21+ Happy Reading
Tubuh polos itu masih berada di bawah kuasa seorang pria yang kini sudah bertelanjang dada, dan memperlihatkan otot-otot perutnya yang sispax. Nafas Clara terengah, jantungnya bergemuruh kuat, dengan mata yang terbelalak lebar ketika melihat pria yang tengah menguasai tubuhnya kini tengah membuka sabuk yang digunakanya.Clara langsung memejamkan matanya erat. Ia tidak bisa jika terus seperti ini. Melihat dengan perlahan pria itu melepas pakaian pada tubuhnya. Clara benar-benar tidak bisa. Tubuhnya bergetar hebat, dengan mata yang terpejam erat dan meneteskan air mata di ujungnya. Selama hidupnya Clara masih bisa terima jika Ia disiksa secara fisik oleh ibu dan kedua kakak tirinya. Namun sebuah pelecehan seksual? Clara tidak bisa. I’m virgin!Pada kenyataanya wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu masihlah perawan. Clara berkata jika dirinya sudah tidak perawan lagi hanya untuk menolak perjodohan yang hendak dilakukan oleh daddynya. Clara tidak mau menjadi tumbal keluarga, sudah cukup dirinya hidup menderita selama ini.Please don't touch me. I'm still a virgin. Lirih Clara dalam hati.Seandainya Clara mengungkapkan jika dirinya masih perawan, akankah pria yang tengah menindih tubuhnya ini melepaskanya, atau justru lebih gencar menjelajah tubuh Clara?“Buka matamu, Clara!” perintah pria tersebut, membuat desiran darah pada tubuh Clara seketika terhenti. “Menurutlah, Clara. Maka kau tidak akan terlalu menderita,” imbuhnya ketika Clara tidak kunjung membuka kedua matanya.Seluruh tubuhnya masih bergetar hebat. Pikiranya berkecamuk antara menuruti perkataan pria itu atau tidak. Ini yang pertama kalinya bagi Clara. Ia takut, tersiksa batin dan pikiran ditambah posisi tubuhnya kini yang begitu memalukan. Tidur terlentang tanpa sehelai kainpun yang menutupinya.“Open your eyes, Clara, can you hear me!” Suaranya memberat, membuat jantung Clara semakin berdegup tidak karuan.Clara menelan salivanya susah payah sembari perlahan membuka kedua matanya. Samar pandangannya menangkap siluet sosok pria itu. Masih berada di sana, pria itu masih mengenakan celananya, dan ternyata hanya sabuknya yang Ia ambil.Dia mendekat, sebelah lengannya terulur kemudian mencengkram rahang Clara dengan kasar. Jarak wajah mereka menjadi semakin dekat sehingga Clara bisa merasakan hembusan nafas pria itu. “Clara, katakan jika kau menginginkanku!”“Rayu aku seperti kau merayu pria lain di luar sana, Jalang!” imbuhnya dengan nada bengis.Tatapan itu tidak asing. Tatapanya kepada Clara sama persis seperti ibu dan kedua saudara tirinya. Benci, jijik, dan menghina. Apakah sebelumnya Clara pernah mengenalnya sehingga pria di hadapanya ini memiliki dendam terhadapnya.“S-siapa kau?” tanya Clara dengan bibir yang bergetar hebat.Tiba-tiba pria itu tergelak kencang sembari mendongakan kepalanya ke atas, seolah pertanyaan yang dilayangkan oleh Clara adalah sebuah lelucon baginya. “Apakah seperti ini kau memperlakukan seseorang yang membelimu? Kau menanyakan siapa mereka?” tanyanya masih dengan gelak tawa yang sama.Membeli? Sekujur tubuh Clara semakin lemas mendengar kata tersebut. Benar, kini Clara ingat. Sebelum dirinya tersadar dan terbangun di dalam ruangan ini, Jordan yang merupakan kekasih Hanna itu membawa Clara ke acara lelang dan menjualnya. Dan pria ini, sepertinya pria ini yang telah membeli Clara.“Tiga milyar hanya untuk seorang jalang!” ucapnya lagi dengan seringai tajam mengarah kepada Clara.AKU BUKAN WANITA SEPERTI ITU! Clara hanya bisa berteriak di dalam hati, raungan dan tangisan yang hanya bisa Ia pendam seperti biasanya.”Memohon kepadaku, Clara. Memohonlah agar aku mau menyentuh tubuhmu.”Dan satu telapak tangan yang sedari tadi mencengkram rahang Clara kini mulai turun ke leher, semakin turun dan kini telapak tangan yang kekar itu lolos menyentuh kasar area sensitif milik wanita cantik itu. Membuat tubuh Clara meremang sekaligus bergetar hebat.