Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat :)Happy Reading***Entakan sepasang kaki yang dilapisi sepatu kulit mengkilap beradu dengan ubin dari marmer asli menjadi awal cerita ini dimulai. Seorang pria dengan setelan jas abu rokok berkelas dari salah satu brand fashion tersohor dunia mamasuki perumahan elit di kawasan Concord Pacific Place, Toronto, Canada.“Selamat siang, Mister Daffin. How was your job today?” tanya seorang asisten rumah tangga menghampiri pria yang baru saja melewati pintu kondominium.“Seperti biasa, tidak ada yang spesial,” jawab Daffin dengan nada santai.Daffin, pria yang tadi disebutkan namanya berjalan menghampiri sofa di bagian tengah kondominium, mendudukkan diri dengan santai disana. Pria dengan rambut disisir rapi itu mendunga menatap sang asisten yang sudah berdiri di sampingnya.“Apa aku kedatangan tamu har
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***“Kamu kenapa tidak menelpon kalau mau datang? Tiba-tiba muncul di depan rumah dan ngomel tidak jelas begini.” Perkenalkan dia adalah Dareen Adnan Xavier, kakak dari Aluna.“Kan sudah aku bilang kak, aku ini datang mau beri kejutan tapi ya… apesnya saja dompet dan tas berisi barang-barang penting kecopetan,” cetus Aluna. Sekarang dia sudah bisa duduk nyaman di rumah sang kakak, menyandarkan punggung pada kepala sofa. Sungguh tubuhnya sangat dimanja setelah mengalami kesialan bertubi-tubi.“Makanya kamu sebelum datang kemari beritahu kakak dulu, masih mending kecopetan kalau kamu sampai kesasar bagaimana?”Merolingkan mata malas, Aluna menutup telinga dan memejamkan kedua mata, ini kakaknya pasti akan ceramah panjang lebar. Aluna malas mendengar omelan kakaknya, dia lelah dan butuh istirahar.“Hah… yasudah kamu i
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***Aluna memang luar biasa, tidak ada takut-takutnya walau sudah ditatap tajam oleh Daffin, bahkan diusir pun gadis ini masih betah diam enggan beranjak walau satu langkah. Sekarang, Aluna malah dengan santai duduk pada salah satu sofa di dekat jendela, menatap Daffin yang siap meledak dengan sikapnya.“Apa tujuan kamu?” tanya Daffin, dia mencoba untuk lunak sedikit. Daffin tahu gadis modelan Aluna memang akan menganggu dan dia sangat ingin gadis penganggu itu cepat-cepat pergi.“Kenalan sama kamu, tadi belum sempat karena ucapan aku dipotong oleh si tampan satuan,” sahut Aluna dengan nada santai. Oh iya dia lupa mengatakan kalau pria yang membuka gerbang tadi juga tampan, tapi tidak melebihi ketampanan Daffin karena Daffin itu apa ya sebutannya, ah iya perfect, hihi...“Daffin, jadi sekarang keluar!”Haa?Aluna menatap bingung Daff
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***“Good morning semua!!!” Seperti biasa, jika Aluna ada maka tidak akan pernah sunyi.Tap.“Selamat pagi juga,” balas Alisia dengan senyum lebar. Istri Adnan meletakkan sarapan mereka di atas meja makan, memberi kode pada Aluna untuk duduk didekatnya.Tapi bukannya menurut Aluna malah memilih duduk di samping Adnan yang tengah fokus pada ipadnya. Menopang dagu dengan tatapan aneh pada sang kakak, Aluna menggerakkan jari mengetok-ngetok meja.“Suami lihat adik kamu sebentar,” pinta Alisia, dia mengerti dengan sikap adik iparnya membuat Alisa langsung merebut ipad Adnan. Dia tahu kalau Aluna sudah memasang tampang aneh dengan senyum misterius pasti ada maunya dan kalau tidak dituruti pasti akan panjang masalah.“Jadi kapan kakak mau menemani aku?”Seperti dugaan Alisia, tanpa banyak kata Aluna langsung to the point
