak perlu mengetahui siapa aku, Clara. Diam dan patuhi! Aku membelimu dengan harga mahal,” ucapnya lagi dan kemudian mencengkram rahang Clara kembali dengan begitu kuat.Kini, pandangan Clara sudah dapat melihat dengan jelas. Pria bertubuh tegap dengan wajah yang tampan. Memiliki manik mata hazel, bibir yang sensual dan berwarna merah, dengan dagu yang sedikit terbelah. Sangat tampan, namun perilakunya sangat kasar. Pakaiannya yang dikenakannya juga sudah tidak rapih lagi. Kemeja putih itu kusut dengan beberapa kancing atas yang terbuka. Memperlihatkan sebagian dada bidangnya.Pria tersebut mulai mendekatkan wajahnya pada wajah clara. Bau nikotin menguar darinya saat tubuh itu semakin mendekat dan menjadi sangat dekat. Clara mencoba menolehkan wajahnya yang sedikit lagi akan bersentuhan dengan wajah pria itu. Namun cengkraman jemarinya pada wajah Clara sangatlah kuat, dan meronta hanyalah cara untuk tambah rasa sakitnya saja.“Lepas!” Clara meronta, namun setelah itu bibir sintal dan sexi milik pria yang tengah menguasai tubuhnya tiba mendarat tepat di bibir Clara kemudian menciumnya.Clara meronta, menggerakan kepalanya dengan sekuat tenaga agar bibirnya terlepas dari ciuman yang diberikan oleh pria itu. Namun dengan kedua tangan dan kaki yang masih terikat dan juga tubuh yang sangat lemas, usaha Clara hanya akan berbuah sia-sia.Ujung matanya mengeluarkan beberapa tetes cairan bening yang membasahi wajah cantiknya. Clara memejamkan matanya dengan menahan isak tangis di dalam dada. Ini bukan lagi sebuah ciuman. Namun, ini sebuah penyiksaan. Bukan lagi kenikmatan yang mana dihasilkan dari sentuhan-sentuhan itu. Melainkan rasa sakit dengan perih yang teramat.Selain menjelajahi bibir Clara dengan sangat liar, lengan pria tersebut juga mulai menyentuh lembut dada Clara yang terpampang jelas tanpa penutup. Menyentuh, dan memperlakukannya tanpa perasaan. Membuat wanita cantik itu semakin meringis kesakitan.Namun seketika panggutan bibir mereka terlepas, pria itu menarik tubuhnya menjauh dari tubuh Clara. Lantas Clara memberanikan diri untuk membuka matanya yang rapat oleh genangan air mata, dengan matanya yang memerah Clara melihat pria tersebut tengah membuka ikatan pada kaki dan lengannya mengggunakan sebuah pisau cater.Tentu saja tidak berakhir begitu saja. Nyatanya setelah membuka ikatan pada lengan dan kaki Clara, kini pria itu malah menarik kedua lengan Clara dan diikatkanya pada masing-masing sisi ranjang. Rontaan yang dilakukan oleh Clara sama sekali tidak berpengaruh kepadanya. Pria itu sukses mengikat kedua lengan Clara kembali namun dengan posisi yang berbeda.Setelah itu, pria tersebut mulai membuka pakaian yang menutupi tubuh bagian atasnya, lalu beralih membuka sabuk yang tengah digunakannya.O Lord tidak! Jangan hal itu! Teriak Clara dalam hati dengan tubuh yang semakin bergetar hebat.“No …” lirih Clana parau.Seketika Ia menghentikan aktivitasnya, kemudian beralih menatap Clara dengan tajam. “Why Clara?” tanyanya dengan seringai. “You are not a virgin anymore, why are you afraid to do it?” imbuhnya bertanya.I'M NOT A VIRGIN ANYMORE!21+ Happy ReadingI'M NOT A VIRGIN ANYMORE!“Kenapa harus aku, Daddy? Kenapa harus aku yang berkorban, dan menikah dengan pria yang usianya saja berkali-kali lipat dari usiaku!”“Karena kau yang dia inginkan, Clara!” seru Alice.“Your virgin, Clara!” imbuh Hanna dengan senyum simpul mengarah kepada Clara."Hanna!" pekik Patricia kepada putri sulungnya.I’m virgin? Jadi itu adalah alasan kenapa Clara dipilih dibandingkan dengan saudarinya yang lain? Mereka semua menjadikan Clara tumbal untuk mendapatkan uang. Bukan pria tua Bangka itu yang memilih Clara, namun keluarganyalah yang menawarkan Clara kepada pria itu. Karena dilihat dari segi penampilan tentu saja dua saudarinya lebih unggul daripada Clara.“I’M NOT VIRGIN ANYMORE!” pekik Clara lantang. Ya, aku sudah tidak perawan lagi!Satu tamparan keras mendarat tepat pada pipi putih mulus milik wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu. Tamparan keras yang mengakibatkan tubuh rampingnya tersungkur, dan lunglai ke atas lantai. Clara