“Sangat menyenangkan bukan?”Satu teriakan lolos dari bibir mungil Clara ketika pria itu meremas bagian sensitivenya lagi dengan begitu kuat. Ini benar-benar sangat menyakitkan, bahkan rasa sakitnya melebihi dari sebuah cambukan.“Bukankah sangat menyenangkan, Clara?" tanyanya dengan seringai. "Terikanmu terdengar sangat indah, berteriaklah lagi!”“Berteriaklah lagi, Clara!” Satu remasan lolos kembali dari telapak tangan kekar itu dengan sangat kuat. Namun kali ini Clara lebih memilih untuk memejamkan kedua matanya dan mengigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat. Clara tidak berteriak lagi.“Kenapa kau tidak berteriak, Clara? Berteriaklah!” Lagi, perlakuan kasar itu terjadi kembali bahkan kali ini lebih menyakitkan. Namun Clara masih bersikeras pada posisinya, terdiam dan memejamkan mata. Hanya beberapa tetes air mata yang lolos keluar pada ekor matanya yang dapat mewakili rasa sakitnya saat ini.“Keras kepala! Buka matamu, Clara!”Suara itu menggema di dalam ruangan, dengan disusul suara cambukan sabuk yang begitu keras menyentuh kulit mulus dan putih seorang wanita di bawah kuasanya. Clara yang terkejut akan hal itu sontak membuka matanya secepat kilat. Melihat pria itu hendak mencabuknya untuk yang kedua kali. Psikopat! Namun Clara masih terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata ataupun teriakan.“Jadi kau menyukai cara-cara kasar seperti ini? Baiklah, Clara. Aku akan menemanimu bermain,” ujarnya dengan seringai.“Psikopat!” pekik Clara yang sukses membuat seringai di wajah pria itu memudar.Namun lagi-lagi suara gelak tawa yang Clara dengar, gelak tawa yang sangat memekakan telinga. “Psikopat? Katakan saja seperti itu,” ujarnya masih dengan gelakan yang sama.“Kau tahu, Clara? Aku membenci wanita sepertimu! Jalang, kotor, dan menjijikan .Jalang hina yang rela menjual tubuhnya hanya untuk sejumlah uang. Kau menjijikan, Clara!”Kau menjijikan Clara!Kau benar-benar sangat menjijikan!Jalang, hina, dan kotor!Kau tidak pantas hidup!Tiba-tiba beberapa kalimat dengan diiringi suara yang Clara kenal berputar di dalam pikiran wanita cantik itu. Kata-kata yang pria ini katakan pernah Clara dengar sebelumnya.“Clara, sudah aku katakan padamu untuk menurut agar rasa sakitnya sedikit berkurang.”“Bersiaplah, Clara.”Dan satu cambukan lagi menyusul menyentuh kulit putih dan mulus Clara. Cambukan itu berhasil mendarat, dan mengenai tepat pada dada serta pipi bagian kiri Clara, membuat nafas wanita cantik itu semakin terengah dan tidak karuan. Pandangan Clara menjadi buram kembali, disertai rasa sakit yang teramat dan juga sesak nafas yang sangat mendera. Clara sudah tidak kuat lagi, dan sesaat wanita cantik itu tidak sadarkan diri.“Kau harus tetap hidup, Jalang. Aku bahkan belum puas mendengarkan teriakanmu!”**Eh eh eh apa ini thor? Ko serem yaw wkwkwk. Ikuti terus kisahnya yaaa.Aland Washington merupakan pria tampan berusia tiga puluh empat tahun. Kehidupanya mapan, dan mempunyai kerajaan bisnis yang besar. Aland sudah menjadi CEO di perusahaannya sendiri sejak usianya tiga puluh tahun. Kemunculannya yang tiba-tiba dan misterius menjadi perspektif baru bagi kalangan pebisnis lainnya.Aland adalah orang baru dalam dunia bisnis. Seorang jenius dan juga kompeten, yang mampu menaikan popularitas perusahaanya untuk duduk di peringkat lima perusahaan besar di Asia hanya dengan waktu empat tahun saja. Kepintaran dan ketenarannya tentu saja membuat orang terkagum-kagum dengan sosok Aland.Namun hingga saat ini masih belum ada orang yang mengetahui asal-usul dari pria tampan itu. Latar belakang, silsilah keluarga, bahkan marga yang kini menjadi nama belakangnya masih menjadi misteri. Bahkan rekan bisnisnya sampai berusaha mati-matian untuk mencari identitas asli Aland, namun berakhir dengan sia-sia. Seolah semuanya ditutup rapat-rapat dari dunia.“Hanya butuh istirah
