Share

Chapter 3

Author: Rara Radika
last update Last Updated: 2024-01-11 22:31:47

21+ Happy Reading

Tubuh polos itu masih berada di bawah kuasa seorang pria yang kini sudah bertelanjang dada, dan memperlihatkan otot-otot perutnya yang sispax. Nafas Clara terengah, jantungnya bergemuruh kuat, dengan mata yang terbelalak lebar ketika melihat pria yang tengah menguasai tubuhnya kini tengah membuka sabuk yang digunakanya.

Clara langsung memejamkan matanya erat. Ia tidak bisa jika terus seperti ini. Melihat dengan perlahan pria itu melepas pakaian pada tubuhnya. Clara benar-benar tidak bisa. Tubuhnya bergetar hebat, dengan mata yang terpejam erat dan meneteskan air mata di ujungnya. Selama hidupnya Clara masih bisa terima jika Ia disiksa secara fisik oleh ibu dan kedua kakak tirinya. Namun sebuah pelecehan seksual? Clara tidak bisa. I’m virgin!

Pada kenyataanya wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu masihlah perawan. Clara berkata jika dirinya sudah tidak perawan lagi hanya untuk menolak perjodohan yang hendak dilakukan oleh daddynya. Clara tidak mau menjadi tumbal keluarga, sudah cukup dirinya hidup menderita selama ini.

Please don't touch me. I'm still a virgin. Lirih Clara dalam hati.

Seandainya Clara mengungkapkan jika dirinya masih perawan, akankah pria yang tengah menindih tubuhnya ini melepaskanya, atau justru lebih gencar menjelajah tubuh Clara?

“Buka matamu, Clara!” perintah pria tersebut, membuat desiran darah pada tubuh Clara seketika terhenti. “Menurutlah, Clara. Maka kau tidak akan terlalu menderita,” imbuhnya ketika Clara tidak kunjung membuka kedua matanya.

Seluruh tubuhnya masih bergetar hebat. Pikiranya berkecamuk antara menuruti perkataan pria itu atau tidak. Ini yang pertama kalinya bagi Clara. Ia takut, tersiksa batin dan pikiran ditambah posisi tubuhnya kini yang begitu memalukan. Tidur terlentang tanpa sehelai kainpun yang menutupinya.

“Open your eyes, Clara, can you hear me!” Suaranya memberat, membuat jantung Clara semakin berdegup tidak karuan.

Clara menelan salivanya susah payah sembari perlahan membuka kedua matanya. Samar pandangannya menangkap siluet sosok pria itu. Masih berada di sana, pria itu masih mengenakan celananya, dan ternyata hanya sabuknya yang Ia ambil.

Dia mendekat, sebelah lengannya terulur kemudian mencengkram rahang Clara dengan kasar. Jarak wajah mereka menjadi semakin dekat sehingga Clara bisa merasakan hembusan nafas pria itu. “Clara, katakan jika kau menginginkanku!”

“Rayu aku seperti kau merayu pria lain di luar sana, Jalang!” imbuhnya dengan nada bengis.

Tatapan itu tidak asing. Tatapanya kepada Clara sama persis seperti ibu dan kedua saudara tirinya. Benci, jijik, dan menghina. Apakah sebelumnya Clara pernah mengenalnya sehingga pria di hadapanya ini memiliki dendam terhadapnya.

“S-siapa kau?” tanya Clara dengan bibir yang bergetar hebat.

Tiba-tiba pria itu tergelak kencang sembari mendongakan kepalanya ke atas, seolah pertanyaan yang dilayangkan oleh Clara adalah sebuah lelucon baginya. “Apakah seperti ini kau memperlakukan seseorang yang membelimu? Kau menanyakan siapa mereka?” tanyanya masih dengan gelak tawa yang sama.

Membeli? Sekujur tubuh Clara semakin lemas mendengar kata tersebut. Benar, kini Clara ingat. Sebelum dirinya tersadar dan terbangun di dalam ruangan ini, Jordan yang merupakan kekasih Hanna itu membawa Clara ke acara lelang dan menjualnya. Dan pria ini, sepertinya pria ini yang telah membeli Clara.

“Tiga milyar hanya untuk seorang jalang!” ucapnya lagi dengan seringai tajam mengarah kepada Clara.

AKU BUKAN WANITA SEPERTI ITU! Clara hanya bisa berteriak di dalam hati, raungan dan tangisan yang hanya bisa Ia pendam seperti biasanya.

”Memohon kepadaku, Clara. Memohonlah agar aku mau menyentuh tubuhmu.”