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***Harus kita mulai dengan apa cerita ini? Kebar-baran Aluna kah? Atau ingin membahas sitampan Daffin? Ah agaknya lebih seru kalau membahas sitampan, karena pasti kaum hawa suka dengan kaum Adam yang tampan, dingin, dan jangan lupa dompet tebal penjamin masa depan.“Kesepakatan ini sangat penting untuk negara kita.”Seperti biasa suara berat Daffin selalu sukses membuat gendang telinga orang yang lewat di sampingnya merinding suka.“Jelas sangat penting karena bisa membuka era baru dalam hubungan ekonomi antara Canada dan Australia,” lagi Daffin bersuara.“Hah… hah… hah…”Kalimat yang setelahnya dilanjutkan dengan nafas terengah-engah, udara sejuk dipagi hari sangat bagus bukan dilengkapi dengan lari pagi seperti yang Daffin lakukan sekarang. Dengan setelah traning hitam, kaus oblong hitam, dan pelengkap topi hitam. S
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***Musik klasik terputar jelas di kediaman Adnan pagi ini, penghantar sejuknya udara pagi serta teman untuk sarapan.“Pudingnya dimakan Aluna bukan dipelototi.”Shap.Kepala Aluna yang sedari tadi menunduk mendunga menatap Alisia. Kakak iparnya itu berdiri dengan tangan terlipat di depan perut, menatapnya dengan penuh tanya.“Tidak enak ya pudding buatan kakak?” Alisia meraih pudding buatannya yang sedari tadi didiami. Mengambil suapan pertama dan langsung menatap Aluna.“Enak kok,” bisik Alisia setelah merasakan pudding buatannya.“Ya memang enak,” timpal Aluna.“Terus kenapa kamu tatap terus dari tadi?” Alis kanan Alisia terangkat, tumben-tumben adik iparnya yang notaben seribut pasar dan seperti ulat pagi ini jadi pendiam. Tidak biasanya Aluna bersikap seperti sekarang, ya walau pun baru meni
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat Happy Reading *** Bugh. Bugh. Tap. “Kamu mau merusak semua sayur yang saya beli?” Daffin menahan tangan Aluna dengan tatapan tajam. “Hehe… maaf,” balas Aluna dengan cengiran tanpa ada rasa bersalah. Bugh. Memejamkan kedua mata kesal, sungguh Daffin benar-benar akan meledak jika gadis bernama Aluna dibiarkan lebih lama didekatnya. Bagaimana tidak, sehabis mereka berbelanja Aluna memaksa ikut pulang dengan mobilnya, berceloteh sepanjang jalan seperti petasan seribuan. Sekarang sampai di rumah, gadis itu dengan seenak jidatnya meletakkan kantong kresek belanjaan dengan keras keatas meja pantry. “Sudah selesai? Kalau begitu silahkan pulang,” ujar Daffin dengan nada pelan yang menyiratkan makna begitu dalam. Lebih tepatnya pria ini tengah mengusir Aluna dengan cara halus. “Kamu ngusir aku?” tanya Alana menatap Daffin, bibirnya mencebik dengan kedua tangan sengaj
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***“Pacarnya Daffin ya?” tanya wanita paruh baya yang membuat mulut Daffin diam ini menatap Aluna dengan senyum lebar.Fine! Sepertinya Daffin harus mengusir Aluna terlebih dahulu sebelum menghadapi sang mama yang sebelas dua belas suka merepotkan dirinya seperti gadis disampingnya.Tap.“Ih apasih?” Aluna langsung menepis tangan Daffin yang ingin menyeretnya keluar rumah. Tentu saja Aluna tidak mau meninggalkan kesempatan ini.“Halo tante, perkenalkan saya Aluna tetangga Daffin,” senyum yang dibuat semanis mungkin, Aluna menjulurkan tangan untuk berkenalan dengan Mama pria disampingnya.Mama Daffin tersenyum dan membalas uluran tangan Aluna, melihat penampilan Aluna semakin membuat senyum Mama melebar.“Aluna umur berapa?”Strike! Tahan Aluna untuk tidak melompat girang, huhu… sudah menuju awal baik pende