21+ Happy Reading ....Napasnya terengah, seluruh tubuhnya terasa begitu panas meskipun tubuhnya kini masih dalam keadaan semula, dan suhu AC di ruangan itu masih tetap stabil seperti sebelumnya. Di depan ranjang Aland tengah memperhatikannya dengan segelas redwine digenggamanya, memperhatikan sikap Clara yang perlahan terpengaruh oleh obat yang tadi Ia berikan. Tontonan yang sangat menarik.“Air,” seru Clara parau, membuat Aland tersenyum simpul.Kemudian Aland beranjak dari tempat duduknya, berjalan mendekat menuju meja di mana di atasnya terdapat satu botol wine. Pria itu menuangkan kembali redwine ke dalam gelas sampai gelas panjang itu terisi penuh. Lalu Ia mendekat ke arah Clara yang sudah terlihat sangat tidak karuan.“Kau ingin air?” tanya Aland.Clara menatapnya, raut wajahnya sangat berbeda dengan tadi ketika wanita cantik itu tidak dalam pengaruh obat. Kini Clara benar-benar terlihat seperti anjing mainan milik Aland.Aland masih berdiri di depan ranjang, dan Clara mencoba
“Berikan aku apapun itu, berikan kepadaku!” racau Clara.Aland sudah tidak tahan lagi, dengan cepat kedua lengannya meraih tubuh Clara lalu membalikan posisinya agar benar-benar terbaring di atas ranjang. Wajah cantik dengan rona merah dan terlihat sayu, dada yang naik turun karena napas yang terengah itu kini berada tepat di bawah kuasanya.Kemudian pria tampan bertubuh tegap itu mencium bibir Clara secara sarkas, membuat decapan demi decapan itu terasa perih dan menyakitkan. Namun Clara hanya terdiam dan menikmati setiap sentuhannya, walaupun dengan bibir yang bergetar dan kaku perlahan Ia membalas sentuhan Aland.Namun tiba-tiba Aland menarik tubuhnya menjauh, melepaskan ciuman mereka agar mendapat jarak pandang dengan Clara. Keningnya berkerut halus, raut wajahnya heran menatap ke arah wanita cantik di bawah kuasanya. Apakah seperti ini caranya berciuman?Pandangannya bertemu langsung dengan netra berwarna coklat terang milik wanita cantik itu. Dan Aland bergeming sejenak, menatap
Aland mengetuk-ngetukan sebuah kartu nama bertuliskan Hanna Royce yang tengah digenggamnya ke atas meja. Pria tampan itu tengah duduk di atas kursi putarnya dengan sedikit menggoyangkan kursi tersebut ke kanan dan ke kiri. Ia tersenyum simpul, mengingat tingkah Hanna yang sangat mirip seperti seseorang dari masa lalunya.Sebelah telapak tangannya memegang satu botol berisikan butiran pil di dalamnya. Aland menatap botol obat itu dengan begitu intens. Pikiranya membayangkan antara seorang wanita yang mirip seperti Hanna, dan sangkut pautnya dengan obat-obatan itu.Aland akan merasa tidak tenang jika membiarkan wanita seperti Hanna lolos dari hadapanya. Ia akan membawanya, menariknya ke dalam lubang neraka yang begitu dalam dan menyakitkan. Sebab, karena wanita seperti Hanna dirinya harus mengalami semua mimpi buruk ini. Pria tampan itu memutar pergelangan tangannya, melihat arloji yang seharian penuh terpasang kokoh di sana. Waktu sudah menunjukan pukul dua siang, yang artinya ini wak