Dan satu telapak tangan yang sedari tadi mencengkram rahang Clara kini mulai turun ke leher, semakin turun dan kini telapak tangan yang kekar itu lolos menyentuh kasar area sensitif milik wanita cantik itu. Membuat tubuh Clara meremang sekaligus bergetar hebat.

“Sangat menyenangkan bukan?”

Satu teriakan lolos dari bibir mungil Clara ketika pria itu meremas bagian sensitivenya lagi dengan begitu kuat. Ini benar-benar sangat menyakitkan, bahkan rasa sakitnya melebihi dari sebuah cambukan.

“Bukankah sangat menyenangkan, Clara?" tanyanya dengan seringai. "Terikanmu terdengar sangat indah, berteriaklah lagi!”

“Berteriaklah lagi, Clara!” Satu remasan lolos kembali dari telapak tangan kekar itu dengan sangat kuat. Namun kali ini Clara lebih memilih untuk memejamkan kedua matanya dan mengigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat. Clara tidak berteriak lagi.

“Kenapa kau tidak berteriak, Clara? Berteriaklah!” Lagi, perlakuan kasar itu terjadi kembali bahkan kali ini lebih menyakitkan. Namun Clara masih bersikeras pada posisinya, terdiam dan memejamkan mata. Hanya beberapa tetes air mata yang lolos keluar pada ekor matanya yang dapat mewakili rasa sakitnya saat ini.

“Keras kepala! Buka matamu, Clara!”

Suara itu menggema di dalam ruangan, dengan disusul suara cambukan sabuk yang begitu keras menyentuh kulit mulus dan putih seorang wanita di bawah kuasanya. Clara yang terkejut akan hal itu sontak membuka matanya secepat kilat. Melihat pria itu hendak mencabuknya untuk yang kedua kali. Psikopat! Namun Clara masih terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata ataupun teriakan.

“Jadi kau menyukai cara-cara kasar seperti ini? Baiklah, Clara. Aku akan menemanimu bermain,” ujarnya dengan seringai.

“Psikopat!” pekik Clara yang sukses membuat seringai di wajah pria itu memudar.

Namun lagi-lagi suara gelak tawa yang Clara dengar, gelak tawa yang sangat memekakan telinga. “Psikopat? Katakan saja seperti itu,” ujarnya masih dengan gelakan yang sama.

“Kau tahu, Clara? Aku membenci wanita sepertimu! Jalang, kotor, dan menjijikan .Jalang hina yang rela menjual tubuhnya hanya untuk sejumlah uang. Kau menjijikan, Clara!”

Kau menjijikan Clara!

Kau benar-benar sangat menjijikan!

Jalang, hina, dan kotor!

Kau tidak pantas hidup!

Tiba-tiba beberapa kalimat dengan diiringi suara yang Clara kenal berputar di dalam pikiran wanita cantik itu. Kata-kata yang pria ini katakan pernah Clara dengar sebelumnya.

“Clara, sudah aku katakan padamu untuk menurut agar rasa sakitnya sedikit berkurang.”

“Bersiaplah, Clara.”

Dan satu cambukan lagi menyusul menyentuh kulit putih dan mulus Clara. Cambukan itu berhasil mendarat, dan mengenai tepat pada dada serta pipi bagian kiri Clara, membuat nafas wanita cantik itu semakin terengah dan tidak karuan. Pandangan Clara menjadi buram kembali, disertai rasa sakit yang teramat dan juga sesak nafas yang sangat mendera. Clara sudah tidak kuat lagi, dan sesaat wanita cantik itu tidak sadarkan diri.

“Kau harus tetap hidup, Jalang. Aku bahkan belum puas mendengarkan teriakanmu!”

**

Eh eh eh apa ini thor? Ko serem yaw wkwkwk. Ikuti terus kisahnya yaaa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (14)
goodnovel comment avatar
medi hermit
waw mengerikan dan serem banget laki2 psicopat dan suka kekerasan s3x, smg Clara busa lolos dr suksaannya.........
goodnovel comment avatar
Puspa Sella
kenapa ya penulis suka buat wanita lemah yg menderita
goodnovel comment avatar
melatieza
dan yg paling gak masuk akal, mrk bersama endingnya dan silakinya bucin, cerita yg sama model2 spt ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Masih Perawan   Chapter 221

    Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka

  • Aku Masih Perawan   Chapter 220

    Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang

  • Aku Masih Perawan   Chapter 219

    Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke

  • Aku Masih Perawan   Chapter 218

    Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl

  • Aku Masih Perawan   Chapter 217

    Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah

  • Aku Masih Perawan   Chapter 216

    Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status