21+ Happy Reading ....
Napasnya terengah, seluruh tubuhnya terasa begitu panas meskipun tubuhnya kini masih dalam keadaan semula, dan suhu AC di ruangan itu masih tetap stabil seperti sebelumnya. Di depan ranjang Aland tengah memperhatikannya dengan segelas redwine digenggamanya, memperhatikan sikap Clara yang perlahan terpengaruh oleh obat yang tadi Ia berikan. Tontonan yang sangat menarik.“Air,” seru Clara parau, membuat Aland tersenyum simpul.Kemudian Aland beranjak dari tempat duduknya, berjalan mendekat menuju meja di mana di atasnya terdapat satu botol wine. Pria itu menuangkan kembali redwine ke dalam gelas sampai gelas panjang itu terisi penuh. Lalu Ia mendekat ke arah Clara yang sudah terlihat sangat tidak karuan.“Kau ingin air?” tanya Aland.Clara menatapnya, raut wajahnya sangat berbeda dengan tadi ketika wanita cantik itu tidak dalam pengaruh obat. Kini Clara benar-benar terlihat seperti anjing mainan milik Aland.Aland masih berdiri di depan ranjang, dan Clara mencoba mendekatinya namun rantai yang mengikat kakinya tidak dapat pergi sampai ujung ranjang. Itu berarti rantai itu sangat pendek, bahkan untuk turun dari ranjang saja Clara tidak bisa.Kesadaran Clara hilang sepenuhnya karena efek obat yang sebelumnya Aland berikan. Tidak ada seorang wanita yang keras kepala lagi, tidak ada wanita yang mati-matian menutupi bagian inti dari tubuhnya. Kini, hanya tersisa seorang wanita kehausan di atas ranjang dengan seluruh tubuh yang dibasahi oleh peluh.“Panas ... beri aku air,” pinta Clara lagi, dan semakin membuat Aland senang melihat tingkahnya.Aland mulai mendekat, naik ke atas ranjang lalu meraih tengkuk leher Clara dengan sebelah lengannya, membawa tubuh Clara mendekat kepada tubuhnya. “Bagus Clara, seandainya sejak tadi kau menurut, semua ini tidak akan terjadi kepadamu,” ujar Aland seraya meniup telinga Clara. Membuat wanita cantik itu sayup-sayaup menutup matanya.Hembusan napas Aland pada telingannya membuat Clara merasakan sensasi yang sangat aneh. Tubuhnya meremang seketika seperti telah tersengat tegangan listrik yang begitu tinggi. Sentuhan Aland pada tubuhnya tanpa disadari malah membuatnya nyaman, obat itu memberikan efek candu untuk sebuah sentuhan.Seluruh tubuh Clara bergetar. Kedua telapak tangannya erat memeluk tubuhnya sendiri, Ia memeluk bahunya dengan kedua lengan, lalu perlahan turun ke bawah dan menjadi sebuah genggaman pada area sensitive miliknya. Wanita cantik itu memejamkan matanya, mendesis pelan ketika merasakan sentuhan hangat dari telapak tangannya sendiri.Ternyata bukan air yang Clara perlukan untuk meredakan panas di tubuhnya, melainkan sebuah sentuhan. Obat yang Aland berikan benar-benar membuat Clara hilang akal. Dan bahkan melakukan hal yang belum pernah gadis cantik itu lakukan sebelumnya.Ketika Clara tengah menikmati sentuhan demi sentuhan telapak tangannya sendiri, tiba-tiba Aland menyentuh rahang Clara menggunakan lengannya yang sekaligus tengah memeluknya dari belakang. Seketika itu pula Clara terhenyak, dan langsung membuka matanya lebar.Sebelah tangan Aland yang tengah memegang satu gelas redwine Ia dekatkan kepada Clara, mendekat dan berhenti tepat di bibir sensual wanita cantik itu. Secepat kilat Clara meraihnya, meminum beberapa teguk redwine tersebut. Rasa panas mulai menjalar di tenggorokan dan perut, sama sekali tidak meredakan efek obat yang tengah menguasai dirinya. Malah saat ini tubuhnya terasa semakin panas.“Ugh ...,” lenguh Clara. Wanita cantik itu benar-benar sudah tidak kuat menahannya lagi, seluruh tubuhnya terasa begitu panas.