“Nona, Tuan muda sudah menunggu Anda di bawah.”Beberapa kalimat yang dilontarkan oleh penjaga pria itu seketika membuat seluruh tubuh Clara meremang. Wanita cantik yang kini masih intens menatap bayangan dirinya di depan cermin itu hanya bergeming. Ia menatap wajahnya yang cantik dengan polesan make up yang menutupi semua luka lebamnya. Clara meratapi dirinya sendiri, seolah ini adalah kali terakhirnya Ia bisa menatap dirinya di depan cermin. Tidak tahu besok, atau mungkin malam ini Ia akan mati.Sejenak Clara merenungi nasibnya. Jika dalam keadaan yang terdesak seperti ini, haruskah Ia menyesali keputusannya? Seharusnya, Clara tidak pernah mengatakan jika dirinya sudah tidak perawan lagi, dan berakhir dengan kondisi yang sangat mengerikan seperti sekarang ini. Mungkin jika Clara tidak menolak, hari ini dirinya pasti tengah berada di sebuah ranjang hangat, namun dengan seorang pria tua Bangka.Apa yang lebih mengerikan? Menikah dengan si tua bangka dan menjadi istrinya yang ke sekian
“Katakan apa yang kau inginkan, Clara?” tanya Aland kepada wanita cantik di atas pangkuannya.Aland memeluk tubuh ramping wanita cantik itu dengan sesekali telapak tangannya meraba punggung rata Clara. Wajah tampannya tersimpan pada ceruk leher wanita cantik itu. Dia mencium, dan mengendusnya beberapa kali.Sementara Clara hanya terdiam sembari merasakan tubuhnya yang meremang akibat sentuhan-sentuhan seductive yang Aland buat. Clara memejamkan matanya perlahan disaat lidah pria itu menyentuh daun telinganya sekaligus menghembuskan napasnya di sana.” I love your scent, Clara,” ujar Aland, semabri terus menciumi leher jenjang Clara.Jemari lentiknya mencengkram kuat gaun yang tengah dikenakannya. Sebisa mungkin Clara harus menahan ini semua. Rasa yang sangat memalukan ini. Tiba-tiba, telapak tangan Aland menyentuh paha mulus Clara, menyentuhnya dengan sangat halus. Sementara Clara masih terdiam dengan degup jantung yang sangat tidak beraturan.Tidak lama kemudian, beberapa orang pelay
Aland menghisap rokoknya kemudian menghembuskan asap menjauh. Pandangannya masih setia tertuju pada wanita cantik di hadapanya. Clara masih terdiam, dan tidak kunjung menuruti perintahnya. Apa yang tengah dipikirkan oleh wanita itu?“Apa kau menginginkan satu pengawalku masuk ke dalam sini dan membukakan baju itu, Clara?” seru Aland yang sontak membuat Clara menoleh ke arahnya dengan terkejut. Pengawal?“Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku!” imbuhnya, yang tentunya itu adalah sebuah ancaman besar bagi Clara.“No, no. I will open it myself,” ujar Clara dengan nada suara yang bergetar.Aland menatapnya tajam, tersenyum simpul ke arah wanita cantik itu. “Lakukanlah.”Clara menelan ludahnya dengan susah payah. Ia merasa bahwa dirinya sudah melebihi dari seekor anjing peliharaan pria itu. Clara menundukan wajahnya yang telah memerah, membuka perlahan baju yang tengah dikenakannya dengan tangan yang bergetar hebat. Jika terus dipermainkan dan dipermalukan seperti ini, Clara benar-
Wanita cantik itu duduk sembari memeluk lututnya di sudut kamar mandi. Wajahnya tertunduk dengan rambut panjang yang tergerai hingga menutupi seluruh bagian wajahnya. Seluruh tubuhnya bergetar hebat dengan perasaan yang sangat tidak karuan. Pikirannya selalu terbayang permainan gila bersama Aland beberapa menit yang lalu.Itu menjijikan! No! No! No! Batin Clara menjerit histeris.Wanita cantik itu mengutuk dirinya sendiri. Menolak keras dengan apa yang baru saja terjadi. Namun tidak lama kemudian, Ia menatih tubuhnya kembali. Melangkah mendekat ke arah wastafel lalu menyalakan airnya. Clara membasuh wajahnya dengan air dan sesekali menampari dirinya sendiri dengan kasar.Clara menatap bayangannya di depan cermin. Wajahnya benar-benar sangat tidak karuan. Rambutnya yang lusuh dan acak-acakan, make up yang terbasuh dengan air, dan matanya yang bulat dan sembab karena menangis. Wanita cantik itu terlihat begitu frustasi. Ia menjerit tanpa mengeluarkan sedikitpun suara. Semua rasa sakitny