Share

Bab 3 Berulah

Author: squidturtle
last update Last Updated: 2022-01-09 12:25:43

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat

Happy reading 

***

Aluna memang luar biasa, tidak ada takut-takutnya walau sudah ditatap tajam oleh Daffin, bahkan diusir pun gadis ini masih betah diam enggan beranjak walau satu langkah. Sekarang, Aluna malah dengan santai duduk pada salah satu sofa di dekat jendela, menatap Daffin yang siap meledak dengan sikapnya.

“Apa tujuan kamu?” tanya Daffin, dia mencoba untuk lunak sedikit. Daffin tahu gadis modelan Aluna memang akan menganggu dan dia sangat ingin gadis penganggu itu cepat-cepat pergi.

“Kenalan sama kamu, tadi belum sempat karena ucapan aku dipotong oleh si tampan satuan,” sahut Aluna dengan nada santai. Oh iya dia lupa mengatakan kalau pria yang membuka gerbang tadi juga tampan, tapi tidak melebihi ketampanan Daffin karena Daffin itu apa ya sebutannya, ah iya perfect, hihi...

“Daffin, jadi sekarang keluar!”

Haa?

Aluna menatap bingung Daffin yang menyebutkan namanya dan tiba-tiba langsung meminta keluar. Ayolah, dari tadi juga Aluna sudah tahu kalau nama pria itu Daffin tapikan maunya nama panjang terus kenalan yang lain. Semacam pekerjaan Daffin apa, hobinya apa, kesukaannya apa, dia- ah kamu banyak maunya Aluna.

“Bukan seperti itu kenalannya, sini aku ajarin,” melangkah mendekat.

Tap.

Berdiri tepat di depan Daffin yang sudah berdiri, Aluna memasang senyumnya. Tidak ada kata gentar sebelum niatnya terwujud, pantang pulang sebelum berperang.

“Mundur.”

“Iya-iya,” jawab Aluna dengan nada tidak niat.

Sesuai permintaan pria di depannya Aluna mundur dua langkah, cukupkan? Cukuplah.

Menyodorkan tangan kanan, maksud Aluna dia ingin berjabat tangan dengan Daffin, kan seperti itu biasa orang berkenalan dan memang Aluna maunya seperti itu. Memberikan kode pada Daffin agar menyambut uluran tangannya karena pria itu hanya diam.

“Kamu tidak mau kenalan ya? Kalau gitu peluk boleh?” Astaga tolong beritahu Adnan kalau adiknya sekarang harus segera dibawa pergi untuk periksa kesehatan ke rumah sakit jiwa. Sepertinya Aluna sedikit mengalami gangguan mental.

‘Iya mental breakdown karena melihat ketampanan Daffin, hihi…’ percayalah kalau ini adalah suara hati Aluna yang sedari tadi kegirangan bisa menatap Daffin dari dekat.

Tap.

“Euan Daffin Adelard.” Daffin melakukan sesuai kemauan Aluna agar gadis itu cepat pergi.

“Nama yang tampan persis seperti orangnya.”

Sahutan Aluna Grazella Xavier benar-benar membuat Daffin ingin menarik gadis ini keluar dari rumahnya sekarang juga. Bisa-bisanya Aluna menggombal dipertemuan pertama mereka, ya mending kalau Daffin senang berkenalan dengannya, lah ini malah memasang wajah datar menahan rasa empet.

“Ih kan kenalannya belum selesai,” ujar Aluna, menatap jutek Daffin yang menghempas begitu saja tangannya, pria itu kembali duduk di kursi kerja.

“Aku belum selesai kenalan Daffin, kamu juga belum tahu siapa nama aku.”

Aluna melipat kedua tangan di depan perut, menatap Daffin dengan tatapan garangnya. Pria di depan Aluna itu memang harus menggunakan tenaga ekstra untuk mendapatkan perhatiannya.

“Tidak penting dan saya tidak mau tahu, jadi sekarang tolong kamu keluar dari ruangan saya.”

Rasa takut tidak ada sama sekali, Aluna malah menuruti cara ucapan Daffin yang meminta dirinya keluar.

“Kan tadi aku bilang tidak mau sebelum kamu habiskan kuenya dan kita berkenalan,” ucap Aluna. Membawa tubuh kembali ke arah sofa, mendudukkan diri dengan nyaman sambil menatap Daffin yang juga menatapnya.

“Keluar sekarang!”

Oke, ada tanda warning dari dua kata yang Daffin ucapkan. Pria ini mulai terpancing dengan sikap Aluna dan itu sudah menjadi sinyal bahaya.

