Share

Bab 3 Berulah

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat

Happy reading 

***

Aluna memang luar biasa, tidak ada takut-takutnya walau sudah ditatap tajam oleh Daffin, bahkan diusir pun gadis ini masih betah diam enggan beranjak walau satu langkah. Sekarang, Aluna malah dengan santai duduk pada salah satu sofa di dekat jendela, menatap Daffin yang siap meledak dengan sikapnya.

“Apa tujuan kamu?” tanya Daffin, dia mencoba untuk lunak sedikit. Daffin tahu gadis modelan Aluna memang akan menganggu dan dia sangat ingin gadis penganggu itu cepat-cepat pergi.

“Kenalan sama kamu, tadi belum sempat karena ucapan aku dipotong oleh si tampan satuan,” sahut Aluna dengan nada santai. Oh iya dia lupa mengatakan kalau pria yang membuka gerbang tadi juga tampan, tapi tidak melebihi ketampanan Daffin karena Daffin itu apa ya sebutannya, ah iya perfect, hihi...

“Daffin, jadi sekarang keluar!”

Haa?

Aluna menatap bingung Daffin yang menyebutkan namanya dan tiba-tiba langsung meminta keluar. Ayolah, dari tadi juga Aluna sudah tahu kalau nama pria itu Daffin tapikan maunya nama panjang terus kenalan yang lain. Semacam pekerjaan Daffin apa, hobinya apa, kesukaannya apa, dia- ah kamu banyak maunya Aluna.

“Bukan seperti itu kenalannya, sini aku ajarin,” melangkah mendekat.

Tap.

Berdiri tepat di depan Daffin yang sudah berdiri, Aluna memasang senyumnya. Tidak ada kata gentar sebelum niatnya terwujud, pantang pulang sebelum berperang.

“Mundur.”

“Iya-iya,” jawab Aluna dengan nada tidak niat.

Sesuai permintaan pria di depannya Aluna mundur dua langkah, cukupkan? Cukuplah.

Menyodorkan tangan kanan, maksud Aluna dia ingin berjabat tangan dengan Daffin, kan seperti itu biasa orang berkenalan dan memang Aluna maunya seperti itu. Memberikan kode pada Daffin agar menyambut uluran tangannya karena pria itu hanya diam.

“Kamu tidak mau kenalan ya? Kalau gitu peluk boleh?” Astaga tolong beritahu Adnan kalau adiknya sekarang harus segera dibawa pergi untuk periksa kesehatan ke rumah sakit jiwa. Sepertinya Aluna sedikit mengalami gangguan mental.

‘Iya mental breakdown karena melihat ketampanan Daffin, hihi…’ percayalah kalau ini adalah suara hati Aluna yang sedari tadi kegirangan bisa menatap Daffin dari dekat.

Tap.

“Euan Daffin Adelard.” Daffin melakukan sesuai kemauan Aluna agar gadis itu cepat pergi.

“Nama yang tampan persis seperti orangnya.”

Sahutan Aluna Grazella Xavier benar-benar membuat Daffin ingin menarik gadis ini keluar dari rumahnya sekarang juga. Bisa-bisanya Aluna menggombal dipertemuan pertama mereka, ya mending kalau Daffin senang berkenalan dengannya, lah ini malah memasang wajah datar menahan rasa empet.

“Ih kan kenalannya belum selesai,” ujar Aluna, menatap jutek Daffin yang menghempas begitu saja tangannya, pria itu kembali duduk di kursi kerja.

“Aku belum selesai kenalan Daffin, kamu juga belum tahu siapa nama aku.”

Aluna melipat kedua tangan di depan perut, menatap Daffin dengan tatapan garangnya. Pria di depan Aluna itu memang harus menggunakan tenaga ekstra untuk mendapatkan perhatiannya.

“Tidak penting dan saya tidak mau tahu, jadi sekarang tolong kamu keluar dari ruangan saya.”