“Berbaringlah, honey,” perintah Aland seraya mendorong perlahan tubuh Clara untuk berbaring di atas ranjang.Bukan seperti itu posisinya berbaring, itu lebih terlihat seperti seseorang yang tengah merangkak. Posisi Clara tengah memunggungi Aland, namun seketika itu Aland membeliak ketika melihat beberapa bekas luka di punggung wanita cantik itu. Jelas itu bukan luka yang dibuat olehnya, itu sebuah luka lama. Tanpa memikirkan hal itu, perlahan Aland mulai menumpahkan sisa redwine pada punggung Clara, menyebabkan sensasi dingin pada si pemilik tubuh.“Ternyata sangat menyenangan bermain-main denganmu, Clara.”Sebenarnya Aland sama sekali tidak tahu apa alasan Clara bersikap angkuh seperti sebelumnya. Karena biasanya siapapun wanita yang sudah berhasil Aland tarik ke atas ranjangnya, mereka akan senang dan senantiasa menggoda Aland. Namun berbeda dengan Clara. Jelas-jelas Aland tahu jika wanita itu menjual dirinya diacara lelang, namun tetap saja dia bermuka dua. Bagi Aland Clara hanya seorang wanita munafik yang mungkin mencoba menarik perhatiannya. Dan siapa sangka jika itu ternyata berhasil.“Bahkan seekor jalang bisa merasa senang meskipun dirinya tengah disiksa,” lugas Aland.Persepsi Aland tentang seorang wanita semakin hancur ketika dirinya dipertemukan dengan beberapa wanita yang bahkan senang diperlakukan secara kasar di atas ranjang demi mendapatkan sejumlah uang dan kehidupan mewah. Kebenciannya semakin bertambah kepada wanita yang Ia sebut ‘jalang’. Dan karena itu Aland menyimpulkan jika luka lama di punggung Clara tak lain adalah bekas luka yang disebabkan oleh perlakuan kasar pelanggannya dulu.Tidak terhitung jumlahnya berapa banyak wanita nakal yang telah Aland beli dengan uangnya. Namun yang jelas di sini, Aland hanya mempermainkan seorang wanita nakal, tidak bermain dengan yang lain termasuk seorang perawan. Semua hal ini Aland lakukan karena trauma di masa lalu, trauma yang mengakibatkan dirinya harus hidup berdampingan dengan ingatan yang kelam, dan beberapa obat penenang.Satu telapak tangan Aland perlahan mulai meraba inci demi inci tubuh Clara. Pria itu mendekatkan wajahnya pada punggung Clara yang sebelumnya ditumpahi dengan segelas redwine. Ia mendekatkan bibirnya, menyesap sedikit demi sedikit redwine tersebut.Sementara di sana Clara sudah memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan yang Aland berikan. Dengan kedua tangan yang menopang berat tubuhnya dan jemari yang menggenggam kuat sprei yang ada di bawahnya.Perlahan sebelah telapak tangan Aland meraba pinggul ramping Clara, sentuhannya semakin turun hingga menyentuh bagian inti milik wanita cantik itu. Sedikit sentuhan namun sudah membuat tubuh Clara meremang dan menggelinjang hebat. Napasnya semakin terdengar terengah, dengan tubuh yang bergetar hebat seolah tubuhnya tengah merespon kenikmatan.Aland yang begitu berpengalaman tentunya menyadari hal itu. Namun kembali kepada perspektifnya tentang Clara, jika wanita cantik itu tengah bertingkah untuk mendapatkan perhatiannya.“Kau pemain yang hebat, Clara. Apa kau pikir aku akan tertipu?” bisik Aland.Jemari Aland mempermainkan Clara dengan liar, Ia sengaja melakukan itu sampai wanita cantik itu mau memperlihatkan sisi jalangnya untuk menggoda Aland. Clara yang berada dipengaruh obat pun tidak bisa meronta untuk menolak, malah sebaliknya, wanita cantik itu sangat senang dan menikmati setiap sentuhan yang Aland berikan.“Berikan itu kepadaku, apapun itu!” racau Clara.“Aku menginginkannya!”“Berikan itu kepadaku!”**Marathon guys wkkw ... Jangan lupa vote dan koment yaaa.“Berikan aku apapun itu, berikan kepadaku!” racau Clara.Aland sudah tidak tahan lagi, dengan cepat kedua lengannya meraih tubuh Clara lalu membalikan posisinya agar benar-benar terbaring di atas ranjang. Wajah cantik dengan rona merah dan terlihat sayu, dada yang naik turun karena napas yang terengah itu kini berada tepat di bawah kuasanya.Kemudian pria tampan bertubuh tegap itu mencium bibir Clara secara sarkas, membuat decapan demi decapan itu terasa perih dan menyakitkan. Namun Clara hanya terdiam dan menikmati setiap sentuhannya, walaupun dengan bibir yang bergetar dan kaku perlahan Ia membalas sentuhan Aland.Namun tiba-tiba Aland menarik tubuhnya menjauh, melepaskan ciuman mereka agar mendapat jarak pandang dengan Clara. Keningnya berkerut halus, raut wajahnya heran menatap ke arah wanita cantik di bawah kuasanya. Apakah seperti ini caranya berciuman?Pandangannya bertemu langsung dengan netra berwarna coklat terang milik wanita cantik itu. Dan Aland bergeming sejenak, menatap
