Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat
Happy Reading
***Tap.
Langkah Daffin terhenti tepat di depan pintu lift yang tidak jauh dari posisi Aluna. Menoleh menatap wanita yang masih diam dengan tangan terlipat di depan dada. Memejamkan kedua mata, Daffin tidak menyangka akan menikah dengan wanita seperti Aluna, sungguh sial.
“Rooftop.”
Satu kata singkat dari Daffin yang langsung membuat Aluna melangkahkan kaki ikut masuk ke dalam lift.
“Emmm tapi kenapa rooftop? Kita ke tempat yang lebih romantis saja yuk,” ajak Aluna dengan hati setengah ingin dan tidak.
“Kita tidak sedekat itu untuk duduk berdua di tempat seperti itu.” Daffin tetap menatap ke arah depan. Memberitahu Aluna kalau di antara tidak ada hal special yang harus dipertunjukkan.
“Tapi kan seenggaknya kita bisa lebih dekat Daffin, mau jadi suami istri jadi harus-”
“Aluna bisa diam tidak?”
Tin
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***“Kenapa?” Kali ini Daffin agak bingung, sebenarnya jika dilihat surat perjanjian yang dia buat sudah sangat menguntungkan bagi Aluna.Why? Poin nomor satu, setelah Aluna melahirkan anaknya akan diserahkan seutuhnya pada Daffin. Nomor dua, Daffin membebaskan Aluna untuk melakukan apa yang dia mau asal tidak mengganggu semua urusan Daffin, begitu juga sebaliknya. Nomor tiga, mereka berdua berhak dekat dengan siapa pun bahkan boleh memiliki hubungan dengan orang tersebut. Ke empat, mereka akan tinggal terpisah setelah dua minggu umur pernikahan. Ke lima, mereka harus terlihat seperti pasangan suami istri pada umumnya di depan keluarga besar keduanya. Ke enam, tidak ada hubungan badan setelah menikah. Terakhir, Daffin akan tetap menjalankan perannya sebagai suami, memberikan Aluna uang belanja bulanan sesuai keinginan pihak wanita.“Kamu tidak akan rugi Aluna, apalagi dengan po
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***“Duh ini mau ngapain sih Aluna?” suara cempreng Alisia mengisi penuh kamar miliknya dan sang suami.“Adik kamu pagi-pagi kesambet setan,” ucap Adnan dengan wajah tertekuk masam.“Hello, adik kamu juga sayang,” balas Alisia dengan tatapan melotot.Oke, apa permasalahannya? Jadi pagi-pagi sekitar jam tuju Aluna sudah mengerecoki kedua kakaknya, lebih tepatnya lemari Adnan dan Alisia. Sedari tadi Aluna mengeluarkan baju tapi terus saja berkata tidak pas, sampai-sampai ranjang Adnan dan Alisia penuh dengan pakaian.“Kak Adnan gak punya gitu jas warna putih tulang?” Alisia menoleh menatap sang kakak yang duduk di atas lantai.“Tidak tahu, tanya istri kakak.”Dengan cepat kepala Aluna menoleh menatap Alisia yang duduk di ranjang merapikan pakaian yang Aluna buat berantakan.“Kak, ada gak?”
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***“Aluna.” Suara rendah Adnan langsung membuat bulu kuduk Aluna merinding disko.Aluna menunduk, jujur dia tidak berani saat ini. Kakaknya sudah masuk dalam mode serius, jadi dia tidak berani melakukan apa pun. Bahkan kegirangannya yang tadi pagi langsung lenyap, tersisa rasa gugup dengan perasaan membuncah.“Aluna Grazella Xavier, saya memanggil.” Lihat, bahkan Adnan sudah menggunakan kata saya yang tidak pernah dia gunakan pada Aluna, kecuali saat menahan rasa kesal dan marah.“Sayang,” bisik Alisia, berusaha mencoba menenangkan sang suami yang sudah manatap tajam Aluna yang masih menunduk. Melamar? Aluna bahkan tidak ada memberitahu satu patah kata pun tentang hal ini. Alisia tidak habis pikir pada adik iparnya itu.“Aluna.”Suasana rumah Adnan langsung menegang, Aluna yang sedari tadi dipanggil tetap menunduk, memainkan j
