Share

Chapter 6

Author: Rara Radika
last update Last Updated: 2024-01-26 22:59:57

“Berikan aku apapun itu, berikan kepadaku!” racau Clara.

Aland sudah tidak tahan lagi, dengan cepat kedua lengannya meraih tubuh Clara lalu membalikan posisinya agar benar-benar terbaring di atas ranjang. Wajah cantik dengan rona merah dan terlihat sayu, dada yang naik turun karena napas yang terengah itu kini berada tepat di bawah kuasanya.

Kemudian pria tampan bertubuh tegap itu mencium bibir Clara secara sarkas, membuat decapan demi decapan itu terasa perih dan menyakitkan. Namun Clara hanya terdiam dan menikmati setiap sentuhannya, walaupun dengan bibir yang bergetar dan kaku perlahan Ia membalas sentuhan Aland.

Namun tiba-tiba Aland menarik tubuhnya menjauh, melepaskan ciuman mereka agar mendapat jarak pandang dengan Clara. Keningnya berkerut halus, raut wajahnya heran menatap ke arah wanita cantik di bawah kuasanya. Apakah seperti ini caranya berciuman?

Pandangannya bertemu langsung dengan netra berwarna coklat terang milik wanita cantik itu. Dan Aland bergeming sejenak, menatap Clara dengan begitu intens. Beberapa menit mereka hanya saling bertukar pandang, hingga suara dering telepon yang tiba-tiba menyadarkan Aland dari semuanya.

Pria tampan itu langsung beranjak dari menindih tubuh Clara, menegakkan posisinya namun masih berada di atas tubuh wanita cantik itu. Ia merogoh saku celananya, mengambil sebuah smartphone dari dalam sana.

“Baiklah,” balasnya kepada seseorang di seberang sana.

Aland menatap wajah Clara kembali. “Sepertinya kau harus merasakan hal yang lebih menyakitkan lagi, Clara,” ujarnya. Lalu Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Clara. “Terpaksa kau harus menahannya seorang diri.” Sebelum akhirnya pria tampan itu beranjak turun dari ranjang dan kemudian melangkah keluar dan meninggalkan kamar itu.

Clara tidak mengerti, bahkan pikirannya tidak dapat mencerna dengan baik untuk saat ini. Pengaruh obat itu benar-benar telah membuatnya seperti orang gila. Hanya perasaan panas, haus, dan aneh yang muncul di tubuhnya.

Kemudian tak lama setelah Aland pergi, Clara beranjak terbangun dari posisinya berbaring. Napasnya masih terengah dengan suhu tubuhnya yang semakin memanas. Itu sangat menyiksa. Benar kata Aland tadi, jika Clara harus merasakan hal yang lebih sakit lagi, bahkan lebih sakit dari sebuah cambukan.

“Hah hah hah ….” Clara menundukan wajahnya ke bawah, mencengkram sprei dengan kuat. Itu menyiksa, dan sangat menyiksa.

**

Di dalam mobil, Aland sedang memegangi sebuah tab dengan satu video terputar di dalamnya. Video tersebut tak lain adalah video yang diambil dari CCTV kamar Clara. Sudah setengah jam berlalu wanita cantik itu masih dalam pengaruh obatnya. Namun tiba-tiba tubuh ramping itu jatuh dan lunglai di atas peraduan, Aland yang melihatnya pun langsung meraih smartphonenya untuk menelpon seseorang.

“Pastikan agar dia tetap hidup!” perintahnya kepada seseorang di seberang sana.

Setidaknya matilah nanti, setelah Aland puas bermain dengan seorang wanita dengan harga tiga milyar itu. Karena akan merugikan untuk Aland jika Ia membeli wanita namun tiba-tiba mati begitu saja.

Lalu Aland mematikan layar tabletnya dan kemudian menyimpan itu tepat di sampingnya. Pria itu tidak memperdulikan kondisi Clara, setidaknya Ia telah memerintahkan itu kepada anak buahnya. Dan jika Clara mati, maka beberapa anak buah yang ditugaskan menjaga Clara juga akan ikut mati.

Mobil mewah itu berhenti tepat di depan pintu masuk sebuah perusahaan besar bertuliskan Washington Grup. Beberapa orang penjaga sudah berderet di depan pintu masuk untuk menyambut kehadiranya. Seorang penjaga membukakan pintu, Aland keluar dari mobil dan langsung menjadi pusat perhatian orang-orang di sana.

Pria tampan itu mulai memasuki area lobby perusahan dengan diikuti beberapa orang berpakaian jas rapih di belakangnya. Satu langkah di belakangnya sudah ada seorang wanita cantik yang berstatus sebagai sekretarisnya, dan sibuk dengan satu tablet di tangannya, mengatur beberapa jadwal Aland.

“Ada yang menunggu anda di ruang tunggu, Pak,” ucap sang sekretaris cantik Aland yang bernama Luna.

