Share

Chapter 3

21+ Happy Reading

Tubuh polos itu masih berada di bawah kuasa seorang pria yang kini sudah bertelanjang dada, dan memperlihatkan otot-otot perutnya yang sispax. Nafas Clara terengah, jantungnya bergemuruh kuat, dengan mata yang terbelalak lebar ketika melihat pria yang tengah menguasai tubuhnya kini tengah membuka sabuk yang digunakanya.

Clara langsung memejamkan matanya erat. Ia tidak bisa jika terus seperti ini. Melihat dengan perlahan pria itu melepas pakaian pada tubuhnya. Clara benar-benar tidak bisa. Tubuhnya bergetar hebat, dengan mata yang terpejam erat dan meneteskan air mata di ujungnya. Selama hidupnya Clara masih bisa terima jika Ia disiksa secara fisik oleh ibu dan kedua kakak tirinya. Namun sebuah pelecehan seksual? Clara tidak bisa. I’m virgin!

Pada kenyataanya wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu masihlah perawan. Clara berkata jika dirinya sudah tidak perawan lagi hanya untuk menolak perjodohan yang hendak dilakukan oleh daddynya. Clara tidak mau menjadi tumbal keluarga, sudah cukup dirinya hidup menderita selama ini.

Please don't touch me. I'm still a virgin. Lirih Clara dalam hati.

Seandainya Clara mengungkapkan jika dirinya masih perawan, akankah pria yang tengah menindih tubuhnya ini melepaskanya, atau justru lebih gencar menjelajah tubuh Clara?

“Buka matamu, Clara!” perintah pria tersebut, membuat desiran darah pada tubuh Clara seketika terhenti. “Menurutlah, Clara. Maka kau tidak akan terlalu menderita,” imbuhnya ketika Clara tidak kunjung membuka kedua matanya.

Seluruh tubuhnya masih bergetar hebat. Pikiranya berkecamuk antara menuruti perkataan pria itu atau tidak. Ini yang pertama kalinya bagi Clara. Ia takut, tersiksa batin dan pikiran ditambah posisi tubuhnya kini yang begitu memalukan. Tidur terlentang tanpa sehelai kainpun yang menutupinya.

“Open your eyes, Clara, can you hear me!” Suaranya memberat, membuat jantung Clara semakin berdegup tidak karuan.

Clara menelan salivanya susah payah sembari perlahan membuka kedua matanya. Samar pandangannya menangkap siluet sosok pria itu. Masih berada di sana, pria itu masih mengenakan celananya, dan ternyata hanya sabuknya yang Ia ambil.

Dia mendekat, sebelah lengannya terulur kemudian mencengkram rahang Clara dengan kasar. Jarak wajah mereka menjadi semakin dekat sehingga Clara bisa merasakan hembusan nafas pria itu. “Clara, katakan jika kau menginginkanku!”

“Rayu aku seperti kau merayu pria lain di luar sana, Jalang!” imbuhnya dengan nada bengis.

Tatapan itu tidak asing. Tatapanya kepada Clara sama persis seperti ibu dan kedua saudara tirinya. Benci, jijik, dan menghina. Apakah sebelumnya Clara pernah mengenalnya sehingga pria di hadapanya ini memiliki dendam terhadapnya.

“S-siapa kau?” tanya Clara dengan bibir yang bergetar hebat.

Tiba-tiba pria itu tergelak kencang sembari mendongakan kepalanya ke atas, seolah pertanyaan yang dilayangkan oleh Clara adalah sebuah lelucon baginya. “Apakah seperti ini kau memperlakukan seseorang yang membelimu? Kau menanyakan siapa mereka?” tanyanya masih dengan gelak tawa yang sama.

Membeli? Sekujur tubuh Clara semakin lemas mendengar kata tersebut. Benar, kini Clara ingat. Sebelum dirinya tersadar dan terbangun di dalam ruangan ini, Jordan yang merupakan kekasih Hanna itu membawa Clara ke acara lelang dan menjualnya. Dan pria ini, sepertinya pria ini yang telah membeli Clara.

“Tiga milyar hanya untuk seorang jalang!” ucapnya lagi dengan seringai tajam mengarah kepada Clara.