“Tidak mau.” Aluna menolak keras. Maaf-maaf saja ini Aluna sudah memakai tameng anti hinaan dan sebagainya jadi sudah kebal dengan sikap dingin dan kasar Daffin. Eh bisa dikatakan kasar tidak sih? Kan hanya meminta Aluna untuk keluar ruangan, wajar saja sih Daffin juga kan tidak mengenal Aluna siapa.

“Keluar atau kamu aku seret,” pinta Daffin, nadanya mulai naik pemirsah.

“Tidak mau, lagi pula aku yang pegang kunci malah sok-sokan mau main seret.”

Oh God! Gila betul Aluna ini, tidak ada takutnya sama sekali pada Daffin yang sudah memberikan ancaman. Ini sebenarnya Aluna salah minum apa sih sebelum datang ke Canada? Sampai bisa bersikap sinting gila miring begini.

“Fine!” Daffin pasrah, dia dengan cepat meraih piring berisi kue dan melahapnya dengan cepat.

“Pelan-pelan tampan, gak aku bantu makan juga.”

Berjalan mendekat, dengan santai Aluna mendudukkan diri pada kursi di depan meja Daffin. Menatap pria di depannya dengan senyum lebar, ah sangat menggemaskan.

Lima menit dan kue yang Aluna bawa itu sudah habis masuk ke dalam perut Daffin, dan selama lima menit juga Aluna berhasil menikmati pahatan indah wajah Daffin dalam hening. Thanks kak Alisia sudah membantu Aluna melihat ciptaan Tuhan yang begitu tampan.

Tap.

“Sudah habis, dan sekarang kamu boleh keluar.” Daffin menunjuk pintu ruang kerjanya, sungguh sangat ingin Aluna pergi dari hadapannya sekarang juga.

“Tinggal satu lagi.”

“Apa!” Wuff, Daffin mulai kehilangan stok sabar menghadapai gadis gila didepannya.

“Kenalannya belum selesai tadi, jadi harus diselesaikan supaya tidak penasaran,” ujar Aluna, menopang dagu dengan kedua telapak tangan, Aluna menatap Daffin dengan senyum lebaranya.

“Aku tidak akan penasaran, jadi sekarang tolong keluar!” Harus bagaimana lagi cara Daffin membuat gadis didepannya pergi?

“Aluna Grazella Xavier, kamu bisa panggil Aluna, Zella, Luna, Graze juga boleh, terserah kamu.”

Demi semua jin iprit yang ada di dunia ini, Daffin sudah sangat jengah dengan kelakukan gadis bernama Aluna. Tidak ingin berlama-lama diganggu dengan cepat Daffin berdiri dan langsung memutari meja kerjanya.

Tap.

“Eh mau kemana?” Aluna menatap bertanya ke arah Daffin yang menarikknya berdiri dan melangkah ke arah yang dia tidak tau kemana.

“Mengantar kamu keluar dari rumah saya.”

Daffin memilih cara terakhir, bersikap sedikit kasar untuk membawa Aluna pergi dari rumahnya. Kalian salah kalau Daffin akan membawa Aluna keluar lewat pintu masuk ruang kerjanya tadi, percuma saja karena Aluna pasti tidak akan memberikan kuncinya. Jadi cara terakhir adalah terpaksa melalui tangga menuju lantai dua yang terhubungn dengan perpustakaannya.

“Wahhh! Kamu hobi membaca ternyata.” Aluna melongo hebat melihat begitu banyak rak buku yang terlihat didepan matanya. Gadis ini hanya menurut, mengikuti langkah Daffin yang terkesan menyeretnya. Lagi pula dia senang dipegang begini, jadi kan kesannya mereka tengah bergandengan hihi…

Cklek.

“Aku boleh tidak pinjam buku kamu? Siapa tahu ada yang cocok,” tanya Aluna, saat ini dia tengah berpikir bagaimana caranya bisa lebih lama lagi di dalam rumah Daffin karena setelah keluar dari pintu perpustakaan pasti Daffin menyeretnya keluar.

“Tidak.”

Cemberut, memonyongkan bibir kedepan, Aluna menatap punggung lebar Daffin yang berjalan didepannya. Astaga kenapa Tuhan setidak adil itu pada ciptaan-Nya, pria lain banyak yang terlihat pas-pasan tapi kenapa Daffin sempurna.

“Punggung saja tampan,” bisik Aluna pelan, menjulurkan tangan ingin menyentuh punggung bidang dilapisi kain putih polos, Aluna tersenyum-

Tap.

Bugh!

“Yak! Kenapa berhenti? Kening aku kejedot nih, punggung kamu keras bikin sakit tahu, tanggung jawab!” Aluna menatap galak Daffin yang berdiri didepannya, tangannya terangkat mengusap kening yang barusan sempat beradu dengan punggung bidang plus keras milik Daffin.