21+ Happy ReadingTubuh polos itu masih berada di bawah kuasa seorang pria yang kini sudah bertelanjang dada, dan memperlihatkan otot-otot perutnya yang sispax. Nafas Clara terengah, jantungnya bergemuruh kuat, dengan mata yang terbelalak lebar ketika melihat pria yang tengah menguasai tubuhnya kini tengah membuka sabuk yang digunakanya.Clara langsung memejamkan matanya erat. Ia tidak bisa jika terus seperti ini. Melihat dengan perlahan pria itu melepas pakaian pada tubuhnya. Clara benar-benar tidak bisa. Tubuhnya bergetar hebat, dengan mata yang terpejam erat dan meneteskan air mata di ujungnya. Selama hidupnya Clara masih bisa terima jika Ia disiksa secara fisik oleh ibu dan kedua kakak tirinya. Namun sebuah pelecehan seksual? Clara tidak bisa. I’m virgin!Pada kenyataanya wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu masihlah perawan. Clara berkata jika dirinya sudah tidak perawan lagi hanya untuk menolak perjodohan yang hendak dilakukan oleh daddynya. Clara tidak mau menjadi tum
Aland Washington merupakan pria tampan berusia tiga puluh empat tahun. Kehidupanya mapan, dan mempunyai kerajaan bisnis yang besar. Aland sudah menjadi CEO di perusahaannya sendiri sejak usianya tiga puluh tahun. Kemunculannya yang tiba-tiba dan misterius menjadi perspektif baru bagi kalangan pebisnis lainnya.Aland adalah orang baru dalam dunia bisnis. Seorang jenius dan juga kompeten, yang mampu menaikan popularitas perusahaanya untuk duduk di peringkat lima perusahaan besar di Asia hanya dengan waktu empat tahun saja. Kepintaran dan ketenarannya tentu saja membuat orang terkagum-kagum dengan sosok Aland.Namun hingga saat ini masih belum ada orang yang mengetahui asal-usul dari pria tampan itu. Latar belakang, silsilah keluarga, bahkan marga yang kini menjadi nama belakangnya masih menjadi misteri. Bahkan rekan bisnisnya sampai berusaha mati-matian untuk mencari identitas asli Aland, namun berakhir dengan sia-sia. Seolah semuanya ditutup rapat-rapat dari dunia.“Hanya butuh istirah
21+ Happy Reading ....Napasnya terengah, seluruh tubuhnya terasa begitu panas meskipun tubuhnya kini masih dalam keadaan semula, dan suhu AC di ruangan itu masih tetap stabil seperti sebelumnya. Di depan ranjang Aland tengah memperhatikannya dengan segelas redwine digenggamanya, memperhatikan sikap Clara yang perlahan terpengaruh oleh obat yang tadi Ia berikan. Tontonan yang sangat menarik.“Air,” seru Clara parau, membuat Aland tersenyum simpul.Kemudian Aland beranjak dari tempat duduknya, berjalan mendekat menuju meja di mana di atasnya terdapat satu botol wine. Pria itu menuangkan kembali redwine ke dalam gelas sampai gelas panjang itu terisi penuh. Lalu Ia mendekat ke arah Clara yang sudah terlihat sangat tidak karuan.“Kau ingin air?” tanya Aland.Clara menatapnya, raut wajahnya sangat berbeda dengan tadi ketika wanita cantik itu tidak dalam pengaruh obat. Kini Clara benar-benar terlihat seperti anjing mainan milik Aland.Aland masih berdiri di depan ranjang, dan Clara mencoba