AKU BUKAN WANITA SEPERTI ITU! Clara hanya bisa berteriak di dalam hati, raungan dan tangisan yang hanya bisa Ia pendam seperti biasanya.

”Memohon kepadaku, Clara. Memohonlah agar aku mau menyentuh tubuhmu.”

Dan satu telapak tangan yang sedari tadi mencengkram rahang Clara kini mulai turun ke leher, semakin turun dan kini telapak tangan yang kekar itu lolos menyentuh kasar area sensitif milik wanita cantik itu. Membuat tubuh Clara meremang sekaligus bergetar hebat.

“Sangat menyenangkan bukan?”

Satu teriakan lolos dari bibir mungil Clara ketika pria itu meremas bagian sensitivenya lagi dengan begitu kuat. Ini benar-benar sangat menyakitkan, bahkan rasa sakitnya melebihi dari sebuah cambukan.

“Bukankah sangat menyenangkan, Clara?" tanyanya dengan seringai. "Terikanmu terdengar sangat indah, berteriaklah lagi!”

“Berteriaklah lagi, Clara!” Satu remasan lolos kembali dari telapak tangan kekar itu dengan sangat kuat. Namun kali ini Clara lebih memilih untuk memejamkan kedua matanya dan mengigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat. Clara tidak berteriak lagi.

“Kenapa kau tidak berteriak, Clara? Berteriaklah!” Lagi, perlakuan kasar itu terjadi kembali bahkan kali ini lebih menyakitkan. Namun Clara masih bersikeras pada posisinya, terdiam dan memejamkan mata. Hanya beberapa tetes air mata yang lolos keluar pada ekor matanya yang dapat mewakili rasa sakitnya saat ini.

“Keras kepala! Buka matamu, Clara!”

Suara itu menggema di dalam ruangan, dengan disusul suara cambukan sabuk yang begitu keras menyentuh kulit mulus dan putih seorang wanita di bawah kuasanya. Clara yang terkejut akan hal itu sontak membuka matanya secepat kilat. Melihat pria itu hendak mencabuknya untuk yang kedua kali. Psikopat! Namun Clara masih terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata ataupun teriakan.

“Jadi kau menyukai cara-cara kasar seperti ini? Baiklah, Clara. Aku akan menemanimu bermain,” ujarnya dengan seringai.

“Psikopat!” pekik Clara yang sukses membuat seringai di wajah pria itu memudar.

Namun lagi-lagi suara gelak tawa yang Clara dengar, gelak tawa yang sangat memekakan telinga. “Psikopat? Katakan saja seperti itu,” ujarnya masih dengan gelakan yang sama.

“Kau tahu, Clara? Aku membenci wanita sepertimu! Jalang, kotor, dan menjijikan .Jalang hina yang rela menjual tubuhnya hanya untuk sejumlah uang. Kau menjijikan, Clara!”

Kau menjijikan Clara!

Kau benar-benar sangat menjijikan!

Jalang, hina, dan kotor!

Kau tidak pantas hidup!

Tiba-tiba beberapa kalimat dengan diiringi suara yang Clara kenal berputar di dalam pikiran wanita cantik itu. Kata-kata yang pria ini katakan pernah Clara dengar sebelumnya.

“Clara, sudah aku katakan padamu untuk menurut agar rasa sakitnya sedikit berkurang.”

“Bersiaplah, Clara.”

Dan satu cambukan lagi menyusul menyentuh kulit putih dan mulus Clara. Cambukan itu berhasil mendarat, dan mengenai tepat pada dada serta pipi bagian kiri Clara, membuat nafas wanita cantik itu semakin terengah dan tidak karuan. Pandangan Clara menjadi buram kembali, disertai rasa sakit yang teramat dan juga sesak nafas yang sangat mendera. Clara sudah tidak kuat lagi, dan sesaat wanita cantik itu tidak sadarkan diri.

“Kau harus tetap hidup, Jalang. Aku bahkan belum puas mendengarkan teriakanmu!”

**

Eh eh eh apa ini thor? Ko serem yaw wkwkwk. Ikuti terus kisahnya yaaa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status