“Siapa?”

“Hanna Royce.”

“Royce?” tanya Aland memastikan.

“Benar, Pak,” balas Luna.

Aland pernah mendengar nama Royce sebelumnya. Yaitu, pada sebuah saluran televisi di mana perusahaan Royce terancam bangkrut. Namun hal itu sama sekali tidak ada hubungan dengannya. Lantas untuk apa, salah satu anggota keluarganya datang mengunjungi Aland di perusahaan?

“Berapa menit sebelum rapat di mulai?” tanya Aland kepada Luna.

“Tiga menit, Pak,” jawab Luna.

“Perintahkan dia untuk masuk ke dalam ruanganku,” perintah Aland kepada Luna.

Luna menjawab, “Baik, Pak.”

Aland masuk ke dalam ruangannya dan langsung duduk di atas kursi kebesaranya. Pria tampan itu memeriksa beberapa berkas dengan begitu kompeten sampai tak lama suara Luna kembali terdengar. Namun fokusnya terbelah menjadi dua di antara pekerjaan dan wanita yang tak lama akan masuk ke dalam ruangannya. Apa yang akan dilakukan oleh wanita bernama Hanna Royce itu sudah bisa Aland tebak.

“Silahkan masuk, Nona,” kata Luna mempersilahkan.

Aland langsung menatap ke arahnya, mempersilahkan Luna keluar setelah sekretarisnya itu mengantarkan Hanna untuk masuk ke dalam ruangannya. Kemudian Aland langsung beranjak dari tempat duduknya, dan berjalan menuju sofa berwarna abu yang masih berada di dalam ruang kerjanya.

“Silahkan duduk, Nona Hanna,” ucap Aland dengan senyuman.

Hanna tersenyum lalu akhirnya Ia duduk di atas sofa di depan Aland. “Aku kira akan sulit untuk menemuimu, Tuan Aland.”

“Tidak akan sulit jika aku mempunyai waktu senggang,” balas Aland cepat.

Tentu saja Aland tidak akan mempersulit seorang wanita untuk masuk ke dalam perusahaan ataupun kediamannya. Jika mereka berani melemparkan diri kepada Aland, dengan resiko tidak akan pernah kembali lagi ke tempat asalnya, Aland akan merentangkan tangannya dengan senang hati. Karena Aland akan mengurung mereka, mempermainkannya, menikmati, lalu setelah puas Ia akan membuangnya.

Aland melirik arlojinya. “Kau hanya mempunyai waktu dua menit, Nona Hanna.”

Hanna mengangguk dan mengerti. “Baiklah, aku tidak akan berbasa-basi. Aku kemari ingin menawarkan sebuah kontrak kerjasama dengan anda, Tuan,” ungkapnya dengan penuh percaya diri.

“Kerjasama?” Aland mengangkat sebelah halisnya.

“Benar, dengan perusahaan keluargaku,” balas Hanna seraya tersenyum ke arah Aland dengan bibir meronanya.

Aland balas tersenyum kepadanya, menatap Hanna dengan begitu intens. Di matanya Hanna tak lebih dari seorang jalang murahan. Wanita itu menawarkan sebuah kontrak kerja sama namun datang dengan berpenampilan seperti itu.

Baju yang terbuka dan memperlihatkan belahan dadanya, rok slim fit yang hanya menutupi sebagian paha, serta high heels yang begitu tinggi. Jangan lupakan rambutnya yang tergerai, serta make upnya yang begitu menonjol.

“Waktumu habis, Nona Hanna. Aku berharap bisa memiliki pertemuan lain denganmu,” ujar Aland, dan demi apapun itu sangat membuat Hanna merasa senang. Karena secara tidak langsung, Aland meminta Hanna untuk mengatur jadwal pertemuan mereka.

Hanna tersenyum merekah karena kedatanganya tidak sia-sia. Wanita cantik itu merasa jika Aland tertarik kepadanya. Tentu saja, Hanna sudah berdandan dengan secantik mungkin untuk menarik perhatiannya. Wanita cantik dan sexi itu jadi tidak sabar dengan apa yang akan terjadi di pertemuan selanjutnya. Apakah di dalam sebuah kamar hotel?

***

Semangaat bacanya yaaa ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
July Elly
Hana belum tahu siapa CEO sebenarnya
goodnovel comment avatar
Netty Tya
Pak CEO yang Kejam
goodnovel comment avatar
Agus Roma
seorang CEO ganteng pasti banyak yang tergoda
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Masih Perawan   Chapter 221

    Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka

  • Aku Masih Perawan   Chapter 220

    Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang

  • Aku Masih Perawan   Chapter 219

    Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke

  • Aku Masih Perawan   Chapter 218

    Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl

  • Aku Masih Perawan   Chapter 217

    Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah

  • Aku Masih Perawan   Chapter 216

    Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status