Aland mengetuk-ngetukan sebuah kartu nama bertuliskan Hanna Royce yang tengah digenggamnya ke atas meja. Pria tampan itu tengah duduk di atas kursi putarnya dengan sedikit menggoyangkan kursi tersebut ke kanan dan ke kiri. Ia tersenyum simpul, mengingat tingkah Hanna yang sangat mirip seperti seseorang dari masa lalunya.Sebelah telapak tangannya memegang satu botol berisikan butiran pil di dalamnya. Aland menatap botol obat itu dengan begitu intens. Pikiranya membayangkan antara seorang wanita yang mirip seperti Hanna, dan sangkut pautnya dengan obat-obatan itu.Aland akan merasa tidak tenang jika membiarkan wanita seperti Hanna lolos dari hadapanya. Ia akan membawanya, menariknya ke dalam lubang neraka yang begitu dalam dan menyakitkan. Sebab, karena wanita seperti Hanna dirinya harus mengalami semua mimpi buruk ini. Pria tampan itu memutar pergelangan tangannya, melihat arloji yang seharian penuh terpasang kokoh di sana. Waktu sudah menunjukan pukul dua siang, yang artinya ini wak
“Nona, Tuan muda sudah menunggu Anda di bawah.”Beberapa kalimat yang dilontarkan oleh penjaga pria itu seketika membuat seluruh tubuh Clara meremang. Wanita cantik yang kini masih intens menatap bayangan dirinya di depan cermin itu hanya bergeming. Ia menatap wajahnya yang cantik dengan polesan make up yang menutupi semua luka lebamnya. Clara meratapi dirinya sendiri, seolah ini adalah kali terakhirnya Ia bisa menatap dirinya di depan cermin. Tidak tahu besok, atau mungkin malam ini Ia akan mati.Sejenak Clara merenungi nasibnya. Jika dalam keadaan yang terdesak seperti ini, haruskah Ia menyesali keputusannya? Seharusnya, Clara tidak pernah mengatakan jika dirinya sudah tidak perawan lagi, dan berakhir dengan kondisi yang sangat mengerikan seperti sekarang ini. Mungkin jika Clara tidak menolak, hari ini dirinya pasti tengah berada di sebuah ranjang hangat, namun dengan seorang pria tua Bangka.Apa yang lebih mengerikan? Menikah dengan si tua bangka dan menjadi istrinya yang ke sekian
“Katakan apa yang kau inginkan, Clara?” tanya Aland kepada wanita cantik di atas pangkuannya.Aland memeluk tubuh ramping wanita cantik itu dengan sesekali telapak tangannya meraba punggung rata Clara. Wajah tampannya tersimpan pada ceruk leher wanita cantik itu. Dia mencium, dan mengendusnya beberapa kali.Sementara Clara hanya terdiam sembari merasakan tubuhnya yang meremang akibat sentuhan-sentuhan seductive yang Aland buat. Clara memejamkan matanya perlahan disaat lidah pria itu menyentuh daun telinganya sekaligus menghembuskan napasnya di sana.” I love your scent, Clara,” ujar Aland, semabri terus menciumi leher jenjang Clara.Jemari lentiknya mencengkram kuat gaun yang tengah dikenakannya. Sebisa mungkin Clara harus menahan ini semua. Rasa yang sangat memalukan ini. Tiba-tiba, telapak tangan Aland menyentuh paha mulus Clara, menyentuhnya dengan sangat halus. Sementara Clara masih terdiam dengan degup jantung yang sangat tidak beraturan.Tidak lama kemudian, beberapa orang pelay