Rasa takut tidak ada sama sekali, Aluna malah menuruti cara ucapan Daffin yang meminta dirinya keluar.

“Kan tadi aku bilang tidak mau sebelum kamu habiskan kuenya dan kita berkenalan,” ucap Aluna. Membawa tubuh kembali ke arah sofa, mendudukkan diri dengan nyaman sambil menatap Daffin yang juga menatapnya.

“Keluar sekarang!”

Oke, ada tanda warning dari dua kata yang Daffin ucapkan. Pria ini mulai terpancing dengan sikap Aluna dan itu sudah menjadi sinyal bahaya.

“Tidak mau.” Aluna menolak keras. Maaf-maaf saja ini Aluna sudah memakai tameng anti hinaan dan sebagainya jadi sudah kebal dengan sikap dingin dan kasar Daffin. Eh bisa dikatakan kasar tidak sih? Kan hanya meminta Aluna untuk keluar ruangan, wajar saja sih Daffin juga kan tidak mengenal Aluna siapa.

“Keluar atau kamu aku seret,” pinta Daffin, nadanya mulai naik pemirsah.

“Tidak mau, lagi pula aku yang pegang kunci malah sok-sokan mau main seret.”

Oh God! Gila betul Aluna ini, tidak ada takutnya sama sekali pada Daffin yang sudah memberikan ancaman. Ini sebenarnya Aluna salah minum apa sih sebelum datang ke Canada? Sampai bisa bersikap sinting gila miring begini.

“Fine!” Daffin pasrah, dia dengan cepat meraih piring berisi kue dan melahapnya dengan cepat.

“Pelan-pelan tampan, gak aku bantu makan juga.”

Berjalan mendekat, dengan santai Aluna mendudukkan diri pada kursi di depan meja Daffin. Menatap pria di depannya dengan senyum lebar, ah sangat menggemaskan.

Lima menit dan kue yang Aluna bawa itu sudah habis masuk ke dalam perut Daffin, dan selama lima menit juga Aluna berhasil menikmati pahatan indah wajah Daffin dalam hening. Thanks kak Alisia sudah membantu Aluna melihat ciptaan Tuhan yang begitu tampan.

Tap.

“Sudah habis, dan sekarang kamu boleh keluar.” Daffin menunjuk pintu ruang kerjanya, sungguh sangat ingin Aluna pergi dari hadapannya sekarang juga.

“Tinggal satu lagi.”

“Apa!” Wuff, Daffin mulai kehilangan stok sabar menghadapai gadis gila didepannya.

“Kenalannya belum selesai tadi, jadi harus diselesaikan supaya tidak penasaran,” ujar Aluna, menopang dagu dengan kedua telapak tangan, Aluna menatap Daffin dengan senyum lebaranya.

“Aku tidak akan penasaran, jadi sekarang tolong keluar!” Harus bagaimana lagi cara Daffin membuat gadis didepannya pergi?

“Aluna Grazella Xavier, kamu bisa panggil Aluna, Zella, Luna, Graze juga boleh, terserah kamu.”

Demi semua jin iprit yang ada di dunia ini, Daffin sudah sangat jengah dengan kelakukan gadis bernama Aluna. Tidak ingin berlama-lama diganggu dengan cepat Daffin berdiri dan langsung memutari meja kerjanya.

Tap.

“Eh mau kemana?” Aluna menatap bertanya ke arah Daffin yang menarikknya berdiri dan melangkah ke arah yang dia tidak tau kemana.

“Mengantar kamu keluar dari rumah saya.”

Daffin memilih cara terakhir, bersikap sedikit kasar untuk membawa Aluna pergi dari rumahnya. Kalian salah kalau Daffin akan membawa Aluna keluar lewat pintu masuk ruang kerjanya tadi, percuma saja karena Aluna pasti tidak akan memberikan kuncinya. Jadi cara terakhir adalah terpaksa melalui tangga menuju lantai dua yang terhubungn dengan perpustakaannya.

