Share

Chapter 5

21+ Happy Reading ....

Napasnya terengah, seluruh tubuhnya terasa begitu panas meskipun tubuhnya kini masih dalam keadaan semula, dan suhu AC di ruangan itu masih tetap stabil seperti sebelumnya. Di depan ranjang Aland tengah memperhatikannya dengan segelas redwine digenggamanya, memperhatikan sikap Clara yang perlahan terpengaruh oleh obat yang tadi Ia berikan. Tontonan yang sangat menarik.

“Air,” seru Clara parau, membuat Aland tersenyum simpul.

Kemudian Aland beranjak dari tempat duduknya, berjalan mendekat menuju meja di mana di atasnya terdapat satu botol wine. Pria itu menuangkan kembali redwine ke dalam gelas sampai gelas panjang itu terisi penuh. Lalu Ia mendekat ke arah Clara yang sudah terlihat sangat tidak karuan.

“Kau ingin air?” tanya Aland.

Clara menatapnya, raut wajahnya sangat berbeda dengan tadi ketika wanita cantik itu tidak dalam pengaruh obat. Kini Clara benar-benar terlihat seperti anjing mainan milik Aland.

Aland masih berdiri di depan ranjang, dan Clara mencoba mendekatinya namun rantai yang mengikat kakinya tidak dapat pergi sampai ujung ranjang. Itu berarti rantai itu sangat pendek, bahkan untuk turun dari ranjang saja Clara tidak bisa.

Kesadaran Clara hilang sepenuhnya karena efek obat yang sebelumnya Aland berikan. Tidak ada seorang wanita yang keras kepala lagi, tidak ada wanita yang mati-matian menutupi bagian inti dari tubuhnya. Kini, hanya tersisa seorang wanita kehausan di atas ranjang dengan seluruh tubuh yang dibasahi oleh peluh.

“Panas ... beri aku air,” pinta Clara lagi, dan semakin membuat Aland senang melihat tingkahnya.

Aland mulai mendekat, naik ke atas ranjang lalu meraih tengkuk leher Clara dengan sebelah lengannya, membawa tubuh Clara mendekat kepada tubuhnya. “Bagus Clara, seandainya sejak tadi kau menurut, semua ini tidak akan terjadi kepadamu,” ujar Aland seraya meniup telinga Clara. Membuat wanita cantik itu sayup-sayaup menutup matanya.

Hembusan napas Aland pada telingannya membuat Clara merasakan sensasi yang sangat aneh. Tubuhnya meremang seketika seperti telah tersengat tegangan listrik yang begitu tinggi. Sentuhan Aland pada tubuhnya tanpa disadari malah membuatnya nyaman, obat itu memberikan efek candu untuk sebuah sentuhan.

Seluruh tubuh Clara bergetar. Kedua telapak tangannya erat memeluk tubuhnya sendiri, Ia memeluk bahunya dengan kedua lengan, lalu perlahan turun ke bawah dan menjadi sebuah genggaman pada area sensitive miliknya. Wanita cantik itu memejamkan matanya, mendesis pelan ketika merasakan sentuhan hangat dari telapak tangannya sendiri.

Ternyata bukan air yang Clara perlukan untuk meredakan panas di tubuhnya, melainkan sebuah sentuhan. Obat yang Aland berikan benar-benar membuat Clara hilang akal. Dan bahkan melakukan hal yang belum pernah gadis cantik itu lakukan sebelumnya.

Ketika Clara tengah menikmati sentuhan demi sentuhan telapak tangannya sendiri, tiba-tiba Aland menyentuh rahang Clara menggunakan lengannya yang sekaligus tengah memeluknya dari belakang. Seketika itu pula Clara terhenyak, dan langsung membuka matanya lebar.

Sebelah tangan Aland yang tengah memegang satu gelas redwine Ia dekatkan kepada Clara, mendekat dan berhenti tepat di bibir sensual wanita cantik itu. Secepat kilat Clara meraihnya, meminum beberapa teguk redwine tersebut. Rasa panas mulai menjalar di tenggorokan dan perut, sama sekali tidak meredakan efek obat yang tengah menguasai dirinya. Malah saat ini tubuhnya terasa semakin panas.

“Ugh ...,” lenguh Clara. Wanita cantik itu benar-benar sudah tidak kuat menahannya lagi, seluruh tubuhnya terasa begitu panas.