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***“Jadi bagaimana? Apakah nak Adnan menerima niat baik anak saya?” Papa yang melihat Aluna sudah duduk manis di samping Alisia langsung to the point. Lagi pula kedatangan mereka sudah diketahui baik oleh Adnan dan istrinya, jadi sekarang Papa hanya perlu jawaban.“Kak, Daffin ganteng kan? Terima ya?" bisik Aluna pada Alisia, jujur saja. Melihat wajah Adnan yang masih tegang membuat Aluna sedikit merinding disko.“Diam kamu, tunggu saja jawaban suami kakak,” balas Alisia dengan bisikan sepelan mungkin.“Tapi kak-““Shut! Siapa suruh kamu tiba-tiba bawa keluarga laki-laki untuk melamar, gak ada briefing lagi,” lanjut Alisia meminta diam sang adik, ingin rasanya dia memukul kepala Aluna yang sudah error seratus persen.Aluna mengembuskan napas pelan, memasang wajah cemberut karena Alisia tidak mau memihak kepadanya. Menole
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***“Heh! Nanti kerasukan setan baru tahu rasa,” bisik Alisia pada Aluna yang sedari tadi tidak henti-hentinya tersenyum.“Kak, percaya gak sih sebentar lagi aku akan menjadi istri orang?” Aluna menatap kakak iparnya, ada gurat luar biasa tidak menyangka pada wajah adik Adnan.Kedua wanita ini tengah duduk pada ayunan dekat kolam renang. Sesi lamaran Aluna telah selesai, sekarang mereka tengah berkumpul dua keluarga. Menikmati makan siang yang sudah Adnan siapkan, ya sebagai ucapan sambutan saja karena tadi saat keluarga Daffin datang mereka tidak sempat menyiapkan apa-apa.“Speechless tepatnya, kamu tiba-tiba datang membawa keluarga Daffin.” Alisia menolehkan kepala, menatap Daffin yang saat ini tengah duduk bersama sang suami dan Papanya pada meja bundar dekat taman bunga mawar miliknya.“Tapi kamu sudah siap kan?” tanya Alisi
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***Hari ini, tepat setelah tiga hari Daffin melamar Aluna keduanya tengah duduk berhadapan. Daffin yang sibuk mengurus pekerjaan pada ipad miliknya, sementara Aluna sibuk membolak-balikkan majalah.“Lama Aluna, udah mau satu jam loh ini.” Suara Alisia membuat Aluna mendunga menatap.“Bingung kak mau pilih yang mana, semuanya bagus semua.”Aluna melepas majalah di tangannya, menyandarkan punggung pada sandaran sofa. Menatap Daffin yang sama sekali tidak merasa terganggu dengan suara cempreng Alisia sedari tadi.“Tinggal pilih aja kamu mau gaun yang mana, repot banget sih?”“Ini tuh pernikahan sekali seumur hidup kak, jadi pilihnya harus bener-bener,” sahut Aluna dengan mata masih menatap Daffin.“Coba kakak tanya saja Daffin, siapa tahu dia punya pilihan yang bagus.”Shap.Namanya disebut membua
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***Daffin, pria dengan trek record karir cemerlang tanpa ada cacat sedikit pun kini nyatanya harus berdiri di depan cermin memandangi dirinya sendiri. Satu setelan jas hitam telah terpasang mewah pada tubuh Daffin, jangan lupakan rambut pria itu yang ditata serapi mungkin.“Aku.” Menatap pantulan dirinya pada cermin, Daffin tidak percaya dia akan menikah dengan cara konyol. Bertanggung jawab atas ulah yang dia sendiri lakukan secara tidak sadar.“Menikah.”Senyum mengejek Daffin muncul di sudut bibirnya, menertawai diri sendiri yang saat ini terlihar bodoh. Menikah bukan karena keinginan tapi karena paksaan akan tanggung jawab.Apa yang kalian bayangkan saat Daffin berani memutuskan untuk melamar Aluna? Serius? Mencintai? Sayang? Semua itu hanya omongan belaka, formalitas yang Daffin ucapkan untuk mendapatkan izin.“Hah…” embusan n
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***“Kamu gak mau gitu puji aku? Udah cantik lo ini calon istrinya,” bisik Aluna saat sudah berdiri berdampingan dengan Daffin.Daffin diam, tidak mau membalas bisikan Aluna, dia terlalu enggan. Kalau boleh, Daffin juga ingin membatalkan pernikahannya, dia sangat tidak mau terikat dengan Aluna. Tidak dengan wanita jejadian.“Bisa kita mulai?” tanya pastur yang berdiri tepat di depan Aluna dan Daffin.“Silahkan,” jawab Daffin disertai anggukan.“Ih cepet-cepet banget, gak sabar jadiin aku istri kamu ya?” Astaga Aluna, bisa tidak sih serius dulu? Ini mau menikah lo bukan main rumah-rumahan.“Baiklah, kita mulai.” Pastur memberikan kode melalui tangannya untuk meminta tamu undangan untuk duduk dan tenang karena acara pernikahan akan dimulai.Ruangan gedung ballroom hotel tempat mereka langsung sunyi, hanya terde