Aland menghisap rokoknya kemudian menghembuskan asap menjauh. Pandangannya masih setia tertuju pada wanita cantik di hadapanya. Clara masih terdiam, dan tidak kunjung menuruti perintahnya. Apa yang tengah dipikirkan oleh wanita itu?“Apa kau menginginkan satu pengawalku masuk ke dalam sini dan membukakan baju itu, Clara?” seru Aland yang sontak membuat Clara menoleh ke arahnya dengan terkejut. Pengawal?“Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku!” imbuhnya, yang tentunya itu adalah sebuah ancaman besar bagi Clara.“No, no. I will open it myself,” ujar Clara dengan nada suara yang bergetar.Aland menatapnya tajam, tersenyum simpul ke arah wanita cantik itu. “Lakukanlah.”Clara menelan ludahnya dengan susah payah. Ia merasa bahwa dirinya sudah melebihi dari seekor anjing peliharaan pria itu. Clara menundukan wajahnya yang telah memerah, membuka perlahan baju yang tengah dikenakannya dengan tangan yang bergetar hebat. Jika terus dipermainkan dan dipermalukan seperti ini, Clara benar-
Wanita cantik itu duduk sembari memeluk lututnya di sudut kamar mandi. Wajahnya tertunduk dengan rambut panjang yang tergerai hingga menutupi seluruh bagian wajahnya. Seluruh tubuhnya bergetar hebat dengan perasaan yang sangat tidak karuan. Pikirannya selalu terbayang permainan gila bersama Aland beberapa menit yang lalu.Itu menjijikan! No! No! No! Batin Clara menjerit histeris.Wanita cantik itu mengutuk dirinya sendiri. Menolak keras dengan apa yang baru saja terjadi. Namun tidak lama kemudian, Ia menatih tubuhnya kembali. Melangkah mendekat ke arah wastafel lalu menyalakan airnya. Clara membasuh wajahnya dengan air dan sesekali menampari dirinya sendiri dengan kasar.Clara menatap bayangannya di depan cermin. Wajahnya benar-benar sangat tidak karuan. Rambutnya yang lusuh dan acak-acakan, make up yang terbasuh dengan air, dan matanya yang bulat dan sembab karena menangis. Wanita cantik itu terlihat begitu frustasi. Ia menjerit tanpa mengeluarkan sedikitpun suara. Semua rasa sakitny
Clara tidak bisa lagi menahan semua penyiksaan yang Aland lakukan terhadapnya. Oleh karena itu, Ia berusaha memecahkan cermin di kamar mandi agar bisa mengakhiri hidupnya. Namun siapa yang mengira jika Aland menyadari itu. Ternyata Aland mengawasinya begitu ketat. Bahkan pria itu memasang sebuah kamera CCTV di dalam kamar mandi.Beberapa pengawal pria memaksa Clara untuk menghentikan tindakan bodohnya. Sekuat tenaga Clara mencoba untuk memberontak, namun usahanya sia-sia. Mereka berhasil menyeret Clara kembali ke dalam kamar, kemudian membawanya ke atas ranjang lalu mengikat tangan serta kakinya. ***Clara duduk dan termenung di atas peraduannya dengan pandangan yang menatap kosong ke depan. Sudah dua jam lebih dirinya berada di dalam posisi itu, namun tidak membuatnya lelah sama sekali. Tanpa sepengetahuan para penjaga, ternyata Clara berhasil membawa sebuah pecahan kaca digenggamanya. Dan kini, Ia tengah berusaha membuka tali yang mengikat tangannya.Clara melakukan itu dengan per
Aland tengah berada di sebuah ruangan khusus yang telah ditata rapih untuk sebuah makan malam mewah. Pria itu tengah duduk di kursi sembari memutar-mutarkan gelas berisikan redwine miliknya. Baru saja dirinya pulang setelah menemui Helena. Kini pria tampan itu harus menemui wanita cantik lainnya.Helena. Aland tidak pernah mau merusaknya, menyakitinya, ataupun mengkhianatinya. Seandainya Aland bisa, seandainya saja Aland siap. Namun tidak. This is not the right time.Tidak lama kemudian, seorang pelayan membukakan pintu ruangan. Dan seorang wanita cantik masuk dengan senyuman di wajahnya. Ia melenggang mendekat ke arah Aland.“Hallo, Aland,” sapa wanita cantik itu.“Welcome, Hanna,” balas Aland seraya beranjak untuk menyambut Hanna. Aland mengulurkan sebelah tangannya untuk menjabat tangan Hanna, dan tentunya langsung disambut baik oleh wanita cantik itu.Aland mempersilahkan Hanna untuk duduk di tempatnya. Wanita cantik itu terlihat sangat senang ketika melihat dekorasi ruangan yang