“Berbaringlah, honey,” perintah Aland seraya mendorong perlahan tubuh Clara untuk berbaring di atas ranjang.

Bukan seperti itu posisinya berbaring, itu lebih terlihat seperti seseorang yang tengah merangkak. Posisi Clara tengah memunggungi Aland, namun seketika itu Aland membeliak ketika melihat beberapa bekas luka di punggung wanita cantik itu. Jelas itu bukan luka yang dibuat olehnya, itu sebuah luka lama. Tanpa memikirkan hal itu, perlahan Aland mulai menumpahkan sisa redwine pada punggung Clara, menyebabkan sensasi dingin pada si pemilik tubuh.

“Ternyata sangat menyenangan bermain-main denganmu, Clara.”

Sebenarnya Aland sama sekali tidak tahu apa alasan Clara bersikap angkuh seperti sebelumnya. Karena biasanya siapapun wanita yang sudah berhasil Aland tarik ke atas ranjangnya, mereka akan senang dan senantiasa menggoda Aland. Namun berbeda dengan Clara. Jelas-jelas Aland tahu jika wanita itu menjual dirinya diacara lelang, namun tetap saja dia bermuka dua. Bagi Aland Clara hanya seorang wanita munafik yang mungkin mencoba menarik perhatiannya. Dan siapa sangka jika itu ternyata berhasil.

“Bahkan seekor jalang bisa merasa senang meskipun dirinya tengah disiksa,” lugas Aland.

Persepsi Aland tentang seorang wanita semakin hancur ketika dirinya dipertemukan dengan beberapa wanita yang bahkan senang diperlakukan secara kasar di atas ranjang demi mendapatkan sejumlah uang dan kehidupan mewah. Kebenciannya semakin bertambah kepada wanita yang Ia sebut ‘jalang’. Dan karena itu Aland menyimpulkan jika luka lama di punggung Clara tak lain adalah bekas luka yang disebabkan oleh perlakuan kasar pelanggannya dulu.

Tidak terhitung jumlahnya berapa banyak wanita nakal yang telah Aland beli dengan uangnya. Namun yang jelas di sini, Aland hanya mempermainkan seorang wanita nakal, tidak bermain dengan yang lain termasuk seorang perawan. Semua hal ini Aland lakukan karena trauma di masa lalu, trauma yang mengakibatkan dirinya harus hidup berdampingan dengan ingatan yang kelam, dan beberapa obat penenang.

Satu telapak tangan Aland perlahan mulai meraba inci demi inci tubuh Clara. Pria itu mendekatkan wajahnya pada punggung Clara yang sebelumnya ditumpahi dengan segelas redwine. Ia mendekatkan bibirnya, menyesap sedikit demi sedikit redwine tersebut.

Sementara di sana Clara sudah memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan yang Aland berikan. Dengan kedua tangan yang menopang berat tubuhnya dan jemari yang menggenggam kuat sprei yang ada di bawahnya.

Perlahan sebelah telapak tangan Aland meraba pinggul ramping Clara, sentuhannya semakin turun hingga menyentuh bagian inti milik wanita cantik itu. Sedikit sentuhan namun sudah membuat tubuh Clara meremang dan menggelinjang hebat. Napasnya semakin terdengar terengah, dengan tubuh yang bergetar hebat seolah tubuhnya tengah merespon kenikmatan.

Aland yang begitu berpengalaman tentunya menyadari hal itu. Namun kembali kepada perspektifnya tentang Clara, jika wanita cantik itu tengah bertingkah untuk mendapatkan perhatiannya.

“Kau pemain yang hebat, Clara. Apa kau pikir aku akan tertipu?” bisik Aland.

Jemari Aland mempermainkan Clara dengan liar, Ia sengaja melakukan itu sampai wanita cantik itu mau memperlihatkan sisi jalangnya untuk menggoda Aland. Clara yang berada dipengaruh obat pun tidak bisa meronta untuk menolak, malah sebaliknya, wanita cantik itu sangat senang dan menikmati setiap sentuhan yang Aland berikan.

“Berikan itu kepadaku, apapun itu!” racau Clara.

“Aku menginginkannya!”

“Berikan itu kepadaku!”

**

Marathon guys wkkw ... Jangan lupa vote dan koment yaaa.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lisa Handayani
cuma di baca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status