Pak!

“Daffin!”

“Tanggung jawab aku,” ujar Daffin, pria ini menepuk pelan kening Aluna dengan sapu tangannya.

“Jadi sekarang pulang dan jangan datang lagi.”

“Eh?” Aluna terdiam, menatap sekitarnya, sejak kapan mereka sudah ada diluar pagar? Kenapa secepat itu? perasaan tadi masih didalam rumah deh.

“Dan tolong berhenti menguntit saya, kamu bisa melakukan pekerjaan lebih berguna lainnya.”

What?!

Apa katanya? Penguntit? Jelas Aluna tidak akan terima.

“Enak saja penguntit, aku tuh mau kenalan bukan mau ngintilin kamu, bedakan!” teriak Aluna. Enak saja dia yang cantik dan modis begini dikatai penguntit, mata Daffin rabun dekat atau apa?

Daffin menghendikkan bahu pelan, mundur dua langkah dari hadapan Aluna yang siap mengomel dengan sikap acuhnya, Daffin memberikan tatapan sekali lagi.

“Up to you.”

“Yuadah kalau gitu aku mau-“

Brak!

Ucapan Aluna langsung terpotong dengan bunyi pintu pagar yang ditutup keras. Sial! Daffin masuk ke dalam rumah begitu saja dan meninggalkan dia di luar sendirian.

“Hey! Piring aku masih didalam!” teriak Aluna mencoba peruntungan.

Satu menit. Dua menit. Sampai menit kelima tidak ada tanda-tanda gerbang terbuka.

“Ck! Awas saja kamu tampan, tunggu saja pembalasan aku nanti.”

Melipat kedua tangan di depan perut, menatap sekali lagi gerbang rumah Daffin setelahnya memutar tubuh. Berjalan pulang menuju rumah kakaknya, cukup sampai disini dulu Aluna berkenalan dengan Daffin. Masih ada besok, lagi pula dia harus menyusun rencana karena menaklukkan Daffin butuh banyak usaha.

“Euan Daffin Adelard,” bisik Aluna pelan.

“Ku dapatkan kamu boy.”

Setelah ini hidup Daffin tidak akan pernah tenang. Jadi ayo kita simak karena semuanya akan seru. Fix! Dijamin.

.

To be continued

***

Terbit : 09/01/22

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 166 Cerita Kita

    Happy reading***“Saya berterima kasih kepada seluruh tamu undangan, para investor yang telah menyempatkan diri hadir pada acara 12 tahun Royal Group.” Daffin berdiri di atas podium dalam acara ulang tahun perusahaan yang dirinya dan sang Papa rintis.Selesai dengan masa jabatan sebagai duta besar, Daffin benar-benar terjun dalam dunia bisnis dan mengambil alih perusahaan atas permintaan sang Papa. Ada begitu banyak kemajuan yang terjadi selama Daffin menjabat sebagai CEO Royal Group. Satu-persatu investor mulai mendekat dan mengajak kerja sama yang membuat Royal Group melebarkan sayap kesegala bidang. Malam ini sebagai pembuktian, Daffin yang berdiri dengan Aluna dan kedua buah hatinya dihadapan begitu banyak tamu undangan memaparkan keuntungan Royal Group selama satu tahun terakhir.“Tidak etis rasanya jika saya tidak membiarkan dewan direksi sekaligus pemegang saham terbesar di Royal Group hanya diam tanpa memberikan sambutan,” ucap Daffin, menoleh menatap Aluna yang masih terseny

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 165 Happy Aniversary

    Happy reading***“Sayang!”Daffin melambaikan tangan saat dirinya melihat Aluna celingak-celinguk menatap seisi ballroom. Jelas teriakan Daffin yang cukup menggelegar itu membuat banyak pasang mata menatap ke arah Aluna dan Alisia yang tengah berjalan menghampiri suami masing-masing.“Halo anak Papa.” Adnan langsung membawa Haresh ke dalam gendongannya.“Ini acara apa sebenarnya?” tanya Alisia yang masih belum tahu dirinya tengah menghadiri acara apa. “Teman kamu yang mana yang mengundang? Aku kenal mereka? Atau mereka kenal aku tidak?” cecar Alisia membuat suaminya terkekeh.“Bukan acara teman aku,” jawab Adnan, melirik Daffin yang tengah merapikan rambut Aluna. “Tapi acara kita,” lanjutnya.“Ha?” Aluna menatap kakaknya. “Kita?” Jujur Aluna semakin tidak mengerti dengan maksud acara kita.Baru saja Aluna ingin membuka mulut ada sep