“Berikan aku apapun itu, berikan kepadaku!” racau Clara.Aland sudah tidak tahan lagi, dengan cepat kedua lengannya meraih tubuh Clara lalu membalikan posisinya agar benar-benar terbaring di atas ranjang. Wajah cantik dengan rona merah dan terlihat sayu, dada yang naik turun karena napas yang terengah itu kini berada tepat di bawah kuasanya.Kemudian pria tampan bertubuh tegap itu mencium bibir Clara secara sarkas, membuat decapan demi decapan itu terasa perih dan menyakitkan. Namun Clara hanya terdiam dan menikmati setiap sentuhannya, walaupun dengan bibir yang bergetar dan kaku perlahan Ia membalas sentuhan Aland.Namun tiba-tiba Aland menarik tubuhnya menjauh, melepaskan ciuman mereka agar mendapat jarak pandang dengan Clara. Keningnya berkerut halus, raut wajahnya heran menatap ke arah wanita cantik di bawah kuasanya. Apakah seperti ini caranya berciuman?Pandangannya bertemu langsung dengan netra berwarna coklat terang milik wanita cantik itu. Dan Aland bergeming sejenak, menatap
Aland mengetuk-ngetukan sebuah kartu nama bertuliskan Hanna Royce yang tengah digenggamnya ke atas meja. Pria tampan itu tengah duduk di atas kursi putarnya dengan sedikit menggoyangkan kursi tersebut ke kanan dan ke kiri. Ia tersenyum simpul, mengingat tingkah Hanna yang sangat mirip seperti seseorang dari masa lalunya.Sebelah telapak tangannya memegang satu botol berisikan butiran pil di dalamnya. Aland menatap botol obat itu dengan begitu intens. Pikiranya membayangkan antara seorang wanita yang mirip seperti Hanna, dan sangkut pautnya dengan obat-obatan itu.Aland akan merasa tidak tenang jika membiarkan wanita seperti Hanna lolos dari hadapanya. Ia akan membawanya, menariknya ke dalam lubang neraka yang begitu dalam dan menyakitkan. Sebab, karena wanita seperti Hanna dirinya harus mengalami semua mimpi buruk ini. Pria tampan itu memutar pergelangan tangannya, melihat arloji yang seharian penuh terpasang kokoh di sana. Waktu sudah menunjukan pukul dua siang, yang artinya ini wak
“Nona, Tuan muda sudah menunggu Anda di bawah.”Beberapa kalimat yang dilontarkan oleh penjaga pria itu seketika membuat seluruh tubuh Clara meremang. Wanita cantik yang kini masih intens menatap bayangan dirinya di depan cermin itu hanya bergeming. Ia menatap wajahnya yang cantik dengan polesan make up yang menutupi semua luka lebamnya. Clara meratapi dirinya sendiri, seolah ini adalah kali terakhirnya Ia bisa menatap dirinya di depan cermin. Tidak tahu besok, atau mungkin malam ini Ia akan mati.Sejenak Clara merenungi nasibnya. Jika dalam keadaan yang terdesak seperti ini, haruskah Ia menyesali keputusannya? Seharusnya, Clara tidak pernah mengatakan jika dirinya sudah tidak perawan lagi, dan berakhir dengan kondisi yang sangat mengerikan seperti sekarang ini. Mungkin jika Clara tidak menolak, hari ini dirinya pasti tengah berada di sebuah ranjang hangat, namun dengan seorang pria tua Bangka.Apa yang lebih mengerikan? Menikah dengan si tua bangka dan menjadi istrinya yang ke sekian
“Katakan apa yang kau inginkan, Clara?” tanya Aland kepada wanita cantik di atas pangkuannya.Aland memeluk tubuh ramping wanita cantik itu dengan sesekali telapak tangannya meraba punggung rata Clara. Wajah tampannya tersimpan pada ceruk leher wanita cantik itu. Dia mencium, dan mengendusnya beberapa kali.Sementara Clara hanya terdiam sembari merasakan tubuhnya yang meremang akibat sentuhan-sentuhan seductive yang Aland buat. Clara memejamkan matanya perlahan disaat lidah pria itu menyentuh daun telinganya sekaligus menghembuskan napasnya di sana.” I love your scent, Clara,” ujar Aland, semabri terus menciumi leher jenjang Clara.Jemari lentiknya mencengkram kuat gaun yang tengah dikenakannya. Sebisa mungkin Clara harus menahan ini semua. Rasa yang sangat memalukan ini. Tiba-tiba, telapak tangan Aland menyentuh paha mulus Clara, menyentuhnya dengan sangat halus. Sementara Clara masih terdiam dengan degup jantung yang sangat tidak beraturan.Tidak lama kemudian, beberapa orang pelay