“Wahhh! Kamu hobi membaca ternyata.” Aluna melongo hebat melihat begitu banyak rak buku yang terlihat didepan matanya. Gadis ini hanya menurut, mengikuti langkah Daffin yang terkesan menyeretnya. Lagi pula dia senang dipegang begini, jadi kan kesannya mereka tengah bergandengan hihi…

Cklek.

“Aku boleh tidak pinjam buku kamu? Siapa tahu ada yang cocok,” tanya Aluna, saat ini dia tengah berpikir bagaimana caranya bisa lebih lama lagi di dalam rumah Daffin karena setelah keluar dari pintu perpustakaan pasti Daffin menyeretnya keluar.

“Tidak.”

Cemberut, memonyongkan bibir kedepan, Aluna menatap punggung lebar Daffin yang berjalan didepannya. Astaga kenapa Tuhan setidak adil itu pada ciptaan-Nya, pria lain banyak yang terlihat pas-pasan tapi kenapa Daffin sempurna.

“Punggung saja tampan,” bisik Aluna pelan, menjulurkan tangan ingin menyentuh punggung bidang dilapisi kain putih polos, Aluna tersenyum-

Tap.

Bugh!

“Yak! Kenapa berhenti? Kening aku kejedot nih, punggung kamu keras bikin sakit tahu, tanggung jawab!” Aluna menatap galak Daffin yang berdiri didepannya, tangannya terangkat mengusap kening yang barusan sempat beradu dengan punggung bidang plus keras milik Daffin.

Pak!

“Daffin!”

“Tanggung jawab aku,” ujar Daffin, pria ini menepuk pelan kening Aluna dengan sapu tangannya.

“Jadi sekarang pulang dan jangan datang lagi.”

“Eh?” Aluna terdiam, menatap sekitarnya, sejak kapan mereka sudah ada diluar pagar? Kenapa secepat itu? perasaan tadi masih didalam rumah deh.

“Dan tolong berhenti menguntit saya, kamu bisa melakukan pekerjaan lebih berguna lainnya.”

What?!

Apa katanya? Penguntit? Jelas Aluna tidak akan terima.

“Enak saja penguntit, aku tuh mau kenalan bukan mau ngintilin kamu, bedakan!” teriak Aluna. Enak saja dia yang cantik dan modis begini dikatai penguntit, mata Daffin rabun dekat atau apa?

Daffin menghendikkan bahu pelan, mundur dua langkah dari hadapan Aluna yang siap mengomel dengan sikap acuhnya, Daffin memberikan tatapan sekali lagi.

“Up to you.”

“Yuadah kalau gitu aku mau-“

Brak!

Ucapan Aluna langsung terpotong dengan bunyi pintu pagar yang ditutup keras. Sial! Daffin masuk ke dalam rumah begitu saja dan meninggalkan dia di luar sendirian.

“Hey! Piring aku masih didalam!” teriak Aluna mencoba peruntungan.

Satu menit. Dua menit. Sampai menit kelima tidak ada tanda-tanda gerbang terbuka.

“Ck! Awas saja kamu tampan, tunggu saja pembalasan aku nanti.”

Melipat kedua tangan di depan perut, menatap sekali lagi gerbang rumah Daffin setelahnya memutar tubuh. Berjalan pulang menuju rumah kakaknya, cukup sampai disini dulu Aluna berkenalan dengan Daffin. Masih ada besok, lagi pula dia harus menyusun rencana karena menaklukkan Daffin butuh banyak usaha.

“Euan Daffin Adelard,” bisik Aluna pelan.

“Ku dapatkan kamu boy.”

Setelah ini hidup Daffin tidak akan pernah tenang. Jadi ayo kita simak karena semuanya akan seru. Fix! Dijamin.

.

To be continued

***

Terbit : 09/01/22

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status