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 164 Hotel

    Happy reading***Aluna sudah kelimpungan mengurus Ara dan Haresh, belum lagi Aziel yang sedari tadi terus merengek. Pagi-pagi kepalanya sudah dibuat pecah, mana Ara susah sekali diatur sejak Haresh datang. Kedua bocah itu hobi sekali berlari-lari membuat Aluna kewalahan untuk memasangkan pakaian.“Sini biar Aziel sama kakak.” Alisia muncul dengan gaun biru dongker miliknya.Mengembuskan napas lega, Aluna menganggukkan kepala lantas berjalan keluar kamar mencari Ara yang belum dikuncir rambutnya. Pagi ini mereka membagi tugas, tapi karena Gail tiba-tiba demam membuat Alisia haru benar-benar mengurus anaknya, jadilah Haresh Aluna yang mengurus.Aluna ingin menyumpah rasanya, tadi Daffin dan Adnan meminta mereka semua berdandan dengan rapi dan akan dijemput pukul sepuluh yang artinya tiga puluh menit lagi. Tidak ada penjelasan Daffin dan Adnan pergi begitu saja, menyerahkan tugas mengurus dan menyiapkan anak-anak pada istri masing-masing.

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 163 Menuju Akhir

    Happy reading***Daffin menahan tawanya saat menatap Aziel berjalan dengan sempoyongan. Bayi yang baru saja menginjak umur dua tahun itu tengah berjalan menghampiri Aluna yang tengah menguncir rambut Ara. Tersenyum lucu menatap putranya yang berjalan tertatih dengan menjaga keseimbangan tubuh. Jujur saja melihat Aziel yang pantatnya masih dilapisi popok dengan langkah sempoyongan membuat perut Daffin tergelitik.“Buahahahahaha…”Tawa Daffin tidak bisa ditahan lagi saat Aziel jatuh terduduk kala kakinya gagal menjaga keseimbangan tubuh. Anak laki-laki itu yang tahu tengah ditertawai langsung menangis kencang.“Hahaha…” bukannya berhenti tertawa Daffin malah menjadi-jadi, terpingkal-pingkal dengan melihat wajah memerah Aziel dengan air mata membanjiri wajah.“Daffin!” Aluna menatap tajam suaminya.“Haha… iya-iya.” Daffin mengangkat tangan, lekas bangun dari duduknya m

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 162 Baby

    Happy reading***Semuanya mengerubungi si tampan yang berada pada ranjang khusus bayi. Anak laki-laki Daffin dan Aluna telah lahir dengan berat normal dan kondisi sehat. Alisia bahkan menangis saat dirinya yang diizinkan menggendong bayi Aluna pertama kali karena Daffin masih dalam kondisi bergetar setelah menemani Aluna melahirkan.“Lihat sayang, adiknya tampan sekali,” tunjuk Lisa yang tengah menggendong Ara. “Mirip banget sama Papa,” lanjutnya dengan senyum mengembang. Kepala Lisa mendunga menatap ke arah Aluna yang tengah istirahat karena tenaganya habis terkuras. Senyum bangga Lisa berikan pada Aluna walau kakaknya itu tidak melihat, Lisa bahagia kakaknya telah melewati rasa sakit saat melahirkan.“Mirip Ara ya adik kecilnya,” girang Ara melihat adiknya yang masih memejamkan mata.“Ih mirip tante tahu, tidak ada tuh mirip Ara sama sekali.” Salina menggelengkan kepala, waktunya menggoda Ara akhir

  • Aku Mau Kamu di Kamarku   Bab 161 Final Day

    Happy reading***Alisia menggandeng Haresh dengan langkah terburu-buru melewati lorong rumah sakit, dibelakangnya ada Adnan dengan wajah panik. Suami Alisia itu sibuk menghubungi nomor telpon Daffin sejak sampai di rumah sakit. Sialnya, Daffin justru tidak mengangkat satu pun panggilan darinya.“Anak ini kemana sebenarnya,” gerutu Adnan, sudah ada puluhan panggilan hanya untuk Daffin saja tapi tak satu pun diangkat.“Gimana? Daffin ada angkat telpon?” tanya Alisia saat mereka sudah berada di depan salah satu ruangan VVIP rumah sakit.Adnan menggelengkan kepala. “Buru-buru diangkat, operator yang jawab terus,” ujarnya dengan napas berembus kasar. “Kita masuk saja dulu,” pinta Adnan. Menarik gagang pintu dan mendorong pelan.Pertama kali yang terlihat adalah Aluna yang meringis di atas ranjang rumah sakit, disamping Aluna ada kedua orang tua Daffin yang sudah terbang dari Australia ke Canada sej

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status